Guru Besar UGM Ungkap Pengalamannya Dirawat 19 Hari di Ruang Isolasi

Prof Uut terharu dengan pengorbanan besar para petugas medis

Sleman, IDN Times - "Selamat Hari Kartini, khususnya untuk perawat perempuan dan seluruh tim medis-manajemen lainnya. Semoga tulisan ini menyemangati."

Begitu pesan dari Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Adi Utarini yang sempat dirawat selama 19 hari di ruang isolasi Melati M5, kamar B2 RSUP Dr Sardjito. Terhitung sejak tanggal 28 Maret-15 April 2020.

Prof Uut, panggilan akrabnya, mengungkapkan, dirinya mulai menjalani isolasi di ruang tersebut 3 hari setelah suaminya, Prof Iwan Dwiprahasto meninggal karena COVID-19. Selama menjalani perawatan, Prof Uut merasakan betapa besar pengorbanan tenaga medis, baik dokter, perawat, tim gizi, petugas cleaning service, hingga direktur rumah sakit Sardjito yang sempat merawatnya.

Baca Juga: Mengharukan, Warga Baciro Jogja Bertepuk Tangan Sambut Tenaga Medis

1. Ketulusan tenaga medis selalu dia rindukan

Guru Besar UGM Ungkap Pengalamannya Dirawat 19 Hari di Ruang IsolasiSimulasi penyakit menular yang dilakukan oleh RSUP dr. Sardjito. IDN Times/Siti Umaiyah

Menurut Prof Uut, banyak pengalaman yang dia peroleh ketika menjalani perawatan, baik fisik, mental, maupun spiritual. Menurut Prof Uut, seluruh tenaga medis yang merawatnya, sangatlah tulus dalam memperhatikan kesehatannya setiap harinya. Bahkan, ketulusan tersebut selalu dia rindukan ketika sudah kembali ke rumah.

"Kalau mengingat masa isolasi kemarin, ada hal-hal yang saya rindukan juga ketika saya kembali ke rumah. Ada hal-hal rutin yang memberikan kebahagiaan bagi saya di sana. Momen yang membahagiakan itu terutama adalah ketika mbak-mbak perawat masuk ke ruangan saya. Bukan hanya karena apa yg mereka lakukan untuk kesehatan saya, tetapi lebih dari itu. Saya merindukan sapaan mereka yang selalu ceria," ungkapnya dalam keterangan tertulis pada Senin (20/4).

2. Betapa besar pengorbanan tenaga medis

Guru Besar UGM Ungkap Pengalamannya Dirawat 19 Hari di Ruang IsolasiSimulasi penyakit menular yang dilakukan oleh RSUP dr. Sardjito. IDN Times/Siti Umaiyah

Prof Uut mengungkapkan, di balik perawatan yang dia jalani, dirinya merasakan benar betapa besar pengorbanan tenaga medis untuk para pasien. Bahkan, tenaga medis rela mempertaruhkan nyawanya demi orang-orang yang sebelumnya tidak mereka kenal.

"Mereka pasti orang-orang yang diberi kelebihan dan kekuatan oleh Allah SWT. Subhanallah. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari mara bahaya yang setiap hari mengintai. Berilah mereka kekuatan iman, kesehatan, keikhlasan, ketenangan agar mereka tidak merasa takut, tidak merasa sedih/khawatir, agar mereka senantiasa sehat, bersemangat untuk melakukan pengabdiannya. Lindungi pula keluarga mereka Ya Allah," ungkapnya.

Baca Juga: Prosesi Pemakaman Guru Besar UGM Dilaksanakan dengan APD Lengkap

3. Hari terberat saat kehilangan suami

Guru Besar UGM Ungkap Pengalamannya Dirawat 19 Hari di Ruang IsolasiIlustrasi petugas menggunakan pakaian astronot. Dok Humas RSUP Dr Sardjito

Prof Uut mengungkapkan, hari terberat dalam hidupnya telah dia lalui. Hari tersebut yakni suaminya meninggal dunia. Namun, di balik hal tersebut, Prof Uut pun turut menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh residen anestesi dan tim perawat di ICU, tim Forensik, dan seluruh tim manajemen Sardjito yang telah merawat dan menghantarkan suaminya ke peristirahatan terakhir.

"Allah Maha Tahu yang terbaik untuk mas Iwan. Ini sudah suratan takdirnya. Doa saya untuk seluruh tim di ICU, Melati M5, perawat di Ayodya, tim Forensik dan tim manajemen rs dan semua pihak yang tidak mampu saya sebutkan. Allah Maha Tahu dan mencatat apa yang dikerjakan hambanya setiap harinya dan Allah akan membalasnya dengan menjaga bapak ibu semua dengan rahmat dan berkahnya," paparnya.

4. Masyarakat harus dukung tenaga medis

Guru Besar UGM Ungkap Pengalamannya Dirawat 19 Hari di Ruang IsolasiRSUP dr. Sardjito. IDN Times/Siti Umaiyah

Prof Uut juga menyampaikan imbauan kepada masyarakat, agar bisa mendukung tenaga medis dengan cara tetap mengikuti anjuran pemerintah. Menurutnya, patuh kepada pemerintah merupakan salah satu cara memberikan sumbangsih yang nyata dalam melawan COVID-19.

"Mari kita dukung tenaga kesehatan yang mencurahkan waktu, tenaganya, mengorbankan diri dan keluarganya untuk menangani kasus COVID-19. Gerakkan keluarga, tetangga. masyarakat agar mengikuti anjuran untuk mencegah bertambahnya kasus. Itu adalah sumbangsih nyata," pungkasnya.

Baca Juga: Gadis Pramurukti Jenazah COVID-19, Sehari Tangani Tiga Korban Pandemi

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya