Isu Lingkungan Jadi Favorit Peserta Djarum Writing Competition

Dari ide sederhana untuk solusi yang lebih baik

Sleman IDN Times - Djarum Foundation Writing Competition kembali memberikan wadah  gagasan anak muda untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Program tahunan Angkatan ke 34 ini menunjukkan ide segar anak muda tentang kepedulian pada lingkungan dan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

“Jika dibandingkan dengan peserta tahun sebelumnya, ide tulisan peserta tahun ini cenderung fokus pada persoalan tentang lingkungan yakni sampah dan SDGs,” ujar Program Officer Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Adrian Hadinata di Eastparc Hotel Yogyakarta, Rabu (22/5).

Baca Juga: Turut Serta Menjaga Lingkungan, Mulailah dari Produk Kecantikan!

1.Sosial media turut memberi peran dalam mendorong kreativitas peserta

Isu Lingkungan Jadi Favorit Peserta Djarum Writing CompetitionIDN Times/Holy Kartika

Adrian mengungkapkan sebanyak 16 peserta terpilih dari 252 peserta yang berpartisipasi sebagian besar mengusung persoalan sampah dan pembangunan berkelanjutan. Persoalan itu merupakan isu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Berkembangnya sosial media yang pesat, dinilai Adrian, sebagai salah satu pemantik ide kreativitas anak muda dalam mengembangkan suatu inovasi untuk memecahkan persoalan isu yang dihadapi bangsa ini.

“Karena mungkin isu-isu tersebut, akhir-akhir ini banyak terekspos, sehingga membuat mereka ingin mengulik tentang persoalan lingkungan tersebut. Mencari solusi tentang persoalan tersebut, yang mana itu dimulai dari lingkungan sekitar mereka,” jelas Adrian.

2.Kreativitas ide banyak lahir dari isu sederhana

Isu Lingkungan Jadi Favorit Peserta Djarum Writing CompetitionIDN Times/Holy Kartika

Isu-isu lingkungan merupakan persoalan yang nyata terlihat di sekitar masyarakat. Ketua Dewan Juri Nasional Writing Competition Beswan Djarum 2018/2019, Prof. Ir. Jamasri mengungkapkan ide-ide tulisan para peserta kompetisi kali ini sangat unik karena berangkat dari isu-isu sederhana yang terjadi di lingkungan sekitar.

“Hal ini menunjukkan, betapa anak muda ini sangat peduli dan tanggap dengan persoalan yang ada di sekitarnya. Baik itu persoalan sampah, maupun persoalan kebijakan dan lain sebagainya,” ujar Jamasri.

Kendati menampilkan presentasi yang bagus, Jamasri menilai sentuhan akhir dari essai yang dibuat masih belum kuat. Dari sisi tekstual, muatan materi yang disampaikan masih perlu perbaikan.

“Kalau secara presentasi, mereka sangat bagus. Tetapi tulisan mereka nanti akan dipublikasikan, sehingga mungkin ke depan perlu perbaikan pada sistematika penulisan, supaya pembaca juga bisa memahami gagasan yang mereka sampaikan,” jelas Jamasri.

Baca Juga: 5 Mahasiswa UGM Ciptakan Aplikasi Jejak Medis

3. Populasi sampah organik di Indonesia capai 60%, Agus Wandi kembangkan TOPAN

Isu Lingkungan Jadi Favorit Peserta Djarum Writing CompetitionIDN Times/Holy Kartika

Topan bukan sejenis angin yang merusak lingkungan saat berhembus kencang. Namun, Topan yang ini adalah Tong Millenial Pengurai Sampah Organik. Ide ini dicetuskan Agus Wandi, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah setelah membaca sebuah riset tentang produksi sampah di Indonesia. Berdasarkan hasil riset Sustainable Waste Indonesia 2017, dari keseluruhan sampah yang diproduksi masyarakat, sebanyak 60 persen adalah sampah organik.

“Waktu itu saya melihat OB [office boy] di kampus, saat membersihkan tong sampah, harus memilah dulu sampah sebelum dipindahkan. Dari situ saya kepikiran untuk membuat alat yang lebih efisien untuk membuat pengolahan sampah menjadi lebih efisien,” ujar mahasiswa asal Polewali Mandar yang akrab disapa Awan.

Tong Millenial ini nantinya diharapkan dapat menjadi perangkat yang dapat memudahkan manusia mengelola atau mengolah sampah organik yang diproduksinya. Awan mengatakan target awal penggunaan tong tersebut nantinya akan menyasar sekolah-sekolah di Indonesia.

“Dari sekolah alat ini diharapkan bisa memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah dan memberi kegiatan kreatif kepada anak-anak yakni dalam mengolah sampah menjadi kompos,” ungkap Awan.

4.Patricia Samantha Puteri, Kreasikan Limbah Sarang Lebah Jadi Lilin Anti Kanker

Isu Lingkungan Jadi Favorit Peserta Djarum Writing CompetitionIDN Times/Holy Kartika

Lilin parafin menjadi salah satu pemicu kanker, karena memiliki potensi terbentuknya indoor air pollution. Emisi pembakaran lilin parafin mengandung timbal, hidrokarbon aromatik polisiklik, dioksin dan furan. Di mana zat tersebut sangat bahaya bagi kesehatan.

“Kebetulan saya suka lilin, terutama lilin aromatik. Lalu kepikiran bisa tidak ya, membuat suatu produk lilin yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Dari beberapa yang saya baca, ternyata limbah sarang lebah bisa dibuat menjadi lilin yang berkualitas,” ungkap Patricia Samantha Puteri mahasiswi Institut Teknologi Bandung.

Banyaknya limbah sarang lebah yang terbuang di salah satu desa di Bandung, membuat Patricia tergerak untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi lilin anti kanker dengan nama Cerana Candle. Misi mojang Bandung ini adalah dapat membuat produk ramah lingkungan yang tidak harus mahal.

“Karena biasanya produk yang eco friendly itu, selalu identik dengan harga yang mahal. Bukan solusi jika produk ini nantinya dijual dengan harga tinggi, saya meyakini produk ini bisa dijangkau masyarakat karena bahan bakunya juga tidak mahal,” jelas Patricia.

Baca Juga: Cara Djarum Foundation Siapkan Generasi Muda Menjadi Pemimpin

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya