Epidemiolog UGM Nilai PCR dan Antigen untuk Angkutan Lokal Tak Efektif

Pemerintah perlu waspadai surat palsu PCR dan antigen  

Sleman, IDN Times - EpidemiologUniversitas Gadjah Mada Bayu Satria Wiratama menilai penggunaan tes PCR maupun antigen sebagai syarat wajib pemakaian moda transportasi di dalam negeri dinilai tak efektif.

“Jadi, bagi saya itu langkah sia-sia dan selama ini Satgas tidak pernah melakukan evaluasi atau studi untuk membuktikan bahwa penggunaan antigen atau PCR efektif mencegah penularan lintas daerah," ungkapnya pada Selasa (26/10/2021).

1. Di negara lain tidak ada kebijakan serupa

Epidemiolog UGM Nilai PCR dan Antigen untuk Angkutan Lokal Tak EfektifIlustrasi swab test (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Bayu memaparkan di negara lain tidak ada kebijakan yang menggunakan persyaratan semacam ini untuk perjalanan domestik atau dalam negeri. Dia menilai, meski hasil tes COVID-19 negatif, tidak akan menjamin seseorang tidak sedang terinfeksi. Terlebih pemeriksaan hanya dilakukan sekali tanpa indikasi.

“Karenanya yang lebih penting adalah vaksin dan memakai masker serta sirkulasi udara yang baik," katanya.

 

Baca Juga: UGM Terapkan Tanda Tangan Elektronik pada Ijazah

2. Pemerintah perlu waspadai surat palsu PCR dan antigen

Epidemiolog UGM Nilai PCR dan Antigen untuk Angkutan Lokal Tak EfektifPenumpang yang berperan sebagai penumpang dari luar negeri dibawa ke pos PHQ. (IDN Times/Surya Aditya)

Saat ini pemerintah perlu untuk mempertimbangkan aturan yang ada, jika perlu dilakukan pencabutan. “Tidak perlu dengan PCR, belum lagi ada permainan surat antigen atau PCR palsu yang hanya menguntungkan finansial para pembuat suratnya. Sekali lagi paling penting di perjalanan domestik itu masker, vaksin dan sirkulasi udara yang baik serta bisa jaga jarak," katanya.

3. Penting jaga jarak dan kapasitas penumpang di moda transportasi

Epidemiolog UGM Nilai PCR dan Antigen untuk Angkutan Lokal Tak EfektifIlustrasi antrean untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Menjaga jarak dan kapasitas penumpang dirasa Bayu sangat penting. Misalnya, kapasitas penumpang 50-75 persen dengan pengaturan jarak dan menyediakan ruangan khusus untuk ruang makan terpisah dari tempat duduk penumpang.

“Dengan cara seperti itu, saya kira sudah cukup membantu. Hal itu perlu saya sampaikan sebab penelitian di Indonesia sampai saat ini masih kurang membahas mengenai seberapa besar risiko tertular di transportasi publik. Karena kembali lagi pemegang datanya tidak mau melakukan evaluasi soal itu," paparnya.

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya