UNY Bergerak Tuntut Besaran UKT Sesuai Kondisi Ekonomi

Tuntut ada penyesuaian setiap semester

Sleman, IDN Times - UNY Bergerak menuntut pihak kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk menyesuaikan besaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) dengan kondisi ekonomi mahasiswa. Selain itu, tidak mempersulit mahasiswa yang mengajukan keringanan karena terimpit kondisi ekonomi.

Berdasarkan survei yang pernah dilakukan UNY bergerak terhadap 1.045 mahasiswa UNY, terdapat 1.020 mahasiswa yang merasa keberatan akan besaran UKT mereka. Selain itu, 56 persen dari jumlah responden atau sebanding dengan 585 mahasiswa dari jalur masuk mandiri merasa keberatan dengan hasil golongan UKT yang mereka peroleh.

1. Ratusan mahasiswa mempertimbangkan cuti

UNY Bergerak Tuntut Besaran UKT Sesuai Kondisi EkonomiDiskusi bertajuk "Ada Apa dengan UNY?" di salah satu kafe di Sleman, Senin (16/1/2023) malam. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Dari data yang dihimpun, sebanyak 160 mahasiswa mempertimbangkan melakukan cuti pada semester depan karena alasan ekonomi. Meskipun data tersebut tidak sebanyak mahasiswa yang mempertimbangkan untuk tidak cuti, hal ini tidak boleh diabaikan begitu saja oleh kampus.

Bahkan, mahasiswa yang mempertimbangkan tidak cuti harus melakukan upaya-upaya tambahan untuk membayar UKT. Dari survei yang dihimpun, sebanyak 50,09 persen harus bekerja untuk membayar UKT, sebanyak 24,11 persen harus berutang, kemudian 12,82 persen lainnya harus menjual barang yang mereka miliki untuk tetap lanjut kuliah. Sementara, sisanya masih belum tahu upaya apa yang harus ditempuh untuk membayar UKT.

Baca Juga: Mahasiswa Jogja, Bekerja hingga Jual Barang demi Bayar UKT

2. Pengajuan keringanan yang rumit

UNY Bergerak Tuntut Besaran UKT Sesuai Kondisi EkonomiIlustrasi Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Beberapa mahasiswa juga menceritakan tentang banding yang telah mereka lakukan. Mulai dari pengajuan surat-surat yang cukup rumit sampai ketiadaan informasi mengenai keputusan penyesuaian.

Mahasiswa harus mengurus penyesuaian setiap semester, penyesuaian mereka tidak
berlaku secara permanen. Beberapa di antara mereka yang mengajukan penurunan merasa kecewa karena hanya dialihkan menjadi angsuran. Selain itu, penurunan yang diputuskan hanya sebesar Rp400 ribu--Rp500 ribu saja.

"Seharusnya penurunan gak cuma satu golongan turun. Ya kalau memang harus turun Rp1 juta ya kasihlah itu, kalau memang Rp2 juta ya kasih lah. Banyak yang bilang di luar sana UKT UNY gak mahal, bukan masalah mahal atau tidak, tapi penyesuaian dengan kondisi ekonomi mahasiswa," ujar Tim Humas UNY Bergerak, Opal, di sela diskusi "Ada Apa dengan UNY?" di salah satu kafe di Sleman, Senin (16/1/2023) malam.

3. Penyesuaian UKT setiap semester

UNY Bergerak Tuntut Besaran UKT Sesuai Kondisi EkonomiUniversitas Negeri Yogyakarta (UNY) (wikimapia.org)

Pasca pandemi, penyesuaian UKT hanya berlaku untuk mereka yang orangtuanya meninggal atau mereka yang sudah semester akhir dan cukup mengurus yudisium. Ketika pandemi, ada skema penyesuaian untuk mereka yang ekonominya menurun. Perubahan ini menyebabkan mahasiswa yang saat ini mengalami penurunan ekonomi, tidak dapat
melakukan penyesuaian UKT.

"Tuntutan kami penyesuaian UKT setiap semester, karena pandemi COVID-19, kondisi sosial ekonomi itu tidak menentu. Apalagi di 2023 ada kemungkinan resesi," ucap Opal.

Baca Juga: Kisah Pilu Mahasiswa UNY Berjuang Kuliah hingga Tutup Usia

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya