Ini Penyebab Hawa Panas di Yogyakarta 

Suhu mencapai 33 derajat celcius

Sleman, IDN Times - Posisi Matahari yang dekat dengan ekuator membuaf suhu di DI Yogyakarta terasa menyengat, dalam seminggu terakhir ini.

Bahkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Yogyakarta mencatat suhu terpanas mencapai 33 derajat.

Baca Juga: Pemungutan Suara Ulang Meriah, Bertabur Hadiah dan Makanan Gratis

1. Daerah sekitar ekuator lebih panas.

Ini Penyebab Hawa Panas di Yogyakarta BMKG DIY

Pakar Iklim dari UGM, Dr. Emilya Nurjani menjelaskan terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi cuaca panas dalam beberapa hari terakhir. Salah satunya dikarenakan posisi matahari yang dekat dengan ekuator sehingga membuat daerah di sekitar ekuator menjadi lebih panas.

“Saat ini matahari ini sudah bergeser ke belahan Bumi utara, sehingga seharusnya suhunya lebih rendah,” katanya Sabtu (27/4).

2. Angin monsoon Asia ikut berkontribusi

Ini Penyebab Hawa Panas di Yogyakarta pixabay

Cuaca panas juga dipengaruhi oleh angin monsoon Asia. Angin ini membawa banyak uap air yang mengakibatkan potensi pembentukan awan semakin besar. Awan-awan yang terbentuk tersebut menghalangi radiasi atau panas matahari yang seharusnya dilepaskan ke atmosfer.


“Suhu dari panas Matahari yang diserap Bumi dan dipantulkan ke atmosfer terhalang untuk dilepaskan karena masih banyak tutupan awan. Akhirnya panas matahari balik lagi ke Bumi sehingga suhu bumi menjadi naik,” urainya.

3. Penggunaan lahan di DIY masif

Ini Penyebab Hawa Panas di Yogyakarta Pixabay

Emilya menyebutkan suhu saat ini di DIY mengalami kenaikan hingga kisaran 31 derajat Celcius. Sementara di hari-hari biasa suhu hanya berkisar pada 29 derajat celcius. Menurutnya fenomena suhu panas ini akan terus dihadapi masyarakat DIY. Terlebih seiring dengan penggunaan lahan yang semakin masif.

Suhu akan terus meningkat apabila tutupan lahan semakin berkurang. Daerah perkotaan dengan bangunan beton menjadi kawasan yang menyumbang panas sebab memiliki material yang mudah menyimpan panas.

4. Emilya kritik penggunaan pendingin ruangan

Ini Penyebab Hawa Panas di Yogyakarta pixabay

Di tengah cuaca yang semakin panas, kecenderungan pemakaian pendingin ruangan semakin meningkat. Padahal pendingin ruangan melepaskan emisi karbon yang menyebabkan radiasi bumi tidak bias menembus ke atmosfer, tetapi kembali lagi ke bumi sehingga cuaca menjadi bertambah panas.

Cuaca panas ini disebutkan Emiliya bukan merupakan fenomena yang mengkhawatirkan.Hanya saja perlu untuk diwaspdai oleh masyarakat. Pasalnya, suhu tinggi akan menjadi tujuan pergerakan angin yang menyebabkan angin perkotaan (urban brezee) seperti angin kencang. Angin perkotaan tersebut akan menimbulkan urban heat island yang memicu munculnya berbagai masalah kesehatan akibat cuaca ekstrem.

5. DIY akan memasuki musim kemarau

Ini Penyebab Hawa Panas di Yogyakarta pixabay

Menurutnya, cuaca panas ini akan berubah saat memasuki musim kemarau. Ketika musim kemarau tidak akan terdapat awan yang menghalangi pelepasan panas matahari ke atmosfer.

“Saat kemarau tidak ada awan sehingga panas Matahari dari Bumi akan langsung dilepaskan ke atmosfer. Ketika siang memang cuaca panas, tapi kalau malam suhu akan turun,” terangnya.

Saat ini DIY tengah berada pada musim pancaroba atau peralihan musim penghujan ke musim kemarau. memperkirakan bahwa wilayah ini akan memasuki musim kemarau pada akhir April atau awal Mei 2019.

Meskipun fenomena cuaca panas akhir-akhir ini bukalah hal yang mengkhawatirkan, tetapi Emilya menekankan pentingnya upaya antisipasi untuk menekan dampak negatif yang ditimbulkan. Di antaranya dengan menambah luasan ruang terbuka hijau dan mengurangi produksi karbon.

Baca Juga: Sarat Makna dan Sejarah, Ini 20 Julukan Unik Kota-Kota di Indonesia 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya