Dokter RSA UGM Bantah Pakai Masker Sebabkan Keracunan Karbon Dioksida

Jangan percaya berita hoaks!

Sleman, IDN Times - Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher RSA UGM, dr. Mahatma Sotya Bawono membantah jika pemakaian masker bisa menimbulkan keracunan gas buang pernapasan karbon dioksida (CO2).

Hal tersebut dikatakan menyusul adanya pesan berantai yang marak beredar di media sosial dan grup-grup percakapan dalam beberapa waktu belakangan ini, mengenai efek negatif penggunaan masker seperti mengakibatkan keracunan gas buang pernapasan karbon dioksida (CO2) dan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia.

"Belum ada bukti yang mendukung kalau pemakaian masker berefek negatif seperti mengakibatkan keracunan karbon dioksida dan kekurangan oksigen," ungkapnya pada Rabu (12/8/2020). 

Baca Juga: Hindari Pendaki Nekat Saat 17-an, TNGM Jaga Ketat Pintu Masuk Merapi

1. Penggunaan masker aman bagi kesehatan

Dokter RSA UGM Bantah Pakai Masker Sebabkan Keracunan Karbon DioksidaSeorang anak lelaki Muslim memakai masker pelindung meninggalkan Mesjid Agung setelah salat Idul Adha saat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di kota tua Delhi, India, Sabtu (1/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi)

Menurutnya, penggunaan masker aman bagi kesehatan telah dibuktikan oleh para tenaga kesehatan. Bahkan dalam operasi yang berlangsung hingga beberapa jam, belum pernah dijumpai kasus baik dokter maupun tenaga medis lainnya yang mengalami keracunan karbon dioksida dan maupun kekurangan pasokan oksigen hingga linglung atau pingsan akibat sirkulasi udara yang kurang lancar karena terhalang masker.

"Kalau sampai ada nakes yang pingsan itu bukan murni karena maskernya. Perlu dilihat juga adanya faktor lain pada individu tersebut, bisa jadi kondisinya lapar dan dehidrasi sehingga tanpa pakai masker pun sudah ada risiko pingsan," terang laki-laki yang akrab disapa Boni ini.

2. Di masa pandemik seperti ini penggunaan masker sangat dianjurkan

Dokter RSA UGM Bantah Pakai Masker Sebabkan Keracunan Karbon DioksidaIlustrasi penggunaan masker (IDN Times/Arief Rahmat)

Boni mengatakan, di masa pandemik seperti saat ini, penggunaan masker justru dianjurkan sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19 ketika beraktivitas di luar rumah dan berinteraksi dengan orang lain.

Dari penelitian yang sempat ada, dijelaskan jika penggunaan masker terbukti efektif mengurangi transmisi virus corona yang berukuran nanometer. Meski begitu, masker, termasuk jenis N95, masih bisa ditembus oksigen dan karbondioksida sehingga tidak mengganggu sirkulasi udara dalam pemakaiannya.

"Masih ada celah untuk udara bertukar. Kalau tidak tembus sama sekali, 3 menit setelah pemakaian masker bisa langsung pingsan," katanya.

Boni meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir saat menggunakan masker karena aman bagi kesehatan dan bisa melindungi diri dan orang lain dari penyebaran virus corona. Namun begitu, dia mengimbau masyarakat umum untuk tidak memakai masker N95 yang diperuntukkan bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien berisiko tinggi. 

"Memakai masker N95 memang kurang nyaman serta melelahkan dan ini memang hanya untuk nakes yang berhubungan langsung dengan pasien COVID-19. Karenanya, masyarakat umum cukup memakai masker kain tiga lapis dengan memperhatikan cara penggunaan dan melepas yang benar," jelasnya.

3. Pakai masker aman saat olahraga

Dokter RSA UGM Bantah Pakai Masker Sebabkan Keracunan Karbon DioksidaWarga bersepeda di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (29/3/2020) (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Sementara itu, Dokter Spesialis Paru RSA UGM, dr. Siswanto, mengungkapkan penggunaan masker aman dan tidak mengganggu fungsi paru-paru bahkan saat berolahraga. Hal ini dikarenakan, dari sisi fisiologis kapasitas paru-paru manusia jauh lebih tinggi hingga 200 kali dari kapasitas jantung dan pembuluh darah.

"Bahkan ada jenis masker khusus yaitu elevated training mask yang biasa digunakan untuk melatih kebugaran," ungkapnya.

Untuk kasus meninggalnya beberapa orang saat bersepeda, Siswanto menjelaskan hal itu lebih disebabkan gangguan pada jantung atau pembuluh darah, bukan permasalahan fungsi paru-paru.

"Penggunaan masker dapat menurunkan risiko tertular COVID-19 dan tidak ada perbedaan dampak negatif pada fungsi paru maupun parameter metabolik," paparnya.

Baca Juga: Jumlah Pasien Sembuh dari COVID di DIY Bertambah 16 Orang 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya