TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pengelola Mal di Jogja Berharap TPA Piyungan Kembali Dibuka

Sampah di mal masih bisa diatasi

Ilustrasi tumpukan sampah di TPA Piyungan. (IDN Times/Daruwaskita)

Yogyakarta, IDN Times - TPA Piyungan Bantul baru dibuka secara terbatas untuk sampah dari Kota Yogyakarta. Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DIY, Surya Ananta mengungkapkan saat ini belum ada masalah terkait pengelolaan sampah di dalam mal. Meski begitu, dirinya berharap TPA Piyungan dapat dibuka normal atau ada tempat penampungan sampah baru.

1. Berharap TPA Piyungan dapat dibuka lebih cepat

Ilustrasi TPA Piyungan Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)

Berdasarkan surat dari Pemda DIY, TPA Piyunga, baru kembali dibuka pada 5 September mendatang. Surya pun berharap sebelum tanggal tersebut TPA Piyungan sudah bisa dibuka kembali, atau setidaknya penutupan TPA Piyungan tidak semakin lama. "Cuma berharap kalau bisa lebih cepat, lebih baik. Jangan diperpanjang, serba berisiko," ujar Surya.

Kekhawatirannya bukan tanpa alasan, karena saat menjelang akhir tahun nanti jumlah kunjungan orang ke mal juga meningkat. Terlebih saat ini mahasiswa baru dari berbagai daerah sudah masuk ke wilayah DIY, termasuk wisatawan juga mulai berdatangan ke DIY.

"Mahasiswa yang sudah lulus juga belum tentu langsung meninggalkan Jogja, mereka bisa tetap tinggal di Jogja, atau mencari kerja di Jogja," kata dia.

Baca Juga: Sampah Menumpuk di Alun-Alun Selatan Beberapa Hari Tak Diangkut 

2. Menggunakan pihak ketiga untuk pengelolaan

ilustrasi tempat sampah (unsplash.com/pawel_czerwinski)

General Manager Plaza Ambarrukmo itu menjelaskan untuk pengelolaan sampah di mal yang berada di DIY sendiri, masing-masing memiliki pihak ketiga untuk membantu pengelolaan. Jika dalam kondisi normal TPA Piyungan mereka mengambil sampah dan mengirim ke TPA setiap hari.

Dalam kondisi saat ini, vendor untuk pengelolaan sampah ini, melakukan pemilahan sampah. "Dia mengelola atau memilah sampah itu sehingga bernilai ekonomis, dibanding hanya dibuang langsung. Mengelola sendiri juga butuh cost tenaga lebih besar. Strategi mereka pemilahan kardus sendiri, plastik sendiri, terus organik sendiri," ungkapnya.

Baca Juga: Budidaya Ikan Bawal di Sleman Kurangi 9.600 Ton Sampah Setahun

Berita Terkini Lainnya