Mengintip Uyon-Uyon Hadiluhung Keraton Jogja di Tengah Pandemik Corona

Para pementas menerapkan protokol kesehatan ketat

Yogyakarta, IDN Times - Uyon-Uyon Hadiluhung merupakan sajian oleh Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dilaksanakan setiap malam Selasa Wage untuk memperingati hari kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono X, kali ini harus menyesuaikan pementasannya dengan protokol kesehatan karena masih dalam pandemik corona.

Baca Juga: Tak Gelar Garebeg Sawal, Keraton Yogyakarta Tetap Bagikan Uba Rampe

1. Mementaskan Gendhing dan tari Beksan Etheng

Mengintip Uyon-Uyon Hadiluhung Keraton Jogja di Tengah Pandemik CoronaYoutube.com/Kraton Jogja

Pada Uyon-Uyon Hadiluhung kali ini, sajian yang ditampilkan adalah gendhing dan tari Beksan Etheng.

Beksan Etheng ini dibawakan oleh 12 penari yang dibagi menjadi tiga kelompok peran, yakni botoh yang merupakan pengadu atau pemimpin, sawung yang merupakan peserta pertandingan, dan rencang botoh yang merupakan abdi setia para botoh.

Tarian ini menceritakan tentang pertandingan dan pertaruhan antar peran, di mana pihak yang mampu menyentuh tubuh lawan terlebih dahulu dinyatakan sebagai pemenangnya. 

Pementasan tarian pada Uyon-Uyon Hadiluhung berganti setiap perayaannya, seperti pada tahun 2019 lalu yang menampilkan Beksan Jebeng yang menggambarkan peperangan antar raja, atau Bedhaya Harjuna Wiwaha yang diangkat dari kisah Ciptaning Mintaraga.

2. Sejarah diadakannya Uyon-Uyon Hadiluhung

Mengintip Uyon-Uyon Hadiluhung Keraton Jogja di Tengah Pandemik CoronaPenabuh gamelan menggunakan masker dan sarung tangan - Youtube.com/Kraton Jogja

Uyon-uyon diambil dari bahasa Jawa, yaitu manguyu-uyu yang artinya bercanda akrab. Sehingga uyon-uyon dalam perayaannya memadukan suara gamelan dan sinden yang tampil selaras.

Sedangkan Uyon-Uyon Hadiluhung sendiri digelar sebagai salah satu ritual untuk memperingati hari lahir Sultan Hamengku Buwono X yang jatuh pada Selasa Wage. Acara ini dilaksanakan setiap 35 hari sekali berdasarkan siklus padinan atau 7 hari penanggalan kalender Masehi dan 5 hari pasaran Kalender Jawa atau Kalender Sultan Agungan, yang terdiri dari Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi.

Kalender Sultan Agungan sendiri merupakan perpaduan antara kalender Saka yang perhitungannya menggunakan matahari dengan kalender Hijriyah yang perhitungannya menggunakan bulan. Kalender ini melanjutkan tahun Saka, namun melepaskan sistem perhitungan yang lama dan menggantinya dengan perhitungan pergerakan bulan sehingga kalender ini tidak membuat kacau di masyarakat maupun sejarah.

3. Meski dilaksanakan tanpa penonton, pementasannya disiarkan live melalui YouTube

Mengintip Uyon-Uyon Hadiluhung Keraton Jogja di Tengah Pandemik CoronaPesinden menerapkan physical distancing - Youtube.com/Kraton Jogja

Uyon-Uyon Hadiluhung kali ini dilaksanakan pada Senin Pon malam (6/7/2020) atau malam Selasa Wage. Agenda ini dilaksanakan di Keraton Yogyakarta, dimulai pukul 09.00 WIB malam dan berlangsung selama sekitar 3 jam.

Karena menerapkan protokol kesehatan, Uyon-Uyon Hadiluhung kali ini dilaksanakan tanpa penonton. Namun pihak Keraton menayangkan secara live agenda ini di channel YouTube Kraton Jogja.

Saat live streaming ditayangkan, masyarakat menyambutnya dengan baik, bahkan juga dari luar Yogyakarta. Terlihat dari banyaknya warganet yang berkomentar di kolom live chat menanggapi acara ini.

"Salam Karaharjan dari Jakarta untuk dunia. Salut untuk Keraton Yogyakarta dalam melestarikan budaya Jawa," tulis George De'Willyam dalam live chat.

4. Tetap melaksanakan protokol kesehatan di tengah pandemik corona

Mengintip Uyon-Uyon Hadiluhung Keraton Jogja di Tengah Pandemik CoronaDilakukan pembersihan area pentas sebelum acara dimulai - Youtube.com/Kraton Jogja

Selain tidak terbuka untuk umum, di masa pandemik corona ini Uyon-Uyon Hadiluhung dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat.

Kanal YouTube Kraton Jogja menampilkan video persiapan Uyon-Uyon Hadiluhung.Dalam video tersebut, abdi dalem Keraton turut mendisinfeksi dan membersihkan tempat dan peralatan yang digunakan untuk agenda ini.

"Jadi tabuh-tabuh ini kan alat untuk memainkan gamelan jadi kayak ini dan itu kan biasanya dipakai bergantian antara pengerawit satu dengan yang lain jadi harus dibersihkan secara berkala dan ini adalah salah satu proses pembersihannya. Pembersihannya juga pakai disinfektan, terus yang membersihkan juga harus pakai masker dan pakai sarung tangan biar terjaga higienitasnya," tutur Erwita Danu dalam video persiapan Uyon-uyon Hadiluhung di Kanal YouTube Kraton Jogja, Senin (6/7/2020).

Dalam pelaksanaannya pun para pementas melakukan protokol kesehatan. Terlihat para pengerawit mengenakan masker dan sarung tangan saat memainkan gamelannya, begitu juga para penari yang menggunakan face shield saat tampil. Sinden pun terlihat duduk berjarak saat pementasan dilakukan.

Baca Juga: 6 Hal yang Tidak Boleh Kamu Lakukan di Keraton Yogyakarta, Catat ya!

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya