Hari Kesiapsiagaan Bencana, RSUP Dr Sardjito Laksanakan Simulasi 

Simulasi untuk minimalkan jika terjadi bencana

Sleman, IDN Times - Bertepatan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana yang jatuh pada Jumat (26/4), Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito mengadakan simulasi penanganan bencana bagi karyawan.

Simulasi tersebut berlangsung pukul 9 pagi dan diadakan di sekitar Gedung Administrasi Pusat RSUP Dr. Sardjito.

Baca Juga: Hari Ini, Merapi Keluarkan Wedhus Gembel Hingga Tiga Kali

1. Setahun diadakan dua kali

Hari Kesiapsiagaan Bencana, RSUP Dr Sardjito Laksanakan Simulasi siaga.bnpb.go.id

Penanggung jawab layanan keselamatan kerja RSUP Dr. Sardjito Ruwanto mengatakan pihaknya melakukan simulasi penanganan bencana minimal dua kali dalam setahun. Makanya, saat simulasi dilakukan pada Jumat (26/4), karyawan tidak merasakan kepanikan meski pengumuman soal kegiatan ini hanya diberitahukan kepada stakeholder.

2. Skenario simulasi penanganan bencana

Hari Kesiapsiagaan Bencana, RSUP Dr Sardjito Laksanakan Simulasi Unsplash.com/Marcelo Leal

Ruwanto lebih lanjut menjelaskan skenario simulasi penanganan bencana kali ini diawali dengan pengaktifkan alarm gedung di RSUP Sardjito.

"Kemudian khusus yang di perkantoran kami anjurkan untuk melakukan evakuasi lalu kami melakukan briefing untuk evaluasi kira-kira selama evakuasi ada kendala atau tidak," jelasnya.

Ia kemudian mengatakan bahwa tangga darurat dan jalur evakuasi dalam kondisi baik sehingga bisa digunakan. Karyawan pun bisa keluar dalam waktu kurang dari tiga menit.

"Kendalanya dari anak-anak yang ada di Tempat Penitipan Anak. Mereka ada yang menangis atau ada yang ingin pakai sandal pas evakuasi. Padahal sebelumnya sudah gladi resik," katanya.

3. Pemenuhan sarana penanganan bencana

Hari Kesiapsiagaan Bencana, RSUP Dr Sardjito Laksanakan Simulasi (Ilustrasi peristiwa kebakaran) IDN Times/Sukma Shakti

Dari sisi sarana penanganan bencana, Ruwanto menerangkan bahwa RSUP Dr. Sardjito telah memiliki fasilitas gedung yang berguna untuk menangani bencana.

"Gedung lebih dari empat lantai sudah tahan gempa hingga 8 Skala Richter dan ada kompartemen di mana evakuasi tidak harus keluar gedung. Sementara gedung di bawah 4 lantai ada fasilitas jalur miring jadi tempat tidur atau kursi roda bisa lewat. Ada juga gedung seperti gedung rawat jalan atau pusat jantung terpadu meniliki sistem kompartemen tahan api yang bisa tahan 2 jam. Di dalamnya juga ada smoke control," terangnya.

Di samping sarana, Ruwanto juga mengatakan bahwa karyawan dilatih agar bisa memadamkan kebakaran dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Selain itu pada saat gempa mereka diminta untuk berlindung di ruangan di mana mereka berada terlebih dahulu alih-alih keluar gedung.

"Banyak cedera itu justru karena panik jadi ada yang terjatuh atau terpeleset. Kalau gempa berlindung di ruangan dulu. Kalau gedung aman baru keluar. Jika gedung tidak dalam kondisi bagus maka tunggu pertolongan di dalam," katanya.

Ia mengatakan proses evakuasi merupakan tahapan terakhir yang dilakukan ketika bencana terjadi. "Jika gempa kecil terus dievakuasi kan repot. Jadi evakuasi pasien adalah pilihan terakhir. Seluruh evakuasi harus di bawah koordinasi incident commander yang saat ini dipegang oleh kepala Instalasi Gawat Darurat," katanya.

Baca Juga: Libatkan Warga Lokal, EWS di Bantul Jadi Pilot Project Nasional 

Topik:

  • Paulus Risang
  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya