Psikolog UGM: #IndonesiaTerserah Bentuk Luapan Kekecewaan Nakes

Harusnya masyarakat lebih berempati

Sleman, IDN Times - Psikolog Sosial Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Koentjoro menilai munculnya tagar #IndonesiaTerserah yang ramai beberapa waktu lalu hanya sebuah luapan kekecewaan tenaga kesehatan (nakes) terhadap pemerintah serta masyarakat Indonesia, bukan benar-benar sebuah sikap menyerah dalam menangani COVID-19.

Menurut Prof Koentjoro, tagar tersebut muncul lantaran pemerintah seringkali membuat kebijakan yang berubah-ubah serta belum menerapkan sanksi yang jelas terhadap masyarakat yang melanggar aturan. Sedangkan dari sisi masyarakat, juga dipandang belum patuh terhadap aturan yang dibuat pemerintah. Khususnya dalam hal memutus rantai penyebaran COVID-19.

“Ini salah satu bentuk luweh-luweh (terserah) para tenaga medis. Mereka sudah berbuat sesuatu dengan baik dan berjuang di garis depan, tapi masyarakat tidak bisa diatur,” ungkapnya pada Jum’at (29/5).

Baca Juga: Tetap Bekerja, Nakes di Bantul Ucapkan Selamat Idulfitri Pakai APD

1. Tidak benar-benar menyerah

Psikolog UGM: #IndonesiaTerserah Bentuk Luapan Kekecewaan NakesANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Ketua Dewan Guru Besar UGM ini menjelaskan, meskipun para nakes membuat foto dengan tagar Indonesia Terserah, namun bukan berarti mereka menyerah begitu saja dan tidak mau lagi mengemban tugasnya lagi. Para nakes tidak mungkin menyerah begitu saja lantaran mereka juga sudah terikat dengan sumpah profesi untuk tetap menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

“Hal ini harusnya ditangkap oleh masyarakat untuk bersikap lebih empati pada tenaga kesehatan," terangnya.

2. Nakes takut pengurangan PSBB sebabkan kasus COVID-19 bertambah

Psikolog UGM: #IndonesiaTerserah Bentuk Luapan Kekecewaan NakesIlustrasi tenaga kesehatan (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Prof Koentjoro menyebutkan, tagar tersebut muncul dilatarbelakangi adanya ketakutan nakes apabila pemerintah benar-benar melakukan pengurangan PSBB, maka jumlah kasus COVID-19 di Indonesia juga akan semakin tinggi. Belum lagi ketika melihat perilaku masyarakat, banyak yang belum mengindahkan imbauan protokol pencegahan COVID-19. Hal tersebut juga pasti akan semakin menambah beban tenaga kesehatan, sementara fasilitas kesehatan terbatas.

"Yang menjadi harapan utama dari tenaga kesehatan adalah masyarakat dapat berlaku disiplin. Mematuhi protokol kesehatan pencegahan COVID-19 seperti rajin cuci tangan dengan sabun, memakai masker, membatasi berkegiatan di luar rumah, dan menjaga pola hidup bersih dan sehat. Dengan begitu diharapkan dapat mencegah penularan virus corona di masyarakat," jelasnya.

3. #IndonesiaTerserah merupakan langkah bagus

Psikolog UGM: #IndonesiaTerserah Bentuk Luapan Kekecewaan NakesTwitter.com/fikrizzudinoor

Di sisi lain, Prof Koentjoro memandang, adanya #IndonesiaTerserah merupakan sebuah langkah yang bagus untuk mengingatkan kembali masyarakat agar tidak mengabaikan imbauan pemerintah. Meski demikian, perlu ada narasi lebih lanjut yang memberikan penjelasan atas makna dari tagar tersebut.

Menurutnya, bahasa-bahasa simbol hanya dapat dipahami oleh orang yang memiliki kepekaan naluriah. Oleh sebab itu diperlukan penjelasan yang lebih komprehensif supaya masyarakat dapat menangkap dan memahami pesan yang disampaikan oleh para tenaga kesehatan ini.

“Pemilihan kata Indonesia Terserah ini sudah bagus bahasanya. Pada kelompok tertentu bisa memberikan sengatan, tapi masalahnya dengan perubahan di masyarakat saat ini menjadikan tidak semuanya bisa memahaminya,” paparnya.

Baca Juga: Kasus Positif COVID-19 di DIY Menurun,  Ini Pendapat Epidemiolog UGM

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya