70 Persen Siswa Baru di Gunungkidul Sulit Mengakses Internet
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gunungkidul, IDN Times - Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Kabupaten Gunungkidul, menyebut 70 persen siswa sekolah dasar negeri (SDN) mengalami kendala internet serta peralatan untuk proses belajar mengajar dengan sistem daring atau belajar di rumah (BDR) pada tahun ajaran baru 2020/2021.
Baca Juga: Kisah Siswa di Yogyakarta Ikuti KBM Daring di Tengah Keterbatasan
1. Rumah siswa tidak terjangkau sinyal internet bahkan tidak memiliki gawai
Kepala Disdikpora Kabupaten Gunungkidul, Bahron Rasyid, mengataja sebagai solusinya Disdikpora memperbolehkan guru mendatangi siswa yang kesulitan BDR atau mengundang siswa untuk belajar di sekolah namun harus dengan protokol kesehatan.
"Sekitar 70 persen siswa SD di Gunungkidul saat ini kesulitan untuk mengakses internet guna BDR. Selain itu ada siswa yang juga tidak memilik gawai yang memadai sertai laptop," kata Bahron Rasyid, Rabu (29/7/2020).
2. Guru bisa mendatangkan siswa ke sekolah seminggu satu kali
Menurut Bahron Rasyid, banyak siswa yang tidak bisa mengikuti BDR karena terkendala sinyal internet. Namun, sekolah tempat belajar hampir semuanya bisa mengakses jaringan internet. Oleh karenanya Disdikpora memberikan kesempatan bagi sekolah tertentu untuk bisa mendatangkan siswanya ke sekolah seminggu sekali agar guru bisa memberikan materi pelajaran dan tugas kepada anak didiknya.
"Dengan metode tersebut diharapkan siswa tetap bisa memperoleh pelajaran di masa pandemik. Namun siswa yang datang ke sekolah harus melaksanakan protokol kesehatan. Tidak boleh bergerombol. Siswa bisa digilir atau dibagi dalam kelompok kecil untuk datang ke sekolah," katanya.
3. Guru datangi rumah siswa untuk memastikan tugas yang diberikan dikerjakan oleh siswa
Salah seorang guru di SDN Slametan, Kapanewon Karangmojo, Anika Kurniawati mengatakan sudah berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk mendatangi muridnya yang kesulitan mengakses Internet. Anika mendatangi siswanya seminggu sekali pada hari Sabtu.
"Ada 14 siswa kelas 1 SD, seminggu sekali mereka belajar kelompok yang dibagi dalam 3 kelompok. Saya datang ke rumah siswa yang dijadikan tempat untuk belajar kelompok," katanya.
Sebenarnya, kata Anika, tak semua siswanya mengalami kesulitan mengakses Internet. Hanya untuk siswa kelas 1 yang masih dalam masa transisi dari TK ke SD, dibutuhkan pemahaman yang lebih kepada siswa dan bisa langsung bertatap muka dengan siswa.
"Kalau menggunakan gawai kan kita tidak mengetahui tulisan atau tugas yang dikirim benar-benar tulisan dari siswa atau justru tulisan dari orang tuanya," katanya.
Baca Juga: Namanya Unik, 9 Pesona Dita Leni Ravia Gadis Gunungkidul yang Viral