Peneliti UGM Nilai Penerapan Herd Immunity Sangat Berisiko

Dengan herd immunity individu bisa jadi agen penularan

Sleman, IDN Times - Penerapan herd immunity secara alami sangatlah berbahaya dan berisiko. Bukan hanya menyebabkan terjadinya sakit atau penyakit, tetapi individu yang terkena infeksi alami juga berpotensi menjadi agen penularan.

Pernyataan itu diungkapkan peneliti virus Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr. Mohamad Saifudin Hakim. Dia menjelaskan, herd immunity atau yang dikenal sebagai kekebalan kelompok merupakan kondisi ketika suatu kelompok atau populasi manusia kebal atau resisten terhadap penyebaran suatu penyakit infeksi. Untuk mencapai kekebalan kelompok tersebut, sebagian besar populasi harus memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit.

"Virus itu kan butuh inang (host) untuk mempertahankan siklus hidupnya. Dan saat individu dalam populasi kebal terhadap virus tersebut, maka virus tidak bisa lagi menemukan inang untuk hidup", kata Hakim pada Kamis (4/6).

Baca Juga: Peneliti UGM Ingatkan Pemerintah Terlalu Cepat Terapkan New Normal   

1. Herd immunity dengan vaksin jauh lebih aman

Peneliti UGM Nilai Penerapan Herd Immunity Sangat Berisikounsplash.com/dimhou

Hakim menjelaskan untuk menciptakan herd immunity ada dua cara yang bisa dilakukan. Pertama secara artifisial melalui tindakan vaksinasi. Kedua, secara alamiah dengan infeksi alami.

Meski bisa dilakukan dengan dua cara, herd immunity melalui vaksinasi akan jauh lebih aman dibandingkan dengan infeksi secara alami. Sebab, vaksin telah didesain sedemikian rupa baik dari komponen virus atau virus yang dilemahkan untuk dapat merangsang terbentuknya kekebalan tubuh tetapi tidak menimbulkan sakit atau penyakit.

"Vaksinasi tidak menyebabkan seorang individu menjadi infeksius atau dapat menular karena bahan vaksin hanya dibuat dari partikel virus (salah satu bagian anggota tubuh virus) atau virus hidup yang dilemahkan yang dihilangkan potensi atau gen penularannya," katanya.

2. Herd immunity dengan infeksi secara alami bisa timbulkan berbagai risiko

Peneliti UGM Nilai Penerapan Herd Immunity Sangat Berisikoreuters.com

Menurut Hakim, herd immunity dengan infeksi secara alami sangatlah berisiko. Bukan hanya menyebabkan terjadinya sakit atau penyakit, tetapi individu yang terkena infeksi alami juga berpotensi menjadi agen penularan. Kondisi tersebut akan semakin memakan banyak korban jiwa sampai pada tahap penularan dapat berhenti setelah individu yang tersisa dapat bertahan hidup dan memiliki kekebalan.

"Penerapan skenario herd immunity dengan infeksi alami untuk mengatasi penyebaran SARS-CoV-2 tentu sangat tidak etis. Karena secara praktis, sama saja dengan membiarkan kelompok masyarakat tertentu yang memang rentan, untuk terkena dampak infeksi yang berat. Misalnya kelompok usia tua, kelompok masyarakat dengan penyakit komorbid, dan individu dengan gangguan autoimun atau berbakat alergi," jelasnya.

3. Herd immunity tidak boleh dijadikan tujuan dalam atasi COVID-19

Peneliti UGM Nilai Penerapan Herd Immunity Sangat Berisiko(Ilustrasi virus corona) IDN Times/Arief Rahmat

Hakim menjelaskan, konsep herd immunity dengan infeksi alami tidak boleh diterapkan atau menjadi tujuan dalam menanggulangi wabah COVID-19, yang infeksinya masih menyebar dengan liar. Menurutnya masih ada cara yang lebih aman untuk menanggulangi COVID-19 sebelum ditemukan vaksin. Diantaranya dengan pembatasan aktivitas yang ketat seperti yang dilakukan oleh Vietnam.

Di Indonesia sendiri, pemerintah sudah seharusnya tetap menerapkan aturan secara ketat seperti menganjurkan tetap memakai masker saat berkegiatan di luar rumah, jaga jarak, menjaga kebersihan  dengan mencuci tangan, menghindari kerumuman massa, membatasi aktivitas sosial, melakukan isolasi dan karantina bagi yang terpapar virus dan lainnya.

"Banyak negara, salah satunya Vietnam, telah membuktikan bahwa mereka bisa mengontrol penularan virus SARS-CoV-2 dengan pembatasan aktivitas yang ketat. Mereka tidak perlu menunggu sampai terbentuk herd immunity. Pengalaman dunia dengan wabah SARS-CoV sebelumnya pada tahun 2002-2003 juga menunjukkan bahwa wabah bisa ditekan dengan isolasi, karantina, lockdown, identifikasi hewan pembawa, tanpa harus menunggu herd immunity terbentuk," paparnya

Baca Juga: Hatrick, 3 Hari Berturut-turut Kasus COVID-19 di DIY Tidak Bertambah 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya