Petani di Bantul Tak Bisa Pakai Kartu Tani untuk Beli Pupuk Bersubsidi

Pasokan pupuk bersubsidi tak sesuai kebutuhan petani

Bantul, IDN Times - Sejumlah petani di Kabupaten Bantul mengeluh. Mereka tidak bisa membeli pupuk bersubsidi meski sudah mengantongi kartu tani.

Para petani berharap pemerintah segera turun tangan membantu petani untuk mendapatkan harga pupuk yang murah.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik, Perajin Tempe: Laris Tapi Untung Sedikit

1. Tartu tani namun tak bisa digunakan untuk membeli pupuk bersubsidi

Petani di Bantul Tak Bisa Pakai Kartu Tani untuk Beli Pupuk BersubsidiKetua Gapoktan Sedyo Manunggal, Pakukuhan Carikan, Kalurahan Mulyosari, Kapanewon Bambanglipuro, Wahono. IDN Times/Daruwaskita

Wahono, Ketua Gapoktan Sedyo Manunggal, Pakukuhan Carikan, Kalurahan Mulyodadi, Kapanewon Bambanglipuro, mengatakan pada masa tanam pertama ini rata-rata tanaman padi sudah mencapai usia satu bulan. Pupuk sangat dibutuhkan agar tanaman padi lebih subur dan hasilnya melimpah.

Namun, pupuk bersubsidi yang dijanjikan pemerintah ternyata tidak bisa dibeli oleh petani. Padahal, mereka sudah mengantongi kartu tani dan saldo di buku rekening telah tersedia.

"Saya mencoba membeli pupuk pada toko pupuk yang ditunjuk dengan memperlihatkan kartu tani dan buku rekening. Namun oleh pedagang belum bisa digunakan untuk membeli pupuk bersubsidi, padahal pupuk tersebut sudah ada," katanya, Selasa (5/1/2020).

2. Harga pupuk nonsubsidi tak terjangkau

Petani di Bantul Tak Bisa Pakai Kartu Tani untuk Beli Pupuk BersubsidiIlustrasi pupuk. Dok. PT Pupuk Indonesia

Menurut Wahono, petani tak mampu menjangkau pupuk nonsubsidi karena harganya jauh mahal dibandingkan dengan pupuk bersubsidi. Seperti pupuk urea yang subsidi harganya Rp2.500 per kilogram, sedangkan non subsidi harganya tembus Rp6 ribu per kilogram. Contoh lain, pupuk phonska subsidi hanya Rp1.700 per kilogram, sedangkan yang non subsidi Rp4 ribu per kilogram.

"Kalau kita paksakan membeli pupuk non subsidi pasti kita merugi banyak karena biaya mengolah lahan, bibit dan tenaga untuk merawat padi sudah mahal," ungkapnya.

Dari 118 anggota Gapoktan Sedyo Manunggal, baru 61 anggota yang telah mendapatkan kartu tani sebagai syarat untuk membeli pupuk bersubsidi melalui toko pupuk yang telah ditunjuk. Namun, sampai hari ini mereka tidak bisa dilayani untuk membeli pupuk bersubsidi.

"Usia tanaman padi rata-rata sudah satu bulan bahkan ada yang lebih. Jika tidak dipupuk maka panen padi juga rendah bahkan bisa gagal panen," terangnya.

3. Pasokan pupuk subsidi tak sesuai kuota yang dibutuhkan petani

Petani di Bantul Tak Bisa Pakai Kartu Tani untuk Beli Pupuk BersubsidiKetua Asosiasi Petani Bawang Merah. Kabupaten Bantul, Suroto. IDN Times/Daruwaskita

Sementara, Ketua Asosiasi Petani Bawang Merah Kabupaten Bantul, Suroto, mengatakan selama petani sudah memiliki kartu tani, ada saldo di buku rekening, serta ada kuota pupuk bersubsidi, maka tidak ada alasan bagi agen atau toko pupuk bersubsidi di wilayahnya masing-masing untuk tidak melayani pembelian pupuk dengan kartu tani.

"Terkadang permasalahan muncul ketika kartu tani digesek tidak muncul kuota pupuk yang disebabkan karena rekening kartu tani belum diisi uangnya oleh pemilik kartu tani," ucapnya.

Kuota pupuk bagi pemegang kartu tani berbeda-beda disesuaikan dengan luasan lahan yang ditanami dan jenis tanaman yang ditanam. Pembelian pupuk bersubsidi sendiri dilakukan setiap masa tanam yang dalam satu tahun ada tiga kali masa tanam.

"Jadi setiap pemegang kartu tani kuota pupuk bersubsidi berbeda-beda sehingga isi uang dalam rekening berbeda-beda jumlahnya disesuaikan dengan kuota pupuknya," ucapnya.

"Tapi yang jelas saat ini antara kebutuhan pupuk subsidi dengan pasokan pupuk tidak berimbang sehingga kuota pupuk yang ada di kartu tani tidak sesuai dengan ketersediaan pupuk bersubsidi yang ada di agen pupuk," tambahnya lagi.

Baca Juga: Dalam Sebulan Kedelai Naik Rp2.200, Pembuat Tahu Mengaku Bingung  

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya