Musim Hujan, Petani Kalasan Keluhkan Penyakit pada Tanaman Cabai

Petani mengaku merugi Rp3-4 juta per hektare

Sleman, IDN Times - Suhu udara yang lembap di musim hujan, menyebabkan sejumlah tanaman cabai di Kecamatan Kalasan terkena penyakit patek maupun diserang hama lalat buah. Imbasnya, banyak petani mengalami gagal panen dan merugi.

Baca Juga: Ratusan Petani dan Muspika Kalasan Bersihkan Sampah Selokan Mataram 

1. Rugi Rp3-4 juta di setiap hektarenya

Musim Hujan, Petani Kalasan Keluhkan Penyakit pada Tanaman CabaiSalah satu petani cabai merah besar imperial di lahan pasir Pantai Samas, Sargiman alias Glemboh. IDN Times/Daruwaskita

Janu Riyanto, Ketua Forum Petani Kalasan menyebutkan, di Kalasan sendiri ada 22 hektar lahan yang ditanami cabai. Sedangkan untuk penyakit patek maupun serangan hama lalat buah, rata menyerang di semua lahan milik petani Kalasan.

"Kerugian per hektare bisa Rp3-4 juta, dikalikan saja luas lahannya. Sudah mulai terjadi pada hujan ini, menyeluruh tidak hanya di Kalasan. Umum dan dengan kondisi seperti ini, pasti itu akan terjadi," terangnya pada Jumat (21/2).

2. Langkah pembersihan sudah dilakukan

Musim Hujan, Petani Kalasan Keluhkan Penyakit pada Tanaman CabaiMasa panen cabai merah di Desa Winong Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Menurut Janu, sebagai tindak lanjut, langkah pembersihan sanitasi sudah dilakukan. Selain itu, para petani juga sudah banyak yang melakukan penyemprotan tanaman menggunakan obat jamur. 

"Imbasnya jelas kalau kena patek itu rusak, tidak laku dijual, dan petani tidak akan mendapatkan banyak hasil, bahkan bisa merugi," ungkapnya.

3. Musim hujan, hama juga menyerang

Musim Hujan, Petani Kalasan Keluhkan Penyakit pada Tanaman CabaiMasa panen cabai merah di Desa Winong Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Sementara itu, Kabid Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman Edy Sri Harmanta mengatakan pada musim hujan, penyakit patek kerap kali menyerang tanaman cabai milik petani. Menurutnya, pihaknya pun sudah mendapatkan laporan terkait hal tersebut.

Edy menjelaskan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi hal tersebut, salah satunya menggunakan obat yang bisa diracik sendiri oleh petani.

"Obat tersebut terdiri dari 1 kilo pupuk belerang, 2 kilo kapur tohor, 2 sachet sabun deterjen, semua bahan dicampur lalu direbus dengan 20 liter air. Kita sudah sosialisasikan ke petani," terangnya.

Baca Juga: Petani Kalasan Akhirnya Bisa Kembali Menikmati Aliran Selokan Mataram

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya