Dropping Air Optimal, 'Ternak Makan Ternak' di Gunungkidul Berkurang

Gunungkidul jadi langganan kekeringan setiap kemarau

Gunungkidul, IDN Times - ‎Kabupaten Gunungkidul menjadi langganan kekeringan setiap musim kemarau.

Warganya bahkan memiliki tradisi "ternak makan ternak" atau menjual ternak untuk membeli air bersih untuk minum ternak yang lain. Namun, tahun ini tradisi semacam itu mulai berkurang.

Baca Juga: 70 Persen Siswa Baru di Gunungkidul Sulit Mengakses Internet

1. Tradisi "ternak makan ternak" merupakan hal yang biasa‎

Dropping Air Optimal, 'Ternak Makan Ternak' di Gunungkidul BerkurangIlustrasi jual beli ternak di pasar hewan.IDN Times/Siti Umaiyah

Panewu Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, Agus Riyanto mengatakan kekeringan yang melanda Kapanewon Girisubo hingga masyarakat menjual ternak untuk membeli air bersih guna memberi minum ternak merupakan hal yang biasa dilakukan masyarakat karena tak lagi memiliki harta untuk dijual guna membeli air bersih dari truk tangki air bersih.

"Jadi ternak bagi masyarakat merupakan tabungan. Ketika membutuhkan dan terpaksa maka ternak tersebut dijual," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (1/9/2020).

2. Pemerintah mengoptimalkan upaya dropping air bersih

Dropping Air Optimal, 'Ternak Makan Ternak' di Gunungkidul BerkurangDroping air bersih kepada warga yang dilanda bencana kekeringan. IDN Times/Daruwaskita

Kendati begitu, kata Agus, tradisi jual ternak untuk membeli air bersih saat ini berkurang. Hal ini sesuai ramalan BMKG bahwa kemarau tahun ini merupakan kemarau basah sehingga masih sering turun hujan. Air hujan pun bisa ditampung dalam bak penampungan untuk persediaan air bersih.

"Selain itu pemerintah juga mengoptimalkan dropping air dan saluran pipa PDAM yang semakin luas serta adanya Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) di beberapa titik," terangnya.

3. Optimalkan sumber air yang ada untuk ketersediaan air bersih bagi warga‎

Dropping Air Optimal, 'Ternak Makan Ternak' di Gunungkidul BerkurangSurvey kesiapan warga menBak penampungan air bersih. IDN Times/Daruwaskita

Sementara Lurah Ngloro, Kapanewon Saptosari, Heri Ulianto mengatakan wilayahnya merupakan daerah langganan kekeringan, namun saat ini pihaknya sudah mulai mengoptimalkan sumber air yang ada untuk pasokan air bersih.

"Kita menggali potensi air yang ada. Misalnya pembangunan pipa saluran air dari pihak ketiga, PDAM dan pemerintah membangun bak-bak penampungan air agar ketersediaan air tetap terjaga," katanya.

Keberadaan bak-bak penampungan air memang belum menjadi solusi mengatasi kebutuhan air bersih namun mampu mengurangi kelangkaan air bersih. Di sisi lain dropping air dari pemerintah dan pihak swasta tentu membantu masyarakat yang kekurangan air bersih.

"Dropping air dari pemerintah dan juga bantuan pihak swasta membantu masyarakat sehingga tradisi jual ternak untuk beli air bersih untuk minum ternak berkurang," katanya.

4. Sebanyak 129.788 jiwa di Gunungkidul terdampak bencana kekeringan‎

Dropping Air Optimal, 'Ternak Makan Ternak' di Gunungkidul BerkurangWarga Gunungkidul terdampak kekeringan. IDN Times/Daruwaskita

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, berdasarkan data terbaru, warga yang terdampak kekeringan saat ini mencapai 129.788 jiwa di 71 kalurahan dan 15 kapanewon. Untuk kapanewon yang belum terdampak kekeringan di antaranya Gedangsari, Patuk dan Semin.

"Dropping air bersih terus kita lakukan setiap hari sesuai permintaan warga," tandasnya.‎

Baca Juga: Jatuh Ke Jurang Sedalam 100 Meter, Pencari Rumput Tewas

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya