Pesepeda Membludak, Satpol PP Bantul Bakal Ambil Tindakan

Sejumlah titik terpantau sebagai tempat kumpul pesepeda

Bantul, IDN Times - Sejumlah pesepeda tampak memadati jembatan Kamijoro, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul pada Minggu (14/6) kemarin. Pemandangan ini terekam dalam video unggahan akun @SatriaPrksw di Twitter, yang kemudian diunggah ulang oleh akun @merapi_news.

Video yang berdurasi 21 detik menuai reaksi dari warganet. Sejumlah warganet menyoroti potensi terjadinya kerumunan. Selain itu pula ada pula pesepeda yang tidak menggunakan masker. Padahal masa tanggap darurat COVID-19 masih berlangsung.

Tak hanya di Bendungan Kamijoro, kelompok pesepeda juga memenuhi sejumlah objek wisata lainnya, seperti jembatan gantung di Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Bantul. Padahal, pemerintah desa sempat memasang larangan berwisata di jembatan gantung tersebut. Tak lama setelah dibuka kembali, pesepeda kembali memadati jembatan tersebut.

Perilaku pesepeda ini tak hanya mendapatkan reaksi dari pesepeda lainnya di Bantul, tetapi juga dari Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemkab Bantul, Yulius Suharta.‎

Baca Juga: Abaikan Protokol COVID-19, Sultan Ancam Tutup Malioboro  

Satpol PP Bantul siap tindak pesepeda yang tidak taat protokol kesehatan‎

Pesepeda Membludak, Satpol PP Bantul Bakal Ambil TindakanKepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Pemkab Bantul, Yulius Suharta (kanan). IDN Times/Daruwaskita

Yulius tak membantah saat ini banyak objek wisata di Bantul yang belum dibuka namun menjadi tempat kumpul para pesepeda dari berbagai penjuru di Yogyakarta.

"Ada kesalahan pemahaman terkait new normal, yang dianggap seperti sebelum COVID-19 padahal new normal itu tatanan baru yang mengedepankan protokol kesehatan. Harus jaga jarak, menggunakan masker dan selalu cuci tangan atau menggunakan hand sanitizer setelah melakukan aktivitas," ucapnya.

Sejumlah objek wisata di Bantul, kata Yulius, menjadi sasaran kunjungan kelompok pesepeda dari berbagai daerah di setiap akhir pekan. Bahkan kegiatan berkerumun tak bisa dihindari lagi.

"Kita sudah memantau sejumlah objek wisata yang dijadikan tempat para pesepeda berkumpul," ucapnya.

Pihaknya bersama dengan TNI-Polri dipastikan akan melakukan patroli pada titik-titik kumpul kelompok pesepeda melakukan edukasi dan juga tindakan persuasif untuk melaksanakan protokol kesehatan.

"Namun demikian tindakan pembubaran akan dilakukan jika tetap nekat tidak melaksanakan protokol kesehatan, agar tidak ada kluster baru COVID-19 di Bantul. Apalagi obyek wisata di Bantul belum resmi dibuka dan masih dalam tahap sosialisasi new normal bagi pelaku wisata," tuturnya.‎

2. Akhir pekan, Pantai Depok juga dipenuhi kelompok pesepeda

Pesepeda Membludak, Satpol PP Bantul Bakal Ambil TindakanBerolahraga sepeda sembari menikmati pantai Depok. IDN Times/Daruwaskita

Selain dua lokasi yang videonya viral di atas, Pantai Depok juga jadi sasaran gowes para para pesepeda. Mereka tak hanya berasal dari wilayah Bantul atau DIY, namun ada pula yang dari luar DIY.

"Hari Minggu kemarin (14/6) sebagian besar pengunjung yang datang ke Pantai Depok merupakan rombongan goweser," ucap Dardi Nugroho, salah satu pemilik rumah seafood di Pantai Depok, Yogyakarta, Senin (15/6).‎

Mantan anggota DPRD Bantul ini tak menampik bahwa terkadang pesepeda tidak mematuhi protokol kesehatan dengan masih berkerumun dan tidak membawa masker. Sehingga, petugas sering memperingatkan wisatawan untuk jaga jarak, cuci tangan dan menggunakan masker.

"Memang Pantai Depok akhir-akhir ini paling banyak dikunjungi oleh rombongan pesepeda. Terkadang ketika mereka pulang, sepedanya dinaikkan ke truk, pick up atau mobil pribadi," ucapnya.

3. Hobi bersepeda butuh dana yang tak sedikit‎

Pesepeda Membludak, Satpol PP Bantul Bakal Ambil TindakanIDN Times/Gregorius Aryodamar P

Salah satu penghobi sepeda asal Bantul, Tumijan tak membantah jika ada perilaku pesepeda yang terkadang masih melanggar lalu lintas maupun berjalan berjejeran lebih dari 2 sepeda di jalan raya sehingga mengganggu pengguna jalan lain.

"Ya memang akhir-akhir ini kelompok-kelompok pesepeda mendapatkan sorotan dari pengguna jalan yang lainnya. Seakan-akan menjadi raja jalanan karena ruas jalan dipenuhi dengan sepeda," ungkapnya.

Hobi bersepeda, diakui Tumijan, memang butuh dana yang lumayan banyak. Satu unit sepeda bisa mencapai puluhan juta tergantung mereknya. Terkadang, ada penghobi sepeda yang sebenarnya hanya ingin memamerkan sepedanya kepada orang lain.

"Ya, ada yang ingin pamer sepeda harga mahal sehingga terkadang mengganggu pengguna jalan yang lainnya. Pada kumpul-kumpul, foto bersama yang sebenarnya bertentangan dengan protokol kesehatan COVID-19," ujarnya.

4. Bersepeda jadi tren karena bosan di rumah

Pesepeda Membludak, Satpol PP Bantul Bakal Ambil TindakanSalah satu pecinta olah raga bersepeda di Bantul, Susanto Nugroho. www.facebook.com/susanto nugroho

Penggemar olah raga bersepeda lainnya, Susanto, mengatakan fenomena maraknya kelompok pesepeda yang ada di Yogyakarta salah satunya dipicu adanya rasa bosan selalu berada di rumah dan ingin keliling dengan menggunakan sepeda dengan teman-teman yang ada di kampungnya. Pada akhirnya yang terjadi adalah tidak ada protokol kesehatan yang dijalankan bahkan menabrak aturan lalu lintas.

"Bagi saya kelompok pecinta sepeda itu hanya fenomena ikut-ikutan saja dan sudah bosan di rumah," ungkapnya.

Goweser asli, kata warga Sedayu Bantul ini, justru menghindari bersepeda berombongan dengan jumlah yang banyak. Apalagi saat ini masih dalam masa tanggap darurat COVID-19.

"Yang asli penggemar sepeda justru menghindari bersepeda dengan jumlah yang banyak karena berpotensi melanggar protokol kesehatan bahkan melanggar aturan lalu lintas yang bisa membuat pengguna jalan lainnya celaka," tutur pria yang juga politisi PDI Perjuangan ini.

Baca Juga: Satpol PP Sleman: Boleh Bersepeda, Asal...

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya