Waspada Virus Corona Varian Delta, Jauh Lebih Menular!

Varian Delta sudah ditemukan di Kudus, Jawa Tengah

Sleman, IDN Times - Menteri Kesehatan RI telah mengumumkan adanya penemuan virus corona varian delta yang menyebar di Kudus, DKI Jakarta serta Bangkalan. Penyebaran varian ini turut membuat kasus COVID-19 mengalami peningkatan yang cukup drastis karena transmisinya begitu cepat.

Ketua Tim Genomic dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Gunadi, menyampaikan jika varian delta ini haruslah benar-benar diwaspadai. Selain lebih menular, varian delta ini juga berpengaruh terhadap penetralan antibodi.

Baca Juga: Varian Delta COVID-19 Terjadi di Kudus, Ini Akibatnya Bagi Tubuh 

1. 40-60 persen lebih menular daripada varian alpha

Waspada Virus Corona Varian Delta, Jauh Lebih Menular!Ilustrasi seorang pasien COVID-19. (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Gunadi menjelaskan, jika dilihat varian delta ini 41-60 persen lebih menular dibandingkan dengan varian alfa. Untuk varian alfa sendiri, sebelumnya memiliki transmisi 70 persen lebih tinggi dibandingkan dengan varian wuhan.

"Dan ternyata dari alfa, dia (delta) lebih transmisi. Bisa dibayangkan dibanding wuhan, seberapa lebih menularnya," ungkapnya pada Webinar Varian Virus Corona Delta Di Kudus pada Rabu (16/6/2021).

2. Neutralizing antibodi akibat varian delta secara signifikan menurun

Waspada Virus Corona Varian Delta, Jauh Lebih Menular!Tim Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 mengusung jenazah pasien positif COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Menurut Gunadi, mirip dengan varian beta, varian delta ini memang berpengaruh terhadap penurunan respons imun. Penurunan respons imun ini sekitar 5-6 kali.

Semakin besar usia penderita, maka respons imun semakin menurun. Begitu pula dengan yang sudah divaksin maupun yang belum, di mana untuk yang sudah divaksinasi dosis kedua, maka masih ada efek protektifnya secara umum.

Berkaitan dengan jenis vaksin, antara Pfizer dan AstraZeneca, keduanya memberikan cukup proteksi, dibandingkan dengan yang belum menerima vaksin.

"Dibandingkan yang tidak vaksinasi, maupun vaksinasi dosis pertama, (yang menerima) dosis kedua ternyata masih ada efek protektifnya secara umum," katanya.

3. Angka reproduksi virus memiliki 3 faktor utama

Waspada Virus Corona Varian Delta, Jauh Lebih Menular!ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Epidemiolog UGM, Riris Andono Ahmad, menjelaskan semua varian yang masuk dalam Variant of Concern (VoC) memiliki dampak penyebaran yang semakin cepat. Penyebaran yang semakin cepat ini menyebabkan menyebabkan kasus COVID-19 menjadi semakin tinggi.

"Ketika banyak yang terinfeksi, maka semakin besar sumber penularan dan semakin banyak paparan di populasi," katanya.

Riris menjelaskan, angka reproduksi memiliki tiga faktor utama. Pertama, yakni peluang untuk tertular apabila kontak dengan sumber penularan, seberapa dekat, pakai masker atau tidak, seberapa banyak virus.

Kedua, frekuensi kontak, ketika semakin mobilitas tinggi, semakin banyak kerumunan, maka peluang semakin banyak. Ketiga durasi infeksius, di mana untuk durasi infeksius tidak bisa berubah meskipun bisa menemukan dan mengobati orang yang terinfeksi.

"Ketiga faktor ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan kasus," katanya.

Riris menggarisbawahi jika sebenarnya seseorang akan terinfeksi ketika kita membiarkan virusnya masuk ke saluran pernapasan. Maka, untuk mencegah hal tersebut, perlu tetap ketat mematuhi protokol kesehatan. Seperti halnya menggunakan masker yang bisa menurunkan risiko penularan hingga 85 persen.

4. Usai Lebaran, penyebaran COVID-19 di Kudus melonjak drastis

Waspada Virus Corona Varian Delta, Jauh Lebih Menular!Ilustrasi dokter meninggal karena COVID-19 ( ANTARA FOTO/Ampelsa)

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyebutkan untuk kasus COVID-19 di Kudus sendiri terlihat meningkat secara drastis pascalibur Lebaran. Dari surveilans genom yang dilakukan, menunjukkan adanya varian delta yang menyebar di Kudus. Berkaitan dengan hal tersebut, pihaknya telah melakukan tindak lanjut dan meminta semua daerah di Jawa Tengah untuk melakukan langkah antisipasi.

"Kita belum pernah mengalami yang seperti ini, ada si kejadian libur panjang dan sebagainya, tapi sekencang ini belum ada. Ini menjadi sangat serius, kita lakukan surveilans genom, dan ternyata benar ada varian baru. Begitu ini varian baru, beberapa daerah yang masih oranye, kuning, hijau kita minta antisipasi," paparnya.

Baca Juga: DIY Termasuk 5 Provinsi dengan Kenaikan Kasus COVID-19 Tertinggi

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya