Musim Hujan Lebih Awal, Studi Bencana UGM: Jangan Ada Korban Jiwa 

Indonesia alami triple dip La Nina

Sleman, IDN Times - Pemerintah diminta meningkatkan kewaspadaan dengan musim hujan yang cenderung datang lebih awal. Keseriusan ini menurut Kepala Pusat Studi Bencana (PSBA) Univesrsitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Muhammad Anggri Setiawan, untuk meminimalkan jatuhnya korban jiwa.

1. Musim hujan datang lebih awal

Musim Hujan Lebih Awal, Studi Bencana UGM: Jangan Ada Korban Jiwa Ilustrasi Banjir (IDN Times/Mardya Shakti)

Anggri memaparkan kemungkinan periode ini Indonesia mengalami triple dip La Nina. “Ada kemungkinan di periode ini kita mengalami triple dip La Nina. Sudah dimulai sejak 2020 dan tahun 2022 ini. Musim hujan cenderung datang lebih awal,” kata Anggri, Rabu (19/10/2022).

2. Warga harus antisipasi dan siap siaga untuk menyelamatkan diri

Musim Hujan Lebih Awal, Studi Bencana UGM: Jangan Ada Korban Jiwa ilustrasi bencana longsor (IDN Times/Aditya Pratama)

Bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir, kata Anggri, seharusnya memiliki skenario terburuk dengan langkah antisipasi penyelamatan jiwa khususnya anggota keluarga yang rentan. Antara lain upaya pengamanan dokumen dan selalu berkomunikasi dengan komunitas lingkungan sekitar dalam pengurangan risiko bencana.

Baca Juga: Positif COVID-19 di Jogja Tambah 50 Kasus, Tertinggi Selama Oktober  

3. Antisipasi dan edukasi agar tidak ada korban jiwa

Musim Hujan Lebih Awal, Studi Bencana UGM: Jangan Ada Korban Jiwa Ilustrasi banjir (IDN Times/Mardya Shakti)

Upaya untuk mengantisipasi banjir, menurutnya harus dilakukan pemda jauh-jauh hari dengan memperbaiki drainase dan pengerukan dasar sungai. “Pengerukan sungai, pembersihan drainase jangan dilakukan dalam kondisi siaga darurat seperti sekarang ini. Debit aliran sungai sedang tinggi saat ini. Hujan intensitas tinggi bisa turun deras sewaktu-waktu,” ungkapnya.

Selain bencana banjir, kata Anggri, warga perlu mewaspadai bencana longsor yang bisa mengintai bagi penduduk yang tinggal di sekitar tebing. Untuk mencegah terjadinya korban perlu edukasi, imbauan dan deteksi dini daerah yang dianggap rawan longsor saat hujan lebat. “Setiap pemda seharusnya sudah memiliki pemahaman lokal, dokumen kajian risiko bencana, desa tangguh bencana dan berbagai instrumen lainnya. Saatnya saling mengingatkan dan mengaktifkan semua komponen tersebut. Jangan sampai menunggu korban,” pungkasnya.

 

Baca Juga: Kulon Progo Tetapkan Status Tanggap Darurat Penanganan Bencana Alam

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya