Petugas KPPS Anggap Pemilu 2019 Paling Berat 

Petugas KPPS berpikir ulang menjadi petugas pemilu lagi

Bantul, IDN Times - Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2019 telah digelar pada Rabu (17/4). Meski ada sejumlah pemungutan suara ulang (PSU) atapun pemungutan suara lanjutan (PSL), pemilu di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta secara umum berjalan lancar.

Sayangnya kesuksesan pemilu serentak itu membawa korban jiwa yang tidak sedikit. Komisi Pemilihan Umum merilis hingga Jumat (26/4) setidaknya 255 anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia. Belum lagi puluhan anggota panitia pengawas pemilu (Panwaslu) dan petugas kepolisian.

Baca Juga: Pemungutan Suara Ulang Meriah, Bertabur Hadiah dan Makanan Gratis

1. Bersedih karena ada petugas KPPS meninggal dunia‎

Petugas KPPS Anggap Pemilu 2019 Paling Berat IDN Times/daruwaskita

Petugas KPPS yang meninggal dunia termasuk yang ada di Bantul, yaitu Mujiono petugas KPPS di TPS 49, Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak.

"Tentu ini kabar sangat buruk yang kami terima sesama petugas KPPS apalagi terjadi di Desa Gilangharjo," kata Muhana Saroni Ketua KPPS TPS 19, Desa Gilangharjo ditemui IDN Times, Sabtu (27/4).

2. Cek kesehatan petugas KPPS seperti tak ada gunanya‎

Petugas KPPS Anggap Pemilu 2019 Paling Berat pexels.com/@rawpixel

Sebelum petugas KPPS bertugas, KPU bekerja sama dengan petugas kesehatan mengecek kesehatan seluruh petugas KPPS sekitar 1 minggu sebelum pencoblosan.

"Namun keterangan sehat tersebut seakan tak berguna ketika melihat pekerjaan yang sebelumnya tak terbayangkan sangat melelahkan," tuturnya.

Muhana menceritakan ketika logistik tiba di TPS 19 dirinya bersama petugas KPPS lainnya, Linmas dan kepolisian harus begadang menjaga agar tidak terjadi hal yang diinginkan.

"Baru mata terpejam dua jam harus bangun dan bersiap menjalankan proses pemungutan suara," ungkapnya.

3. Kotak suara sampai ke kecamatan pukul 03.00 WIB‎

Petugas KPPS Anggap Pemilu 2019 Paling Berat IDN Times/Daruwaskita

Pria yang mengaku sudah sering menjadi petugas KPPS dalam pemilu sebelumnya tak membayangkan penghitungan suara baru selesai menjelang pukul 24.00 WIB.

"Dengan mata mengantuk karena hanya tidur dua jam, tenaga terkuras harus menyelesaikan pemberkasan lainnya," ucapnya.

Muhana berkisah, hari sudah berganti menjadi Kamis (18/4) tetapi proses pemberkasan juga belum selesai dan baru selesai pukul 03.00 WIB. Saat itu, semua sudah lelah dan tak sanggup mengantar kotak suara dan logistik ke kecamatan.

"Sebagai Ketua KPPS maka pekerjaan mengantarkan kotak suara harus dilakukan ke kecamatan dan baru sampai rumah lagi menjelang pukul 05.00 WIB. Hampir 23 jam bekerja nonstop," tuturnya.

4. Berharap ada pengganti sebagai petugas KPPS‎

Petugas KPPS Anggap Pemilu 2019 Paling Berat IDN Times/daruwaskita

Pengalaman yang sangat berat dan sangat berbeda dengan pemilu sebelumnya membuat Muhana kapok menjadi petugas KPPS. Dia berharap generasi muda yang punya energi lebih bisa menggantikan tugasnya sebagai petugas KPPS.

"Kalau diminta memilih menjadi petugas KPPS dengan pemilu serantak saya milih menyerah. Namun jika tidak ada pengganti ya terpaksa ikut kembali karena ini tugas negara," ungkapnya.

5. Pemilu serentak hemat biaya tetapi tak sebanding dengan nyawa yang melayang‎

Petugas KPPS Anggap Pemilu 2019 Paling Berat IDN Times/daruwaskita

Sikap yang sama disuarakan Tugiyat petugas KPPS di salah satu TPS di Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong. Dia mengaku sudah tidak lagi tertarik menjadi petugas KPPS karena tugasnya begitu berat dan mendorong anak muda untuk menjadi petugas KPPS.

"Saya sudah tua dan kondisi badan tak sekuat anak muda. Dulu saya pikir tugas KPPS seperti pemilu sebelumnya tetapi kini sangat berat,"  ujarnya.

PNS yang sehari-hari bekerja di DPRD Bantul ini mengaku dengan pemilih di atas 200 orang di setiap tempat pemungutan suara (TPS), penyelesaian perhitungan baru selesai pukul 23.00 WIB. Setelah itu dilanjutkan pengisian berkas yang juga butuh waktu lama.

"Seorang petugas KPPS bisa tanda tangan ratusan kali untuk pemberkasan," ungkapnya.

Dengan kondisi pemilu yang sangat berat bahkan sudah jatuh korban meninggal dunia, Tugiyat berharap pemilu tidak dilakukan serentak karena sangat melelahkan.

"Memang menghemat biaya tetapi biaya tidak bisa dibandingkan dengan kehilangan nyawa petugas KPPS," tuturnya.

Baca Juga: KPU Klaim Sudah Perjuangkan Honor Petugas KPPS Tak Dipotong Pajak

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya