RDT Nakes, Dinkes Sleman Pakai Alat Besutan Peneliti Indonesia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Puluhan tenaga kesehatan di Puskesmas Mlati 2, Sleman menjalani test cepat COVID-19 menggunakan RDT RI-GHA besutan peneliti dalam negeri, Kamis (18/6).
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo menyebutkan rencananya 1500 nakes puskesmas yang ada di Kabupaten Sleman akan melakukan tes deteksi awal COVID-19 dengan menggunakan RDT RI-GHA. Selain nakes warga di 76 dusun yang ada di Kecamatan Mlati juga akan di tes cepat.
Joko menjelaskan screening yang dilakukan merupakan kerja sama Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK KMK) UGM dengan Dinas Kesehatan dan Pemerintah Kabupaten Sleman.
Baca Juga: Berbagai Persiapan Sejumlah Fakultas di UGM Hadapi New Normal
1. Gunakan alat deteksi cepat besutan peneliti dalam negeri
Alat deteksi cepat COVID-19 yang digunakan merupakan besutan peneliti dari UGM, Universitas Airlangga, dan Laboratorium Hepatika Mataram serta didukung oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Kementerian Riset dan Teknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional.
"Hari ini karyawan di Puskesmas Mlati 2 ada 81, semua menggunakan RI-GHA kemudian nanti langsung dilakukan uji swab. Tapi kalau untuk (test cepat) ke masyarakat, rencananya satu Kecamatan Mlati akan dijangkau. Setiap padukuhan diambil 30," ungkapnya pada Kamis (18/6).
2. RI-GHA membantu Pemkab Sleman dalam melakukan tracing
GHA COVID-19 sendiri merupakan sebuah alat deteksi dini berbasis antibodi. Keunggulan alat ini adalah cepat, hasil dapat dibaca dalam 15 menit, spesiflk, mudah digunakan, dan biaya produksinya juga terjangkau.
Menurut Joko dibandingkan dengan harga RDT kit di pasaran, RI-GHA akan jauh lebih murah jika sudah diproduksi massal. Biasanya harga RDT kit di pasaran seharga Rp130 ribu, untuk RI-GHA hanya sekitar RP25 ribu hingga Rp30 ribu.
"Kalau sudah bisa diyakini secara ilmiah, efektivitas maupun esensivitas nanti kita akan kembangkan lagi. Rencana untuk kebutuhan tes yang belakangan makin meningkat," terangnya
3. Bisa memonitor OTG
Sementara itu, Guru Besar FK-KMK UGM, Prof. dr. Sofia Mubarika Haryana sebagai ketua tim peneliti menjelaskan arti nama RI-GHA 19 merupakan kepanjangan dari Republik Indonesia-Gadjah Mada-Hepatika-Airlangga.
Selain untuk screening, RDT Non-PCR dapat digunakan untuk memonitor OTG (Orang Tanpa Gejala), ODP (Orang Dalam Pemantauan), PDP (Pasien Dalam Pengawasan), atau Post infeksi.
Bahan-bahan yang digunakan untuk proses penelitian RI-GHA, Sofia menjlaskan ada yang mendapatkannya dari dalam negeri ada pula yang dari luar negeri.
"Membeli barang dari luar negeri karena kemurnian dari protein yang dikembangkan harus murni dan hasil bagus. Kami khawatir jika sembarangan beli, kemurniannya tidak bagus sehingga hasilnya kurang bagus. Uji lapangan kita membuat 3 ribu testyang diujikan di 4 kota," paparnya.
Baca Juga: Mitos-Mitos Soal COVID-19 Ini Masih Dipercaya Meski Tak Benar