Psikolog UGM Flexing Tunjukkan Harga Diri Seseorang Lemah 

Setiap orang punya potensi untuk flexing

Sleman, IDN Times - Pengamat Psikologi Sosial UGM, Lu’luatul Chizanah, M.A., mengatakan perilaku flexing atau memamerkan barang sengaja dilakukan untuk menunjukkan kepemilikan material maupun properti yang dianggap bernilai bagi kebanyakan orang. 

Menurutnya flexing menjadi fenomena yang mencuat seiring dengan perkembangan media sosial yang memberikan kesempatan penggunanya untuk lebih menunjukkan diri atas kepemilikan material atau properti yang dianggap memiliki nilai bagi kebanyakan orang. 

 

1. Miliki harga diri lemah

Psikolog UGM Flexing Tunjukkan Harga Diri Seseorang Lemah ilustrasi flexing (pexels.com/Thirdman)

Orang yang menunjukkan perilaku flexing di media sosial disebut Lu’luatul Chizanah mengindikasikan self esteem atau harga diri yang lemah. Tanpa disadari orang yang kerap melakukan flexing sebenarnya tidak mempunyai kepercayaan diri.

Dosen Fakultas Psikologi UGM ini menyebutkan orang yang melakukan flexing di media sosial salah satunya ditujukan untuk mendapatkan pengakuan dalam kelompok. Dalam konteks pembentukan relasi atau pertemanan, membutuhkan pengakuan agar bisa diterima di lingkungan tertentu.  

“Teknik manajemen impresi dengan memamerkan barang-barang mewah dilakukan untuk membuktikan jika ia layak masuk dalam komunitas tertentu. Harapannya dengan memamerkan tas branded maka orang lain akan menilai saya layak masuk kalangan elite,” paparnya dikutip laman resmi UGM, Selasa (7/3/2023).  

2. Memicu pembelian branded hanya untuk flexing

Psikolog UGM Flexing Tunjukkan Harga Diri Seseorang Lemah ilustrasi flexing (pexels.com/Thirdman)

Perilaku flexing juga berdampak buruk ke arah impulsif buying. Seseorang akan menjadi sangat impulsif untuk membeli barang-barang branded hanya untuk flexing. Apabila flexing ditujukan untuk mengatasi self esteem rendah, maka hal tersebut hanya bersifat semu dan tidak berujung sert abersifat adiktif. 

“Kalau flexing dilakukan sebagai awal pemantik perhatian dan selanjutnya menunjukkan sesuatu yang lebih esensial seperti kompetensi, personaliti yang baik itu tidak masalah. Akan ada masalah jika flexing ini jadi satu-satunya cara untuk manajemen impresi, jadi toksik bagi diri sendiri,” urainya. 

Baca Juga: 5 Rekomendasi Hotel Dekat UGM Yogyakarta, Nyaman dan Strategis! 

Baca Juga: PUKAT UGM Nilai Gaya Hidup Mewah Pejabat Rentan Perilaku Koruptif

3. Setiap orang punya potensi flexing

Psikolog UGM Flexing Tunjukkan Harga Diri Seseorang Lemah ilustrasi flexing (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Setiap orang menurutnya memiliki potensi untuk menunjukkan perilaku flexing. Kemampuan mengelola diri untuk melakukan flexing atau tidak menjadi sangat penting. 

“Flexing untuk menunjukkan pencapaian, sesekali tidak apa. Namun, saat kalau tidak posting menjadi cemas ini harus jadi alarm diri,” terangnya.

Baca Juga: Sosiolog UGM: Gaya Hidup Mewah Pejabat Pajak Bak Gunung Es

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya