Penjahit Rumahan di DIY Turun Tangan Membuat APD bagi Petugas Medis

Seminggu mampu hasilkan 150 APD yang bisa dipakai ulang

Sleman, IDN Times - Berangkat dari keprihatinan akan minimnya alat pelindung diri (APD) bagi petugas medis, membuat Budhi Hermanto, yang juga merupakan Direktur Klinik Adiwarga Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DI Yogyakarta menggerakkan beberapa penjahit rumahan di DIY untuk membuat APD.

Budhi pun bersama para penjahit tersebut rela mengeluarkan ongkos produksi secara mandiri demi melindungi petugas medis yang merupakan garda terdepan dalam menangani pasien-pasien COVID-19.

Baca Juga: Modal Rp50 Ribu, RSUD Solo Mampu Produksi APD Sendiri

1. Beberapa penjahit rumahan ikut peduli

Penjahit Rumahan di DIY Turun Tangan Membuat APD bagi Petugas MedisDok: istimewa

Budhi mengungkapkan, pada awalnya dirinya memang tidak berniat untuk memobilisasi para penjahit rumahan untuk membuat APD. Hanya saja dia merasa prihatin saat melihat banyak petugas medis yang tidak mengenakan APD lengkap saat melayani pasien-pasien di rumah sakit. Terutama jika pasien yang bersangkutan merupakan orang dalam pemantauan (ODP) maupun Pasien dalam Pengawasan (PDP) COVID-19.

Dari serangkaian pembicaraan dengan beberapa penjahit, dirinya menemukan cukup banyak penjahit yang ingin bergabung dalam kegiatan sosial ini. Bahkan, ada di antara penjahit tersebut yang rela untuk tidak diberi ongkos.

"Ternyata masih ada orang baik. Berangkat dari itu saya tidak sengaja, saya tidak punya rencana memobilisir penjahit. Saya hanya sampaikan unek-unek saya," ungkapnya pada Selasa (24/3).

2. Di Jogja ada 3 penjahit yang sudah bergabung

Penjahit Rumahan di DIY Turun Tangan Membuat APD bagi Petugas MedisDok: istimewa

Budhi menjelaskan, sejauh ini sudah ada 3 penjahit dan beberapa pengrajin yang ada di DIY yang membuat prototipe APD serta pelindung wajah bagi tenaga medis. Tidak hanya itu, beberapa penjahit rumahan dari luar DIY, seperti Jakarta dan Bandung juga ada yang tertarik untuk membantu menyediakan APD.

"Banyak teman dari Jakarta, Bandung yang ingin bergabung. Saya tidak tahu dia penjahit atau punya garmen. Lalu saya bilang, bantulah. Ini polanya, ini gambarnya, bahannya itu, silakan bikin dan bagikan ke temen medis yang ada di sekitarnya. Hanya itu yang bisa saya lakukan," paparnya.

Agar sesuai dengan kebutuhan dan aman saat digunakan, Budhi pun turut mendiskusikan prototipe APD yang dibuat dengan salah satu dokter. Bahan waterproof pun dipilih agar tahan terhadap air dan bisa digunakan kembali.

"Yang saya buat, bisa dipakai ulang dan harus disemprot nantinya. Untuk dana, patungan saja. Penjahit saya kasih bahan. Biayanya hampir 90 ribu untuk 1 pakaian termasuk benang dan resleting. Penjahitnya, tidak minta dibayar. Tapi, karena begitu banyak yang dibuat, tidak mungkin juga saya tidak bayar orang. Jadi saya ada 1 juta, untuk 1 minggu buat penjahit beliin makan siang," ungkapnya.

3. Seminggu dimungkinkan hasilkan 150 APD

Penjahit Rumahan di DIY Turun Tangan Membuat APD bagi Petugas MedisDok: istimewa

Menurut Budhi, lantaran yang ikut bergabung dengannya merupakan penjahit rumahan, maka diperkirakan bisa menghasilkan 150 APD dalam satu minggu. Angka tersebut bisa dibilang belum bisa mencukupi bagi kebutuhan APD di rumah sakit rujukan COVID-19 DIY, namun sudah cukup banyak bagi para penjahit rumahan.

"Yang di Jakarta Selatan kan mungkin patungan karena tidak punya bahan banyak. Akan membuat 100-an. Di DIY ada 3 kelompok. Kebutuhan banyak banget. Apakah itu nyukupi atau tidak, kami berharap juga banyak penjahit lain yang juga tergerak. Kalau mau dihitung ongkos produksi tidak apa-apa. Yang penting ada banyak yang membantu untuk paramedis," paparnya.

Rencananya, APD yang diproduksi oleh penjahit rumahan tersebut akan dibagikan ke rumah sakit rujukan COVID-19 di DIY, yakni RSUP Dr Sardjito, RSUD Panembahan Senopati Bantul, RSUD Kota Yogyakarta, serta RSUD Wates.

Dia berharap, apa yang dia lakukan juga turut menggerakkan para penjahit lain untuk turut berpartisipasi. Tidak hanya itu, bagi para pengrajin pun bisa turut berpartisipasi untuk menyediakan alat pelindung wajah.

"Saya prioritaskan ini untuk tenaga medis karena saat ini kelompok inilah yang bisa menolong kita untuk menyembuhkan PDP. Ya itu tujuan saya, sekecil ini semoga membantu dan menginspirasi banyak orang mau peduli dengan paramedis dengan membuatkan APD. Untuk masyarakat tidak usah ngeyel, istirahat dulu dan bikin jarak sosial, agar tidak ada lagi pasien yang numpuk di RS," terangnya.

Baca Juga: Prosesi Pemakaman Guru Besar UGM Dilaksanakan dengan APD Lengkap

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya