TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Teknologi 3D Printing Bantu Masyarakat Miliki Akses Rumah Layak Huni

Teknologi 3D miliki sejumlah keunggulan

Rumah hunian di daerah Turi, Sleman yang dibangun oleh Autoconz menggunakan teknologi 3DCP. (Dok. Istimewa)

Yogyakarta, IDN Times - Rumah Tak Layak Huni (RTLH) masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Teknologi 3D printing konstruksi diharap menjadi salah satu solusi untuk mendukung masyarakat bisa mengakses rumah layak huni.

Menurut Indikator Perumahan dan Kesehatan lingkungan 2023 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 36,85 persen rumah tangga yang masih menempati rumah yang tak layak huni. Masih rendahnya akses masyarakat terhadap hunian layak tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya permasalahan ekonomi, di mana penghasilan masyarakat tidak sebanding dengan harga rumah layak.

Di tengah permasalahan tersebut, perusahaan rintisan asal Yogyakarta, Autoconz, hadir dengan komitmen untuk mendorong masyarakat dapat memiliki akses perumahan layak huni dengan menggunakan teknologi 3D printing konstruksi. Teknologi ini diharapkan dapat mengubah paradigma dalam pembangunan perumahan, menjadi lebih cepat, efisien, dan tentunya lebih terjangkau bagi masyarakat.

"Kami melihat saat ini masih banyak masyarakat yang kesulitan untuk memiliki rumah yang layak huni. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk membantu masyarakat agar bisa memiliki akses perumahan layak huni dengan teknologi 3D printing konstruksi yang kami kembangkan," CEO Autoconz, Raja Rizqi Apriandy, Jumat (1/3/2024).

1. Mempercepat proses pembangunan dan mengurangi limbah konstruksi

Seorang pekerja melakukan monitoring terhadap mesin 3D Printing yang sedang mencetak struktur dinding pada pembangunan rumah tapak di Sleman. (Dok. Istimewa)

Teknologi 3D printing konstruksi yang dikembangkan oleh Autoconz memungkinkan pembangunan perumahan dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan metode konstruksi konvensional. Dengan teknologi ini, proses pencetakan struktur bangunan dilakukan secara lapis demi lapis oleh mesin robotik 3D printing canggih menggunakan bahan material khusus.

Selain itu, teknologi 3D printing konstruksi juga memungkinkan untuk pembangunan yang lebih presisi dan akurat, sehingga menghasilkan struktur bangunan yang lebih kuat dan tahan lama. Dengan menggunakan material yang sesuai dan proses yang terkontrol dengan baik, bangunan yang dibangun dengan teknologi ini memiliki kualitas yang tidak kalah dengan bangunan konvensional. Pemanfaatan teknologi 3D printing dalam proses pembangunan rumah juga mampu menekan jumlah limbah konstruksi yang dihasilkan sehingga lebih ramah lingkungan.

"Salah satu kelebihan dari 3D printing dalam membangun sebuah rumah yaitu dalam segi kecepatannya. Tentu dengan proses pembangunan yang semakin cepat ini, biaya yang dikeluarkan juga akan semakin sedikit. Hal itu lah yang membuat rumah yang dibangun menggunakan 3D printing bisa lebih terjangkau," ungkap Raja.

2. Tidak menghilangkan peran pekerja bangunan

Para pekerja melakukan pengawasan pada proses pencetakan bangunan menggunakan 3D Construction Printing yang dikembangkan oleh Autoconz. (Dok. Istimewa)

Keberadaan teknologi 3D printing seringkali menimbulkan perdebatan apakah penggunaan teknologi ini kedepan akan menghilangkan peran pekerja bangunan atau tidak. Menurut Raja, kehadiran teknologi ini sama sekali tidak akan menggantikan peran para pekerja bangunan. Bahkan dengan adanya teknologi ini, para pekerja bangunan akan jauh sangat terbantu dalam menjalankan pekerjaannya.

"Salah satu kekhawatiran yang sering muncul yaitu apakah 3D printing ini akan menghilangkan pekerjaan pekerja bangunan seperti tukang? Jawabannya tidak sama sekali menghilangkan peran mereka, bahkan malah akan sangat meringankan karena mereka bisa menjadi orang yang mengoperasikan alat tersebut," imbuh Raja.

Baca Juga: 3 Ribu UMKM Bikin Gunungan Oleh-oleh Khas Jogja Kejar Rekor MURI

Berita Terkini Lainnya