Kasus Antraks di DIY Tak Hanya Terjadi di Gunungkidul

Spora antraks bisa bertahan puluhan tahun

Sleman, IDN Times - Belum lama ini setidaknya ada 27 warga Gunungkidul yang dilaporkan positif terkena antraks. Jika dilihat, Gunungkidul bukan merupakan satu-satunya daerah di DI Yogyakarta yang pernah ditemukan kasus antraks. Di Bantul, Kulon Progo, hingga Sleman pun kasus antraks juga pernah terjadi.

Pakar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr drh Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni memaparkan, spora antraks bisa bertahan hingga puluhan tahun di daerah yang pernah ditemukan antraks. Tidak hanya itu, spora antraks bisa juga menyebar ke daerah lain melalui perantara, baik hewan, maupun peralatan yang sudah terkontaminasi dengan spora antraks.

Baca Juga: Puluhan Warga Kabupaten Gunungkidul Positif Terkena Antraks

1. Antraks sudah ditemukan sejak tahun 1800-an

Kasus Antraks di DIY Tak Hanya Terjadi di GunungkidulPara pakar dari UGM saat memberikan pemaparan mengenai penanganan antraks. IDN Times/Siti Umaiyah

Endang menyebutkan, penyakit antraks bukan merupakan penyakit yang baru-baru ini saja terjadi. Sejak tahun 1800-an, penyakit ini sudah ditemukan. Di Indonesia sendiri, penyakit ini dilaporkan muncul sejak tahun 1832. Dia mengungkapkan, untuk penyebaran antraks ini semakin kesini tidak semakin sedikit, tapi semakin luas dan bertambah.

"Kenapa semakin luas, karena antraks ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Kelebihan bakteri ini berspora. Spora inilah yang menjadi masalah sampai sekarang. Dengan spora, penyakit ini akan terus ada, karena keberadaannya bisa sampai puluhan tahun," ungkapnya kepada wartawan pada Sabtu (18/1).

2. Hampir seluruh kabupaten DIY pernah terpapar antraks

Kasus Antraks di DIY Tak Hanya Terjadi di GunungkidulPara pakar dari UGM saat memberikan pemaparan mengenai penanganan antraks. IDN Times/Siti Umaiyah

Menurut Endang, kasus antraks di DIY tidak sekali ini terjadi. Pada tahun 2003 lalu di Sleman sempat ditemukan kasus antraks. Karena penanganan dari Dinas Kesehatan yang bagus, kasus ini dalam sekian tahun tidak ada. Namun, pada 2017 kasus ini kembali muncul. Selain Sleman, kasus ini juga muncul di Bantul, Gunungkidul hingga dua kali dan Kulon Progo.

"DIY bisa saja dikatakan sebagai wilayah endemis. Kalau untuk jumlah saya tidak tahu persis yang dilaporkan. Ada yang mati tapi tidak tahu positif antraks atau tidak. Kasus antraks ini perlu diuji lebih lanjut, karena memang ada bakteri yang mirip dengan antraks. Makanya untuk mendeteksi harus ada uji lebih lanjut," ungkapnya.

3. Tidak serta merta KRB bisa ditetapkan

Kasus Antraks di DIY Tak Hanya Terjadi di GunungkidulProf Ali Agus, Dekan Fakultas Peternakan UGM. IDN Times/Siti Umaiyah

Meski hampir seluruh kabupaten di DIY sempat dilaporkan terjadi antraks, untuk menentukan Kawasan Rawan Bencana (KRB) antraks tidak bisa serta merta dilakukan. Dekan Fakultas Peternakan UGM Prof Ali Agus menjelaskan, yang lebih penting daripada penetapan KRB adalah kesiapsiagaan tingkat tinggi pada daerah yang terdampak, supaya bisa diminimalisir.

"Pengetahuan publik ini yang penting ditanamkan. Kalau kalau takut berlebihan bisa mengurangi kenyamanan hidup. Yang bisa dilakukan sementara yakni membatasi mobilisasi ternak. Baik dari dalam ke luar atau sebaliknya. Kalau perlu pasar hewan di-close untuk beberapa saat dalam rangka menghentikan penularan," terangnya.

Baca Juga: Tahan Puluhan Tahun, Antraks Perlu Penanganan Khusus 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya