Pria Ini Temukan Sampah Plastik di Titik Terdalam Samudera Pasifik

Sekitar 400 ribu orang meninggal per tahun karena plastik

Kepulauan Mariana, IDN Times - Seorang penyelam menemukan sampah plastik di kedalaman 10.927 meter di kawasan Palung Mariana, Samudera Pasifik. Ini membuat laki-laki bernama Victor Vescovo tersebut terkejut sebab ia tak menduga sesuatu yang ia bisa lihat di pinggir jalan ternyata sudah sampai ke lokasi yang hampir tak pernah dikunjungi manusia tersebut.

Mariana Trench sendiri merupakan titik terdalam di bumi. Dengan ditemukannya sampah plastik di sana, artinya kondisi laut sudah kian tercemar. Menurut The Ocean Cleanup, diestimasi ada 1,15 hingga 2,41 juta ton plastik berakhir di laut setiap tahun. Samudera Pasifik pun merupakan satu dari lima titik yang dikenal sebagai Great Pacific Garbage Patch (GPGP) di mana akumulasi sampah terbanyak berkumpul.

1. Temuan itu membuatnya kecewa

Pria Ini Temukan Sampah Plastik di Titik Terdalam Samudera Pasifikinstagram.com/theoceancleanup

Laki-laki asal Texas itu mengaku kepada Reuters sempat menghabiskan waktu empat jam di dasar Palung Mariana untuk melihat apa saja yang ada di titik tersebut. Selain beberapa binatang laut, Vescovo melihat ada benda yang ia perkirakan terbuat dari metal atau plastik dengan tulisan.

“Sangat mengecewakan melihat kontaminasi manusia yang sedemikian nyata di titik terdalam di dalam samudera,” kata Vescovo yang melakukan penyelaman dengan Five Deeps Expedition.

Ia berharap temuannya ini akan mampu meningkatkan kesadaran manusia terhadap sampah-sampah di lautan. Selain itu, Vescovo ingin masyarakat menekan pemerintah agar lebih ketat dalam meregulasi sampah.

2. Jenis plastik berbeda ditemukan di kawasan Pasifik dan berbahaya bagi binatang laut

Pria Ini Temukan Sampah Plastik di Titik Terdalam Samudera Pasifikinstagram.com/theoceancleanup

Penelitian The Ocean Cleanup menemukan bahwa ada empat kategori plastik yang berakhir di laut. Ada plastik keras, tali, silinder, serta serpihan material busa. Setelah lama mengapung di permukaan, benda-benda itu akan menjadi mikroplastik begitu terpapar matahari. Akhirnya, mikroplastik tak hanya akan berada di permukaan, tapi juga masuk ke dasar laut.

Ketika ini terjadi, ikan-ikan akan kesulitan membedakan antara plastik dan makanan. Sampah-sampah itu pun mengancam sekitar 92 persen dari 700 spesies laut. Bahkan, 17 persen di antaranya yang terdampak sampah plastik masuk ke dalma Daftar Darurat Spesies Terancam oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Baca Juga: [INFOGRAFIS] "Spesies" Laut Baru Bernama Sampah Plastik

3. Sampah plastik juga mengancam manusia

Pria Ini Temukan Sampah Plastik di Titik Terdalam Samudera Pasifikinstagram.com/theoceancleanup

Temuan Vescovo bertepatan dengan dirilisnya laporan dampak polusi sampah plastik terhadap manusia oleh lembaga penelitian Tearfund, Fauna & Flora International, dan WasteAid pada Selasa (14/5).

Sir David Attenborough, peneliti ilmu alam sekaligus pembawa acara ternama Inggris yang turut mendukung pelaksanaan riset itu, mengingatkan bahwa sampah plastik sudah menyebabkan kondisi darurat bagi manusia.

Dampak paling besar, menurut laporan itu, dirasakan oleh kelompok masyarakat miskin. Mereka paling rentan di mana diperkirakan sekitar 400.000 hingga satu juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit dan kecelakaan terkait sampah yang tak dikelola dengan baik di negara-negara berkembang. 

4. Tanpa manajemen sampah yang baik, hidup masyarakat miskin kian terancam

Pria Ini Temukan Sampah Plastik di Titik Terdalam Samudera Pasifikunsplash.com/Hermes Rivera

Mayoritas orang tidak memilah sampah plastik dan non-plastik. Kemudian, tidak ada regulasi yang memaksa untuk melakukan daur ulang. Akibatnya, plastik dan sampah jenis lainnya bercampur. Tak hanya sulit terurai di tanah, tapi sampah-sampah itu kemudian menutup saluran air yang akhirnya menyebabkan banjir.

Di negara berkembang dan miskin yang tak punya sanitasi memadai, banjir itu akan membawa penyakit seperti kolera dan diare. Masyarakat miskin yang tak mendapatkan pelayanan kesehatan cukup tentu dengan mudah terkena dampak panjang seperti menurunnya tingkat kesehatan hingga akhirnya meninggal.

5. Sampah plastik dan polusi udara rupanya berhubungan

Pria Ini Temukan Sampah Plastik di Titik Terdalam Samudera Pasifikunsplash.com/Rizkyta Putri

Laporan itu pun menemukan fakta bahwa di negara-negara berkembang dan miskin yang tak punya sistem manajemen sampah,  cara termurah dan termudah untuk menyingkirkan barang-barang tak dibutuhkan adalah dengan membakarnya. Ini tak terkecuali sampah plastik.

Akibatnya, ada asap beracun yang dilepaskan ke udara dan dihirup oleh manusia. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan polusi udara menyebabkan 3,7 juta kematian dini per tahun. Pembakaran terbuka, seperti sampah plastik, diduga bertanggung jawab terhadap seperlima dari total kematian tersebut.

Baca Juga: Sampah Plastikmu Bisa untuk Bahan Membangun Rumah, Ecobrick Solusinya!

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya