Ada Gap, RoomStat: Kasus Harian COVID-19 DIY Jauh Lebih Tinggi

RoomStat catat kasus harian di atas seribu pada 22-27 Juni

Yogyakarta, IDN Times - Rekor kasus harian COVID-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disebut lebih tinggi dari laporan pemerintah daerah setempat.

Sementara Pemda DIY melaporkan rekor tertinggi angka kasus harian sebanyak 859 kasus pada Senin (28/6/2021) kemarin, Laboratorium Statistik Terapan RoomStat memaparkan jumlah yang mencapai nyaris dua kali lipatnya.

"Rekor kasus 1.660 pada 26 Juni," kata Pendiri Laboratorium Statistik Terapan RoomStat, Budhi Handoyo Nugroho saat sesi konferensi pers secara daring, Selasa (29/6/2021).

Baca Juga: Cerita Dirut RSUD Sleman, Setiap Hari Harus Keliling Cari Oksigen

1. Lampaui seribu kasus

Ada Gap, RoomStat: Kasus Harian COVID-19 DIY Jauh Lebih TinggiIlustrasi petugas medis yang menangani COVID-19 (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Berdasarkan apa yang dipaparkan Budhi, terdapat banyak perbedaan angka pada data miliknya dan laporan harian Pemda DIY. Termasuk kasus pada 22-27 Juni.

"22 sampai 27 Juni sudah di atas seribu semua," imbuh Budhi.

Padahal, laporan Pemda DIY pada rentang waktu itu cuma berkisar pada 700 sampai 800 kasus saja.

"Gap (selisih angka dengan provinsi) terbaru itu di angka 6.887 kasus," sambungnya.

2. Angka kasus kematian dan kasus aktif

Ada Gap, RoomStat: Kasus Harian COVID-19 DIY Jauh Lebih TinggiIlustrasi ruang isolasi pasien COVID-19. (ANTARA FOTO/Jojon)

Budhi pun menjelaskan jika perbedaan terjadi lantaran ia memakai basis data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

Perbedaan angka ini termasuk pada bagian angka kematian serta kasus aktif.

Angka kasus kematian tertinggi versi Pemda DIY adalah 32 kasus pada 28 Juni kemarin. Sedangkan versi RoomStat adalah 34 kasus pada 24 Juni kemarin.

"Gap kematian 323, dan untuk kasus aktif ada 5.400," pungkasnya.

3. Penjelasan Pemda DIY

Ada Gap, RoomStat: Kasus Harian COVID-19 DIY Jauh Lebih TinggiJuru Bicara Pemda DIY untuk penanganan COVID-19 Berty Murtiningsih. IDN TImes/Tunggul Damarjati

Juru Bicara Pemda DIY untuk penanganan COVID-19, Berty Murtiningsih, sementara pernah menerangkan pemicu ketidakcocokan data antara provinsi dan kabupaten/kota.

Dikatakannya, ini terjadi karena platform pelaporan milik Kemenkes, yakni New All Record (NAR) baru mengakomodir sebagian spesimen hasil tes antigen. Sementara sampel yang selama ini dipakai adalah hasil tes PCR.

"Rilis DIY dan Pusat mengikuti aplikasi NAR, aplikasi ini dientry oleh faskes pengambil sampel, lanjut lab pemeriksa, lanjut verifikasi oleh kabupaten/kota," kata Berty beberapa waktu lalu.

"Kalau tahapan belum dilakukan entry, maka tidak akan terekam pada NAR. Sepertinya ini permasalahan, dengan kasus yg semakin banyak, para user mungkin kewalahan, sehingga tidak tepat waktu," tutupnya.

Baca Juga: Pemda DIY Matangkan Rencana Pemberian Vaksinasi Anak Usia 12-17 Tahun 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya