Lantunan Al-Qur'an dalam Senyap di Ponpes Tuli Darul A'shom

Sebarkan keindahan Al-Qur'an kepada difabel Tuli di Jogja

Sleman, IDN Times - Suasana tenang terasa di sekitar Pondok Pesantren Darul A'shom di Padukuhan Kayen, Kalurahan Condongcatur, Kapanewon Depok, Sleman, Sabtu (8/4/2023) sore itu. Sejumlah santri tampak bersiap menjalankan salat Asar.

Mereka berjalan menuju sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, tempat mereka biasa salat dan mengaji. Beberapa dari mereka tampak bersenda gurau satu dengan yang lainnya, beberapa lainnya juga tampak berkomunikasi dengan gerakan tangan dan jari-jari mereka.

Darul A'shom memang menjadi wadah mereka yang memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi. Ponpes ini menjadi tempat belajar bagi difabel tuli dari berbagai daerah di Indonesia. Meski memiliki keterbatasan, namun semangat anak-anak hingga remaja berusia 7-20 tahun ini tidak diragukan.

Selepas mengambil air wudu, para santri laki-laki ini bersiap menunaikan salat Asar. Mereka mengenakan gamis pria berwarna biru, dan berjejer merapatkan saf. Aktivitas mereka sama seperti pondok pesantren pada umumnya.

1. Gerak jari membaca dan menghafal Al-Qur'an

Lantunan Al-Qur'an dalam Senyap di Ponpes Tuli Darul A'shomSalah satu santri saat belajar di Pondok Pesantren Darul A'shom di Dusun Kayen, Desa Condogcatur, Kecamatan Depok, Sabtu (8/4/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Selepas menunaikan salat berjamaah, mereka tampak sibuk mengambil meja lipat. Dari sebuah rak yang terbuat dari kayu, para santri mengambil Al-Qur'an. Puluhan santri itu membuat kelompok-kelompok dan duduk bersila, dengan ustaz yang mengajar sore itu.

Bulan suci Ramadan tahun ini coba dimanfaatkan dengan baik oleh para santri. Suasana hening, hanya gerakan jari-jari tangan mereka 'melantunkan' ayat suci Al-Qur'an, dengan dibantu oleh ustaz. Beberapa ada juga yang tampak menyetorkan hafalan.

Sekitar satu jam mereka mengaji. Selepas mengaji para santri, kembali merapikan meja lipat dan Al-Qur'an ke tempat semula. Beberapa santri nampak bercanda dan beristirahat sembari menunggu waktu buka puasa.

2. Keinginan membantu Tuli belajar agama

Lantunan Al-Qur'an dalam Senyap di Ponpes Tuli Darul A'shomPara santri saat belajar di Pondok Pesantren Darul A'shom di Dusun Kayen, Desa Condogcatur, Kecamatan Depok, Sabtu (8/4/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Pendiri Pondok Pesantren Darul A'shom, Ustaz Abu Kahfi, menceritakan bagaimana dirinya tergugah ingin membantu para penyandang Tuli mengenal agama. Dia menyebut bahwa pondok pesantren khusus Tuli ini berdiri pada 19 September 2019 di Bantul. Namun, jauh sebelum itu, saat ia masih tinggal di Bandung, Jawa Barat, merasa risau karena difabel rungu pengetahuan agamanya sangat kurang.

"Berawal dari Bandung awalnya, terasa terpanggil karena tunarungu yang gak kenal agama," cerita Ustaz Abu Kahfi.

Kepedulian Ustaz Abu Kahfi membawa dirinya ingin mengajar para Tuli. Tidak serta merta ia langsung mengajar ilmu agama saat itu. Dirinya mengajak beberapa orang Tuli itu olahraga di tempatnya di Bandung. Bukan hal mudah awalnya untuk berkomunikasi, Ustaz Abu Kahfi pun mulai belajar bahasa isyarat agar bisa membangun komunikasi dengan mereka.

Menurutnya, Allah memberikan jalan waktu itu, hanya kurang lebih satu bulan dirinya sudah menguasai bahasa isyarat. Ustaz Abu Kahfi kemudian mulai mengajari difabel rungu yang rata-rata sudah berusia dewasa itu belajar mengaji. Keinginannya untuk memberikan pelajaran agama sejak dini pun muncul.

Baca Juga: Profil Shinta Ratri, Transpuan Pendiri Ponpes Waria di Jogja

3. Mendirikan pondok pesantren Tuli di Jogja

Lantunan Al-Qur'an dalam Senyap di Ponpes Tuli Darul A'shomPara santri saat belajar di Pondok Pesantren Darul A'shom di Dusun Kayen, Desa Condogcatur, Kecamatan Depok, Sabtu (8/4/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Ustaz Abu Kahfi ingin anak-anak bisa memiliki bekal agama yang cukup sejak usia dini. Setelah malang melintang di Bandung 10 tahun, suatu ketika ia berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Terbesit pikiran untuk mengajarkan agama sedini mungkin untuk difabel tuli di DIY dan sekitarnya.

Dirinya pun berusaha mencari tempat tahun 2019 itu, dan berhasil mendapatkan rumah kontrakan, serta mendapat pinjaman ruko dua lantai untuk tempat mengajar di Bantul. Saat berjalan 6 bulan baru ada 16 santri. Setelah satu tahun berjalan santri pun bertambah menjadi 40 orang.

Melihat minat yang semakin tinggi, ia pun mencoba mencari tempat yang lebih representatif untuk mengajar. Hingga akhirnya pada 2021, pindah ke tempat saat ini di Sleman.

"Saat ini Alhamdulillah sudah 129 orang, 40 santriwati dan 80 lebih sisanya santriwan," ungkap Ustaz Abu Kahfi.

Para santri tersebut datang dari berbagai daerah di Indonesia. Dari sisi pengajar pun bertambah. Mulai dari menantu Ustaz Abu Kahfi hingga seorang dosen ikut membantu mengajar di Darul A'shom.

4. Harapan-harapan baik dari Darul A'shom

Lantunan Al-Qur'an dalam Senyap di Ponpes Tuli Darul A'shomPara santri saat belajar di Pondok Pesantren Darul A'shom di Dusun Kayen, Desa Condogcatur, Kecamatan Depok, Sabtu (8/4/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Darul A'shom berfokus pada pesantren tahfidz atau penghafal Al-Qur'an. Untuk pembelajaran dimulai dari mengenalkan Al-Qur'an terlebih dahulu. Setelah mulai mengenal, bisa membaca kemudian baru pada tahap menghafal.

"Ada dibuka kelas kitab. Alhamdulillah sudah bisa kitab kuning," ujar Ustaz Abu Kahfi.

Ustaz Abu Kahfi mengharapkan setelah mereka menguasai agama secara mendalam, mereka bisa ikut mengajar juga. Setidaknya di Darul A'shom, atau mengajar di daerah lain untuk membantu Tuli lainnya. Bahkan dikatakannya ada yang sudah diminta untuk mengajar di luar negeri.

Menurutnya perlu dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah membantu mereka setelah selesai belajar, bisa menyalurkan ilmu mereka. "Perlu support pemerintah atau pihak terkait menggaet mereka, bermanfaat untuk umat," ujarnya.

Ustaz Abu Kahfi  juga mengatakan di pondok asuhannya ini, selain belajar agama, pendidikan formal pun diberikan. Diharapkan dengan begitu, mereka yang Tuli dan belajar di Darul A'shom, bisa kejar paket dan paham pendidikan formal.

Salah satu santri, Rafi (13) asal Tangerang mengaku senang bisa belajar di Darul A'shom. Sudah dua tahun ia belajar di tempat ini. "Belajar Akidah, Fiqih, Menghafal Al-Qur'an. Ingin jadi ustaz mengajarkan Al'Quran ke negara lain," ungkap Rafi dengan bahasa isyarat.

Sembari menggerakkan jari-jarinya, Arfi (11) yang juga dari Tangerang juga memiliki keinginan menjadi ustaz mengajarkan agama ke negara lain. "Senang banyak teman tuli (di Darul A'shom). Belajar Fiqih, Akidah, Akhlak, belajar Al Qur'an, Matematika, bahasa, IPS juga," ungkapnya.

Baca Juga: [FOTO] Suatu Sore di Pondok Pesantren Tuli Darul A'shom

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya