Siasat Jurnalis Yogyakarta Meliput di Tengah Pandemi Corona

Bahu-membahu mencegah penyebaran virus corona antarjurnalis

Yogyakarta, IDN Times – Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X mengumumkan kasus positif Corona pertama di Yogyakarta pada 15 Maret 2020. Sebelumnya sudah muncul kasak kusuk antar jurnalis, bahwa balita berumur tiga tahun yang dirawat di RSUP Sardjito positif terinfeksi. Apalagi juru bicara pemerintah tentang Corona, Achmad Yurianto menyebut salah satu pasien positif Corona di Indonesia adalah balita tiga tahun.

Dugaan-dugaan itu terjawab sudah. Namun muncul masalah baru di tengah jurnalis. Tersiar kabar, rombongan Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu Maxima di Yogyakarta pada 11 Maret 2020 ada yang positif corona. Ada yang resah. Ada yang menanggapi dengan santai.

“Kalau resah atau khawatir, mungkin ya,” kata kontributor IDN Times, Tunggul Damarjati saat dihubungi, Senin (16/3).

Sultan pun membantah isu itu. Semua rombongan Belanda itu clear, tidak ada yang terinfeksi. Di sisi lain, sikap waspada saat bertugas di lapangan mesti diterapkan jurnalis. Mengingat Achmad Yurianto mengungkapkan persebaran kasus Corona meluas, termasuk DI Yogyakarta.

“Tiada berita seharga nyawa. Perhatikan keselamatan jurnalis meliput pandemi COVID-19,” kata Ketua AJI Yogyakarta Shinta Maharani mengingatkan dalam siaran pers yang diterima per 16 Maret 2020.

Dia mengajak untuk bersolidaritas, bahu-membahu mencegah penyebaran virus corona antar jurnalis. Saling mengingatkan dan menolong, serta mengikuti panduan ahli kesehatan.

Lantas seperti apa jurnalis-jurnalis di Yogyakarta bersiasat untuk mencegah infeksi corona dalam bertugas?

Baca Juga: Rentan Terpapar, Jurnalis Wajib Patuhi Mitigasi Peliputan COVID-19

1. Minum jamu godhogan untuk stamina

Siasat Jurnalis Yogyakarta Meliput di Tengah Pandemi CoronaProdusen jamu tradisional berbahan empon-empon di Kota Madiun. Dok.IDN Times/Istimewa

Tunggul termasuk salah satu jurnalis yang meliput kedatangan rombongan Raja dan Ratu Belanda ke Yogyakarta pekan lalu. Ia tak menampik merasa khawatir sebagai sikap waspada. Meski juga tak membantah, jika ia cukup santai menanggapi isu itu.

Lha wong ndak usah rombongan Raja Belanda aja. Interaksi sama orang lain kan, juga membuka peluang kena,” kata Tunggul.

Namun dia sudah menyiapkan jurus untuk menangkal virus Corona. Seperti keluar rumah jika harus meliput ke lapangan. Tak lupa menyimpan hand sanitizer di dalam tasnya.

“Dan minum vitamin sebelum berangkat dan pas waktu yang ditentukan,” kata Tunggul.  

Ada vitamin yang mudah didapat di apotik. Sebaliknya ada juga yang sulit ditemukan. Tapi masih ada alternatif lain.

“Di rumah ada seceret (satu teko) minuman empon-empon corona,” kata Tunggul.

Ia tak tahu pasti jenis empon-empon apa yang diramu istrinya. Tanaman herbal itu direbus dan sudah diminum sejak dua hari terakhir.

“Rasanya pahit sama kecut. Kadang minumnya pakai madu biar enak,” kata Tunggul.

2. Pakai masker dan bawa tisu basah untuk membersihkan peralatan liputan

Siasat Jurnalis Yogyakarta Meliput di Tengah Pandemi Coronaamateurphotographer.co.uk

Jurnalis The Jakarta Post, Bambang Muryanto memilih tak panik menyikapi pandemi corona. Kebiasaannya berolah raga saban hari, baik jogging atau pun bersepeda diyakini cukup menjadi bekal. Acap kali jurnalis senior ini memilih menggunakan sepeda kayuh untuk mobilitas dari satu tempat ke tempat lain di seputaran Yogyakarta.

“Sudah lama aku selalu olah raga untuk jaga stamina,” kata Bambang.

Selama liputan, kini Bambang terus mengenakan masker. Tak lupa membawa tisu basah di dalam ranselnya.

“Buat ngelap tangan dan alat-alat yang sering dipegang. Handphone, alat rekam,” kata Bambang.

Redakturnya pun cukup peduli dengan mengingatkan agar hati-hati dan menjaga jarak dengan narasumber. Dia berharap, perusahaan medianya mengeluarkan panduan yang lebih detail tentang protokol liputan dalam situasi wabah ini.

“Mestinya juga mengirim masker dan perlengkapan pelindung diri kepada jurnalisnya di daerah,” kata Bambang.

Aktivitas jurnalistiknya juga dilakukan fleksibel. Bekerja di rumah untuk isu-isu tertentu yang sebatas talking news.

“Tapi kalau ada peristiwa ya harus keluar rumah,” kata Bambang.

3. Memilih mengambil jarak dan kerja dari rumah

Siasat Jurnalis Yogyakarta Meliput di Tengah Pandemi Coronaunsplash/Thought Catalog

Jurnalis Tirto.id, Dipna Videlia Putsanra memilih berhati-hati dengan membatalkan liputan ke lapangan sejak awal pekan ini. Apalagi dengan jarak lumayan jauh dari rumah. Dia mempertimbangkan kondisi penyebaran virus yang kian meluas dan pasien yang terus bertambah. Acuannya pada standar keselamatan dan kesehatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mengingat informasi yang diberikan pemerintah Indonesia pun terbatas dan berkesan menutupi.

“Kami kan jadi gak pernah tahu, sejujurnya yang terinfeksi itu berapa orang dan di mana saja,” kata Dipna.

Pilihan sikap Dipna juga selaras dengan kebijakan kantornya. Demi keselamatan awak redaksi, perusahaan medianya juga memberi imbauan untuk bekerja di rumah atau work from home. Reporter lapangan diprioritaskan bekerja dengan sarana telepon. Apabila ada kejadian luar biasa, barulah reporter terjun ke lapangan. Selebihnya menjaga jarak sosial dan melakukan karantina mandiri di rumah sebagaimana direkomendasikan kantor dan WHO. Kebijakan perusahaan medianya diterapkan hingga awal April atau hingga keadaan kondusif.

“Kalau gak perlu banget, ya gak keluar rumah,” kata Dipna.

Di sisi lain, Dipna juga penggemar olah raga. Dia biasa lari pagi yang sudah dilakukan jauh hari. Dia juga rajin minum vitamin yang juga disediakan kantornya.

“Tapi ini habis. Soalnya belum keluar rumah untuk beli. Vitamin itu penting,” kata Dipna.

Baca Juga: Dinkes DIY Tracing Corona dari Pasien Balita

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya