Permainan Lato-lato, Ketua PGRI DIY: Terpenting Anak Tahu Tempat Main

Guru ikut memberi pemahaman

Yogyakarta, IDN Times - Persatuan Guru Republik Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PGRI DIY) mengingatkan kepada anak sekolah agar permainan Lato-lato tidak mengganggu kegiatan belajar. Guru diharapkan juga bisa membimbing.

"Kalau dipakai di sekolah, di kelas ya gak boleh. Silakan bermain kalau di luar jam sekolah," ujar Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PGRI DIY), R. Kadarmanta Baskara Aji, Rabu (11/1/2023).

1. Anak-anak harus tahu tempat bermain

Permainan Lato-lato, Ketua PGRI DIY: Terpenting Anak Tahu Tempat MainSekda DIY Kadarmanta Baskara Aji. (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Aji mengingatkan agar anak-anak dapat mengetahui mana tempat yang boleh digunakan bermain Lato-lato dan mana yang tidak. "Saya kira anak-anak kita ajari dimana boleh (bermain), dimana tidak," kata pria yang juga Sekretaris Daerah DIY itu.

Menurut Aji, yang terpenting jangan mengganggu saat jam pelajaran sekolah. "Sama seperti di kelas kan juga gak boleh ngomong keras teriak-teriak. Apalagi main bareng-bareng ya ora karuan suarane," ucapnya.

2. Guru cukup memberi pemahaman

Permainan Lato-lato, Ketua PGRI DIY: Terpenting Anak Tahu Tempat MainIlustrasi Pelajar SD (IDN Times/Mardya Shakti)

Dikatakan Aji, hal yang paling penting adalah guru memberi pemahaman, supaya anak paham kapan dan di mana waktu yang tepat untuk bermain. Menurutnya idak perlu surat edaran larangan.

"Guru-guru kasih bimbingan supaya anak paham. Cukup ditulis tata tertib saja. Seperti rokok kan juga gak boleh, ngomong keras-keras juga gak boleh," ujar mantan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY itu.

Baca Juga: Psikolog UGM Sebut Lato-Lato Kurangi Anak Main Game Online 

3. Sekolah bisa menjadi fasilitator siswa untuk menyalurkan hobi main lato-lato

Permainan Lato-lato, Ketua PGRI DIY: Terpenting Anak Tahu Tempat Mainpotret seorang anak yang main lato-lato (instagram.com/hendrasetioko)

Sementara, Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, Prof. Koentjoro juga kurang setuju jika sekolah melarang lato-lato. Sekolah menurutnya memiliki peran untuk memberikan pengertian pada siswanya akan aturan dan cara bermain lato-lato yang aman dan tidak mengganggu lingkungan.

Menurutnya, sekolah justru bisa menjadi fasilitator bagi anak dalam menyalurkan hobi bermain lato-lato. Misalnya dengan menyelenggarakan lomba lato-lato. “Sekolah mengingatkan, bukan hanya sekedar melarang karena berbahaya atau membiarkan saja, namun anak-anak diingatkan bahaya lato-lato bagi diri sendiri dan orang lain serta kapan bisa bermain biar peka terhadap lingkungan,” kata Koentjoro.

Baca Juga: Yuk, Belajar Filosofi Kehidupan dengan Permainan Tradisional Dakon 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya