Saksi Bisu Gugurnya 2 Pahlawan Revolusi di Sleman Tahun 1965

Dikenal sebagai 'Lubang Buaya' Jogja

Sleman, IDN Times - September 1965 menjadi sejarah kelam bangsa Indonesia. Berbagai cerita mewarnai tragedi 65. Salah satu lokasi yang menjadi saksi bisu tragedi ini berada di Kentungan, Condongcatur, Depok, Sleman. Tepatnya, di bangunan yang saat ini dijadikan kompleks Batalyon 403.

Di kompleks ini, berdiri Museum Monumen Pahlawan Pancasila. Sebuah pendapa nampak berdiri kokoh. Di kanan dan kiri pendapa itu juga terdapat dua duplikat tank, dan satu mobil Jeep Gaz yang mewarnai tragedi 1965.

Bagian depan dinding pendapa tersebut, terdapat relief cerita yang mewarnai kejadian di lokasi itu. Dua patung besar petinggi ABRI/TNI, Brigadir Jenderal (anumerta) Katamso Darmokusumo, dan Kolonel Infanteri (anumerta) Sugiyono juga terlihat di pendapa. Lokasi tersebut menjadi tempat pembunuhan dua petinggi TNI tersebut.

1. Cerita eksekusi Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono

Saksi Bisu Gugurnya 2 Pahlawan Revolusi di Sleman Tahun 1965Pengunjung mengunjungi Museum Monumen Pahlawan Pancasila, Kentungan, Condongcatur, Depok, Sleman, Kamis (29/9/2022). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo).

Saat itu Brigjen Katamso menjabat sebagai Danrem dan Kolonel Sugiyono sebagai Kasrem. Sebagai petinggi TNI AD, mereka menjadi orang yang dicari. Dalam tragedi berdarah 1 Oktober 1965, Brigjen Katamso dibawa lebih dulu. Selanjutnya, tidak berselang lama, Kolonel Sugiyono juga dibawa, dengan mobil Jeep Gaz.

Mereka dibawa ke Batalyon L yang saat ini menjadi Batalyon 403. Di lokasi tersebut telah disiapkan lubang berukuran sekitar 180 cm x 120 cm, dengan kedalaman sekitar 70 cm. “Pembunuhan terjadi di sini,” kata Penjaga Museum Monumen Pahlawan Pancasila, Malis Ari Juliyanto, sembari menunjukkan lubang yang ada di tengah pendapa museum itu.

Baca Juga: Biografi Brigjen TNI Katamso Darmokusumo, Pahlawan Revolusi Indonesia

2. Ditemukan warga sekitar

Saksi Bisu Gugurnya 2 Pahlawan Revolusi di Sleman Tahun 1965Pengunjung mengunjungi Museum Monumen Pahlawan Pancasila, Kentungan, Condongcatur, Depok, Sleman, Kamis (29/9/2022). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo).

Malis melanjutkan ceritanya. Untuk menghilangkan jejak pembunuhan itu, lubang tersebut ditutup dan ditanami ubi jalar dan pohon pisang.

Waktu berselang cukup lama hingga jasad kedua pahlawan revolusi ini ditemukan. Lokasi eksekusi yang tidak jauh dari jalan raya, membuat bau muncul dari lokasi tersebut.

“Dulu ini kan belum tembok, cuma kawat berduri, warga yang lewat itu mencium bau, kemudian melapor. Ditemukan 21 Oktober 1965,” ucap Malis.

Untuk mengenang kedua pahlawan revolusi itu Museum Monumen Pahlawan Pancasila hingga saat ini terus dirawat, setelah diresmikan pada 1 Oktober 1991 oleh Paku Alam VIII. Sejumlah benda yang mewarnai sejarah itu turut dipajang di museum.

3. Koleksi di museum dan upaya pengenalan

Saksi Bisu Gugurnya 2 Pahlawan Revolusi di Sleman Tahun 1965Duplikat mobil yang digunakan menculik dua pahlawan revolusi di Museum Monumen Pahlawan Pancasila, Kentungan, Condongcatur, Depok, Sleman, Kamis (29/9/2022). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo).

Baju dinas yang pernah dikenakan Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono masih tersimpan di Museum Monumen Pahlawan Pancasila. Tidak terkecuali, saksi bisu duplikat batu-batu dan kunci mortir yang digunakan untuk membunuh dua pahlawan revolusi ini. Foto-foto penemuan jenazah juga dipajang.

Duta Museum Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 2022 untuk Museum Monumen Pancasila, Ade Amelia mengatakan Duta Museum juga mencoba mengenalkan Museum Monumen Pancasila, dikenal lebih banyak oleh masyarakat luas.

“Museum itu tidak hanya tempat koleksi saja, rekreasi saja, namun juga tempat edukasi,” ucap Amel.

Baca Juga: Perjalanan Penghayat Kepercayaan Diakui Setara oleh Negara dan Sesama

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya