Fenomena Spirit Doll Menurut Pakar, Sudah Ada Sejak Zaman Firaun

Bagaimana melihat spirit doll dari sisi filsafat dan budaya?

Sleman, IDN Times - Fenomena spirit doll atau boneka arwah kini tengah marak diperbincangkan di media sosial. Di mana ada juga beberapa artis juga memilih untuk "memelihara" spirit doll.

Lalu, bagaimana penjelasan pakar mengenai fenomena ini? Berikut pandangan dari Sindung Tjahyadi, Dosen Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), dan I Made Christian Wiranata Rediana, peneliti Pusat Studi Kebudayaan UGM. 

Baca Juga: Komunitas Djogja Dolanan Doll, Gemar Boneka Tak Pandang Usia

1. Spirit doll bukan tradisi yang asing

Fenomena Spirit Doll Menurut Pakar, Sudah Ada Sejak Zaman Firaunilustrasi spirit doll (pixabay.com/lifeblue)

Menurut Sindung, doll dan segala bentuknya bukanlah hal yang baru. Doll ini sudah ada sejak zaman Firaun. Masyarakat pun juga sudah tidak asing dengan tradisi spirit doll.

“Terkait dengan doll dan segala bentuknya, sudah memiliki sejarah panjang dalam peradaban manusia sejak zaman Firaun, Mesir, dan sebagainya," ungkapnya pada Minggu, (9/1/2022) dilansir laman UGM.

Sindung memaparkan, spirit doll ini bisa dikategorikan menjadi dua. Yakni untuk healing supaya sehat dan baik, serta untuk kebutuhan yang tidak baik misalnya santet. Namun, menurut Sindung, fenomena spirit doll yang muncul saat ini baik dari segi wujud, makna dan fungsi sudah bergeser dari yang dulu, sehingga muncul pertanyaan apakah pergeseran ini merupakan sesuatu yang alamiah atau dikontruksi secara sengaja.

“Ketika kemudian muncul spirit doll ini, sebenarnya juga dari segi pemahaman perlu diluruskan, karena dalam pengetahuan saya, spirit doll semacam sarana manusia untuk berkomunikasi dengan yang lain. Yang lain itu bisa kuasa yang lebih tinggi, kemudian orang lain bisa juga terkait dengan refleksi dalam arti berkomunikasi dengan dirinya sendiri,” katanya.

2. Fenomena spirit doll harus dibaca lagi

Fenomena Spirit Doll Menurut Pakar, Sudah Ada Sejak Zaman Firaunilustrasi spirit doll (pixabay.com/betsisman)

Jika menilik fenomena spirit doll yang saat ini tengah muncul, menurut Sindung perlu dibaca lagi. Diketahui jika harga spirit doll sangat mahal dan manusia memperhatikannya secara berlebihan, seperti menggunakan baby sitter.

“Untuk fenomena membeli spirit doll yang sangat mahal itu merupakan fenomena yang harus dibaca dengan cara lain. Artis yang mempunyai spirit doll kemudian dihujat oleh netizen adalah risiko yang harus diterima, demi sesuatu dan konten, dianggap bisa viral. Padahal, itu sudah bergeser dari wujud, makna dan fungsi spirit doll yang sebelumnya,” paparnya.

Baca Juga: Mbak Key Sulap Boneka Rongsokan Jadi Boneka Bernilai Ekonomis Tinggi

3. Spirit tidak selalu bersifat negatif

Fenomena Spirit Doll Menurut Pakar, Sudah Ada Sejak Zaman Firaunilustrasi spirit doll (pixabay.com/Alexas_Fotos)

Sementara itu, I Made Christian Wiranata Rediana, peneliti Pusat Studi Kebudayaan UGM, mengungkapkan, spirit doll merupakan suatu diksi yang diutarakan oleh masyarakat luas mengenai suatu benda yang seakan-akan memiliki jiwa.

Kata 'spirit' dalam benak masyarakat rerata mengasosiasikan sebagai suatu kekuatan supranatural yang bersifat negatif. Padahal, dalam kenyataan 'spirit' tidak melulu bersifat negatif, melainkan juga berbentuk energi positif yang menyebabkan pemiliknya menjadi terhibur, merasa bahagia, dan merasakan energi positif lainnya.

“Menurut hemat saya, spirit doll jauh dari kata sekadar permainan, melainkan suatu karya seni yang dapat memancarkan sesuatu, dapat membuat setiap orang tersugesti untuk memilikinya, dan rasa kepercayaan terhadap karya seni tersebut berimbas kepada perlakuannya," terangnya.

Mengenai tindakan pemilik yang memperlakukan seperti manusia sebagai sikap yang menyimpang atau tidak, bisa dikatakan sangat relatif, tergantung kepada masyarakat bagaimana memandang hal tersebut secara empiris. Sejauh spirit doll mengantarkan kepada kebiasaan yang positif, menurutnya, tidak perlu diragukan keberadaannya.

“Penyimpangan justru tampak bila spirit doll disalahgunakan menjadi suatu perlakuan yang mencurigakan, misal menjadikan spirit doll sebagai bahan guna-guna, menakut-nakuti seseorang, dan menjadi media pesugihan," terangnya.

4. Perlu dilakukan dialog antara sudut pandang

Fenomena Spirit Doll Menurut Pakar, Sudah Ada Sejak Zaman Firaunilustrasi spirit doll (pexels.com/Pixabay)

Rediana mengatakan, spirit doll memang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu, ada baiknya perlu dilakukan dialog antara sudut pandang agama dan keberadaan budaya masyarakat.

Sebagai pengamat budaya, Rediana menilai jika memiliki spirit doll merupakan wujud dari aktivitas kebudayaan secara pribadi ataupun masyarakat secara luas. Sementara agama memberi batasan yang sifatnya normatif, batasan tersebut sangat bermanfaat bila sekiranya keberadaan spirit doll mengganggu ketenteraman pemiliknya atau masyarakat sekitarnya.

"Diharapkan secara umum apapun bentuk karya seninya hal tersebut bisa menjadi suatu karya yang menghantar pada perbuatan yang positif dan bermanfaat. Meskipun kemudian muncul polemik dikarenakan persepsi masyarakat yang majemuk dalam menghadapi hal tersebut," paparnya.

Untuk itu, pemilik spirit doll perlu memahami kebiasaan masyarakat yang belum siap dengan kebiasaan tersebut, maka kebijakan pribadi dalam hal privasi perlu untuk dipertimbangkan. Dengan kata lain, kebiasaan yang antimainstream perlu diolah lagi bila kemudian hari ingin diperkenalkan.

Selain itu, diperlukan pendekatan secara perlahan agar masyarakat  bisa mengerti dan memaklumi atas aktivitas tersebut. Perlu juga menumbuhkembangkan sikap agar mampu memahami bahwa setiap orang memiliki kemerdekaan dalam memiliki suatu hal.

Baca Juga: Cerita Randy Soal Adopsi 40 Spirit Doll di Medan dan Cara Merawatnya

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya