Kesalahan Input Data, 16 Ribu Kasus COVID-19 Tidak Tercatat di Inggris

Gara-gara kesalahan teknis, proses tracing terhambat

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan kesalahan teknis telah terjadi pada dasbor data COVID-19 yang menyebabkan 16 ribu kasus corona tidak terdokumentasi.
 
Di hadapan parlemen Inggris, Hancock menyebut kejadian itu sebagai peristiwa yang tidak seharusnya terjadi. Sebab, hal itu memperlambat proses pelacakan (tracing) yang seharusnya dilakukan dalam 48 jam begitu seseorang dinyatakan positif virus corona.

1. Begini penjelasan kenapa bisa terjadi kesalahan unggah data

Kesalahan Input Data, 16 Ribu Kasus COVID-19 Tidak Tercatat di InggrisMatt Hancock (kemeja putih) menyerukan agar semua masyarakat Inggris bersatu agar bisa mengalahkan virus corona (twitter.com/Matt Hancock)

Dilansir The Strait Times, kesalahan ini bermula dari data Microsoft Excel yang melebihi kapasitas dasbor setelah dikompilasi. Data itu diperoleh dari berbagai perusahaan yang diberi wewenang untuk melakukan tes swab COVID-19.
 
Kemudian, data itu diunggah ke sistem pusat untuk ditelusuri siapa saja yang menjalin kontak erat dengan pasien corona. Permasalahan bermula ketika pengunggah menggunakan format lama yang hanya mampu menampung sekitar 65 ribu basis data, daripada satu juta lebih baris data. Karena datanya tidak tertampung, maka sisa kasusnya hilang begitu saja.
 
"Ini masalah serius yang sedang diusut tuntas. Insiden ini seharusnya tidak pernah terjadi. Tapi tim telah bertindak cepat untuk meminimalkan dampaknya," kata Hancock pada Senin (5/10/2020) lalu.

Baca Juga: Studi: Mayorits Warga Inggris Enggan Ikuti Aturan Karantina Mandiri

2. Dikritik karena membahayakan nyawa manusia lainnya

Kesalahan Input Data, 16 Ribu Kasus COVID-19 Tidak Tercatat di InggrisWarga di Leicester, Inggris, pada 29 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Carl Recine

Dia memaparkan, kesalahan input data itu mencakup 15.841 hasil tes virus corona yang dicatat sepanjang 25 September hingga 2 Oktober. Aturan di Inggris, sesuai saran pakar, mengharuskan penelusuran dilakukan dalam kurun waktu 48 jam setelah virus SARS-CoV-2 diketahui berinang di tubuh seseorang.
 
Partai Buruh mengatakan kesalahan itu membahayakan nyawa ribuan orang. Sebab, mereka yang telah dites namun tidak mendapatkan kabar dari tim penelusuran dan pengujian akan melakukan aktivitas selayaknya bukan pasien corona.
 
Tetapi, Hancock memastikan bahwa setengah dari “jumlah kasus yang tidak terdata” telah ditanyai soal kontak dekat sejak Sabtu (3/10/2020) pagi.

3. Mempengaruhi data COVID-19 di Inggris dalam seminggu terakhir

Kesalahan Input Data, 16 Ribu Kasus COVID-19 Tidak Tercatat di InggrisDemo tolak Omnibus Law di kawasan Harmoni pada Kamis (8/10/2020). (IDN Times/Ilyas Mujib)

Kesalahan itu tentu berdampak terhadap data pertambahan kasus harian corona. Seminggu terakhir, pemerintah melaporkan sekitar tujuh ribu kasus baru. Dengan temuan kesalahan input data, diperkirakan jumlah sesungguhnya sekitar 10 ribu kasus.
 
Analisis BBC menemukan, jumlah kasus yang dilaporkan untuk sepekan hingga 1 Oktober naik sekitar 93 persen di North West, setelah memperhitungkan kesalahan tersebut. Dasbor virus korona pemerintah Inggris, pada Rabu (7/10/2020), menunjukkan total sekitar 530.000 kasus dan lebih dari 42.000 kematian.

Baca Juga: Inggris: Ribuan Demo Anti-Lockdown Ricuh, Belasan Orang Ditangkap 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya