Pertambangan di Gunung Merapi, Ancam Kehidupan 12 Jenis Mamalia

Sleman, IDN Times - Gangguan alam Gunung Merapi mengancam keberadaan 12 jenis mamalia di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Berdasarkan hasil penelitian mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Nurpana Sulaksono menjabarkan sebanyak 12 jenis hewan mamalia berukuran besar saat ini tinggal di area TNGM, di antaranya monyet, kijang, landak, garangan, lutung, babi hutan, trenggiling, kucing hutan, lutung, biul, rase, dan tupai terbang.
1. Gangguan tertinggi akibat aktivitas pertambangan
Menurut Nurpana, gangguan alam yang mengancam keberadaan satwa liar di area Merapi, berupa bencana erupsi yang terjadi secara periodik. Selain itu, gangguan dari aktivitas manusia berupa kegiatan perumputan, penambangan, dan aktivitas wisata menambah ancaman para mamalia.
Dalam disertasinya berjudul "Respon Mamalia Darat Ukuran Sedang-Besar pada Berbagai Tipe Gangguan di Lanskap Taman Nasional Gunung Merapi", ia menuturkan mamalia dengan ukuran sedang dan besar, seperti monyet dan lutung atau kijang cenderung menghindar dan menjauhi area yang dekat dengan gangguan, baik permukiman maupun penambangan.
"Satwa itu cenderung berada di area tutupan rapat dan menjauh dari area permukiman dan penambangan, serta suka pada lahan yang agak tinggi," paparnya dikutip Antara (14/3/2023).
Menurut Nurpana, gangguan tertinggi terjadi pada habitat yang terdampak akibat aktivitas penambangan.
2. Habitat TNGM paling luas didiami kucing hitam
Terkait ketersediaan habitat populasi mamalia di TNGM, menurut Nurpana, habitat paling luas didiami oleh kucing hutan yang menempati area seluas 5 ribu hektare, baik di dalam maupun luar TNGM.
Berikutnya binatang luwak menempati area 4.700 hektare dan kijang pada area 3 ribu hektare, baik di luar maupun di dalam kawasan taman nasional itu.
"Namun kondisi habitat kijang saat ini mengalami fragmentasi akibat erupsi dan aktivitas di permukiman penduduk. Lokasi habitat tersebut berada di utara dan selatan Gunung Merapi. Antara wilayah utara dan selatan terputus yang akan memberikan dampak pada pelestarian area yang seharusnya populasinya bisa terhubung," ujar dia.
Baca Juga: GKR Hemas Kesal Merasa Ditipu Penambang Pasir Merapi
Baca Juga: Selama 4 Hari, Gunung Merapi Keluarkan 81 Awan Panas Guguran
3. Diperlukan pengukuran kondisi mamalia secara aktif
Dari hasil penelitian, Nurpana merekomendasikan untuk dilakukan pengukuran kondisi mamalia secara aktif dan berkelanjutan untuk mengetahui dinamika dan perkembangan jumlah populasi dan habitat. Selain itu, diperlukan pengaturan waktu aktivitas pengambilan rumput oleh masyarakat.
Pengamanan kawasan untuk mencegah aksi perburuan, pengaturan dan penertiban terhadap aktivitas penggalian batu dan pasir untuk mencegah terjadinya fragmentasi habitat.
"Pengaturan dilakukan untuk mencegah gangguan tidak melebihi ambang batas toleran yang dapat memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap satwa liar khususnya mamalia," kata dia.
Baca Juga: Glagaharjo Sleman Diguyur Hujan Abu Tipis Merapi