50 Persen Warga Periksa ke Dokter Terkait Gangguan Kesehatan Mental   

Keluarga hingga guru wajib mengetahui gejala gangguan mental

Sleman, IDN Times - Pakar kesehatan mental Universitas Gadjah Mada (UGM), Yayi Suryo Prabandari menyebut hampir 50 persen masyarakat di Indonesia yang memeriksakan diri ke dokter terkait gangguan kesehatan mental.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, sedangkan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

1. Penyebab timbulnya stres

50 Persen Warga Periksa ke Dokter Terkait Gangguan Kesehatan Mental   Ilustrasi stres (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Gejala awal gangguan kesehatan mental, dapat dilihat dari munculnya beberapa penyakit tertentu sampai menimbulkan stres, karena adanya perasaan tertekan, cemas atau tegang. "Dalam kondisi stres yang berkepanjangan perlu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan yang profesional," kata Yayi Suryo melalui keterangan tertulis, Selasa (14/2/2023).

Penyebab timbulnya stres, bisa disebabkan adanya pekerjaan hingga faktor ekonomi, relasi hubungan dengan pasangan dan orang tua yang tidak harmonis.

Adapun gejala umum stres yang ditemui pada gangguan fisik adalah mudah lelah, pusing, diare, tekanan darah naik, mual, sakit di dada, gemetar, sakit perut, sulit tidur, susah bernafas, peningkatan detak jantung, dan gatal-gatal di kulit.

Sementara itu, gangguan pikiran ditunjukkan adanya sulitnya konsentrasi, mudah lupa, sulit mengambil keputusan, distorsi, berpikir irasional, sulit mengingat, paranoia, kesulitan menyelesaikan masalah, dan gagal fokus.

2. Bisa berujung untuk melakukan bunuh diri

50 Persen Warga Periksa ke Dokter Terkait Gangguan Kesehatan Mental   ilustrasi bunuh diri (IDN Times/Arief Rahmat)

Yayi menerangkan gangguan emosional, dapat dilihat dari tanda seseorang mudah marah, menarik diri, tidak hadir dalam sebuah acara atau kantor dan sekolah, sering terlambat, terlalu sensitif, makanan yang kompulsif, menyelesaikan masalah dengan pelarian ke minuman keras, obat dan rokok. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan pada pola tidur dan pola makan.

Stres yang berlebihan bisa menjurus pada kondisi depresi dengan adanya gejala munculnya perasaan sedih yang berlebihan, kehilangan minat dan kesenangan, merasa tidak berguna, gangguan tidur dan gangguan selera makan, menjadi tidak bersemangat, mengalami konsentrasi rendah dan perasaan tidak berdaya.

"Depresi ini sangat berbahaya jika punya ide bunuh diri, dimulai dari mengurung diri, maka bisa memunculkan seseorang untuk ide bunuh diri," kata dia.

Baca Juga: Apa itu People Please? Psikolog UGM Beberkan Arti dan Cara Berhenti  

Baca Juga: Dosen Psikologi UGM bagi Tips untuk Mengantisipasi Penculikan Anak

3. Keluarga hingga guru wajib mengetahui gejala gangguan kesehatan mental

50 Persen Warga Periksa ke Dokter Terkait Gangguan Kesehatan Mental   ilustrasi keluarga (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurutnya gejala awal gangguan kesehatan mental perlu disosialisasikan pada orangtua dan guru di sekolah, sehingga bisa mendeteksi jika ada remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental. 

"Bisa identifikasi, gejala depresi ringan dan sedang bisa konsultasi dengan profesional. Sayangnya tidak semua daerah punya psikolog di Puskesmas, apalagi ini belum menjadi program prioritas nasional," ujarnya

Baca Juga: 5 Tips Mengelola Ekspektasi Selama Kuliah, Biar Gak Stres

Baca Juga: Minimalkan Stres, Mahasiswa UGM Gagas Jam Tangan Stress Watch

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya