Cerita Rafa Dalang Down Syndrome Tampil di Festival Dalang Cilik UNY
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Ada pemandangan yang spesial di acara Festival Dalang Cilik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Krapyak IX Margoagung, Seyegan, Sleman. Tampil dalam special performance, pada Minggu (12/5/2024) lalu, Rafa Kusuma Atma Wibowo seorang penyandang down sydrome, lihai memainkan wayang kulit di tangannya.
Putra pasangan Ludy Bimasena dan Sri Wahyuni ini menyukai wayang sejak umur 3 tahun saat orangtuanya membelikan compact disc (CD) wayang. Tayangan dalam CD diambil per scene, karena keterbatasan Rafa tidak bisa melihat video dalam waktu lama. Video yang dipilih atraktif seperti tancep kayon, perang kembang dan sebagainya.
1. Orangtua kenalkan budaya dan melatih motorik
Diungkapkan Ludy, mereka memilihkan wayang yang menjadi bagian dari budaya Jawa. Penyandang down syndrome disebutnya bisa menirukan dengan baik. "Sebagai kultur orang Jawa kami ingin Rafa punya kelebihan, karena penyandang down sydrome adalah peniru yang hebat," ujar Ludy, Rabu (15/5/2024).
Kebiasaan melihat video wayang, membuat Rafa menyukainya. Ludy mengatakan pemilihan budaya Jawa berupa wayang bisa melatih motorik kasar dan halus, sinkronisasi pendengaran dan olah rasa. Diungkapkan anak down sydrome mengalami kesulitan bicara, harapannya dengan memainkan wayang menstimulasi untuk terpicu berbicara.
Siswa kelas VIII SLB Negeri Pembina Yogyakarta tersebut mampu menirukan gerakan dalang profesional sesuai aslinya. "Motorik kasarnya sangat bagus, untuk memutar gunungan sudah baik dimana tidak setiap anak bisa melakukannya," kata Ludy.
Ibu Rafa, Sri Wahyuni menambahkan sejak kecil ia melakukan terapi untuk anaknya yang memiliki keterbatasan berkomunikasi. "PR-nya banyak sekali seperti melatih bicara, melatih ototnya, sehingga sejak kecil perlu pembiasaan," kata Sri Wahyuni.
2. Rafa belajar menjadi dalang secara otodidak
Warga Babadan Banguntapan Bantul tersebut pertama kali tampil menjadi dalang saat ulang tahun SLB Negeri Pembina. Kedua kalinya pada acara Wayang Cakruk Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinsos DIY).
"Pada tahun ini kami diterima untuk tampil sebagai special performance dalam Festival Dalang Cilik UNY. Kami ucapkan terima kasih pada panitia yang telah memberi kesempatan Rafa untuk tampil," ujar Ludy.
Ludy berharap, wayang kulit dapat menjadi media terapi sepanjang hayat bagi penderita down sydrome, termasuk bagi akademisi agar bisa meneliti hal ini lebih lanjut. "Seni budaya adalah hak setiap orang, walaupun punya keterbatasan down sydrome juga punya hak untuk berkesenian dan berkebudayaan," ujarnya.
Baca Juga: Berawal Nonton Wayang di TV, Astri Terpikat Menjadi Dalang Muda
3. UNY dukung pengembangan bakat anak
Menurut Ketua Pelaksana FDC UNY Agus Murdiyastomo, apabila terdapat anak yang berbakat dan layak tampil namun memiliki keterbatasan, pihaknya akan berusaha untuk dilayani sebagai pengembangan keterampilan. "Pengembangan keterampilan motorik dan perkembangan mentalnya itu penting bagi mereka," kata Agus.
Baca Juga: Menengok Pengelolaan Sampah di Nitikan Jogja Tiap Hari Kelola 75 Ton