Intensitas Guguran Merapi dari Kubah Barat Daya Meningkat

Status Gunung Merapi masih Siaga

Sleman, IDN Times - Gunung Merapi dalam beberapa hari terakhir mengalami peningkatan intensitas guguran yang dominan dari kubah lava barat daya. Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Agus Budi Santoso mengatakan beberapa guguran bersumber dari tebing batuan lama yang bersifat lepas dan tidak stabil. 

1. Jarak luncur guguran mencapai 1.500 meter

Intensitas Guguran Merapi dari Kubah Barat Daya MeningkatBunker Kaliadem, wisata di Kaki Gunung Merapi, Sleman. IDN Times / Febriana Sinta

Agus menerangkan guguran yang terjadi seperti pada hari Jumat tanggal 5 Agustus 2022 pukul 08:46 WIB, terjadi guguran material lama di sisi barat  atau hulu Sungai Senowo dengan jarak luncur 1.000-1.500 meter dari puncak.

"Guguran ini tercatat di seismogram dengan amplitudo 68 mm dan durasi 143 detik dan terpantau secara visual dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan, Jrakah, dan Selo," terang Agus, Jumat (5/8/2022). 

2. BPPTKG minta warga tetap jaga kewaspadaan

Intensitas Guguran Merapi dari Kubah Barat Daya MeningkatKepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso. Youtube.com/BPPTKG CHANNEL

Kejadian guguran menurut Agus, merupakan salah satu aktivitas yang wajar terjadi di gunung api aktif. Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kewaspadaan akan aktivas Gunung Merapi serta mematuhi rekomendasi dari BPPTKG dan BPBD.

Sementara periode pengamatan yang dilakukan oleh BPPTKG tanggal 5 Agustus pukul 06.00 hingga pukul 12.00 WIB, tercatat sebanyak 28 gempa guguran, 2 kali gempa hembusan, 12 kali gempa multifase, dan 4 kali gempa vulkanik dangkal. Pada periode ini, guguran teramati secara visual dan terdengar sebanyak 8 kali dengan jarak luncur maksimal 1.800 meter arah ke barat daya dan barat.

Baca Juga: Syahdunya Bunker Kaliadem, Wisata di Kaki Gunung Merapi 

3. Desakan suplai magma masih berlangsung

Intensitas Guguran Merapi dari Kubah Barat Daya MeningkatANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Berdasarkan data pemantauan terutama data kegempaan dan deformasi, desakan dari suplai magma dangkal masih terus berlangsung. Sistem vulkanik Gunung Merapi saat ini bersifat terbuka, sehingga suplai magma ini tidak terakumulasi, namun akan langsung keluar di permukaan berupa guguran lava, awanpanas, maupun pertumbuhan kubah lava.

Badan Geologi-PVMBG-BPPTKG menetapkan tingkat aktivitas Gunung Merapi menjadi Siaga pada tanggal 5 November 2020. Kemudian pada tanggal 4 Januari 2021, Gunung Merapi memasuki masa erupsi efusif yang ditandai dengan aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava, pembentukan guguran dan awan panas guguran.

Baca Juga: 10 Potret Stonehenge Merapi Yogyakarta, Mirip yang di Inggris!

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya