Sejarah Kebaya, Pakaian Perempuan Sejak Abad ke-16

Kebaya berasal dari kabā yang berarti pakaian

Setiap tanggal 21 Mei atau saat Hari Kartini, kebaya menjadi salah satu pakaian tradisional yang dikenakan anak-anak sekolah mulai dari SD hingga SMA. Hal yang sama juga berlaku ketika hari wisuda di mana para mahasiswi memakai busana tersebut dan toga sebagai syarat mengikuti proses upacara.

Kebaya, sebagaimana pakaian tradisional lain di Indonesia, lekat dengan kehidupan masyarakat serta memiliki sejarah yang panjang. Menurut Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya 2: Jaringan Asia (2005), kebaya muncul sebagai busana penduduk Jawa pada abad 15 hingga 16. Sebelum mengenal kebaya, perempuan Indonesia hanya mengenal kain lipat (selubung) sebagai pakaian yang digunakan untuk berkegiatan sehari-hari.

1. Arti kata kebaya

Sejarah Kebaya, Pakaian Perempuan Sejak Abad ke-16instagram.com

Kebaya, menurut Denys Lombard, berasal dari bahasa Arab kabā yang berarti pakaian. Kata tersebut kemudian diperkenalkan melalui bahasa Portugis melalui cabaya.

Lombard menjelaskan bahwa penduduk Jawa mulanya hanya mengenal kain lipat (selubung) sebagai pakaian. Tapi sejak abad 15 hingga 16, kebaya muncul secara lambat laun sebagai busana bagi perempuan.

Baca Juga: 9 Kebaya dan Batik ala Ardina Rasti, Gaya Tradisional hingga Modern

2. Pengaruh budaya Islam

Sejarah Kebaya, Pakaian Perempuan Sejak Abad ke-16IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Lombard mengatakan hadirnya kebaya dipengaruhi oleh budaya Islam. Hal ini, pertama-tama, bisa dilihat dari sejarah kata itu yang mengacu ke wilayah sebelah barat Samudera Hindia.

Menurut Ria Pentasari dalam Chic in Kebaya (2007), masyarakat Jawa lebih sering menggunakan kemben, tenun, ikat, dan kain panjang sebelum abad ke-15. Usai penyebaran agama Islam, lanjut Ria, kebaya menjadi busana yang populer.

3. Kebaya panjang adopsi dari pakaian orang Portugis

Sejarah Kebaya, Pakaian Perempuan Sejak Abad ke-16IDN Times/Gregorius Aryodamar

Irma Russanti dalam Desain Kebaya Sunda (2019) mengatakan pengaruh budaya di atas tampak pada bentukan pakaian perempuan berupa kebaya panjang. Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa kebaya panjang merupakan adopsi busana wanita Portugis yang datang ke Malaka pada abad ke-16. Dalam bahasa Portugis, kata kebaya dipakai untuk menunjuk baju longgar yang panjangnya sampai di bawah lutut.  

4. Menjadi pakaian para perempuan Belanda

Sejarah Kebaya, Pakaian Perempuan Sejak Abad ke-16id.wikipedia.org/

Pada abad ke-19, kebaya tidak hanya dikenakan oleh perempuan Jawa tapi juga para noni dan mevrouw Belanda. Bahan kebaya yang semula berasal dari tenunan mori, kata Ria, menjadi berkembang dengan menggunakan sutra dengan sulaman berwarna-warni.

Irma menjelaskan bahwa ada perbedaan desain kebaya antara wanita Belanda dengan kaum pribumi. Berkaca pada kejadian yang terjadi di wilayah Sunda, kebaya mereka longgar dan panjang serta terbuat dari jenis katun berwarna putih yang dihiasi dengan detil renda yang halus dan mahal.

5. Hadir dengan berbagai macam bahan dan bentuk

Sejarah Kebaya, Pakaian Perempuan Sejak Abad ke-16instagram/happysalma

Triyanto dalam Eksistensi Kebaya dari Masa ke Masa (2007) mengatakan kebaya berubah bentuk dari longgar ke busana yang mengikuti bentuk tubuh setelah Indonesia merdeka.

Kini, kebaya tidak hanya hadir sebagai pakaian tradisional yang dipakai hanya saat acara resmi. Busana ini telah menjadi busana modern dengan desain sesuai dengan perkembangan mode. Ria menjelaskan kebaya sekarang bisa dibuat dari berbagai macam bahan di antaranya brokat, organdi, sutra, chiffon, tule, atau kain tenun. Sebagai bawahan, selain jarit, kebaya juga bisa dipadukan dengan kain tenun atau sarung.

Baca Juga: 9 Inspirasi Kebaya ala Annisa Yudhonono, Tampil Anggun dan Berkelas

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya