Transisi ke Energi Ramah Lingkungan Mendesak Dilakukan

Kebutuhan energi di masa depan sangat besar

Sleman, IDN Times - Pemerintah hingga akademisi terus mendorong peralihan energi dari energi fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan. Peralihan Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi satu hal yang penting, mengingat konsumsi energi di masa mendatang diprediksi akan sangat besar.

Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof. Selo mengatakan tahun 2060 pemerintah menarget Net Zero Emission. Menurutnya itu waktu yang tidak lama lagi.

"Sementara kebutuhan energi tahun-tahun yang akan datang sangat besar sekali. Konsumsi listrik diperkirakan sekitar 5 ribu kWh per kapita. Sayangnya saat ini pembangkit listrik berbasis fosil masih mendominasi," ujar Prof Selo di sela Seminar Transisi Energi dan Penyampaian Pokok-Pokok Pikiran dari Perspektif Akademik, di Fakultas Teknik UGM, Selasa (16/5/2023).

1. Besarnya kebutuhan energi di Indonesia

Transisi ke Energi Ramah Lingkungan Mendesak DilakukanDekan Fakultas Teknik UGM, Prof. Selo. (Dok. Istimewa)

Besarnya kebutuhan energi tersebut tidak lepas dari jumlah penduduk Indonesia yang juga sangat besar. Terlebih dikatakan Prof. Selo jika penggunaan energi fosil yang berlebih akan memberi dampak yang buruk.

"Fosil utamanya yang sering kita keluhkan CO2-nya yang lepas ke udara sangat besar dan itu menyebabkan iklim kita berubah. Kita mungkin akhir-akhir ini merasakan suhu yang luar biasa naik, itu adalah dampak dari orang menyebutnya climate change atau perubahan iklim yang salah satu penyebabnya banyak disepakati dari banyaknya (bahan bakar) fosil yang dibakar," ungkap Prof. Selo.

2. Pentingnya beralih ke EBT

Transisi ke Energi Ramah Lingkungan Mendesak DilakukanIlustrasi Listrik. (IDN Times/Arief Rahmat)

Prof Selo mengatakan penting untuk beralih ke EBT, namun untuk beralih dari energi fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan juga tidak bisa serta merta. Perlu pemikiran, tidak sekedar investasi akan tetapi strategi.

"Transisi fosil ke EBT tidak memungkinkan untuk langsung semua. Kami bersama pakar kelistrikan berpikir diskusi, transisi yang banyak tantangan dan peluang ke depan bisa dirumuskan bersama," ungkap Prof. Selo.

Baca Juga: Perguruan Tinggi dan Pelaku Usaha Dorong Energi Ramah Lingkungan 

3. Berbagai upaya dilakukan

Transisi ke Energi Ramah Lingkungan Mendesak DilakukanSeminar Transisi Energi dan Penyampaian Pokok-Pokok Pikiran dari Perspektif Akademik, di Fakultas Teknik UGM, Selasa (16/5/2023). (Dok. Istimewa)

Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mendukung peralihan energi tersebut melalui ERIC (Engineering Riset Innovation Centre). Melalui ERIC yang didalamnya banyak pakar diharap menyumbang pemikiran-pemikiran untuk mendorong energi listrik yang ramah lingkungan.

"ERIC bekerja sama dari dunia industri dari pemerintahan duduk bersama memikirkan kebijakan, jadi kontribusi kami lebih banyak ke pemikiran dan mempertemukan dengan para pelaku di dunia kelistrikan. Rekomendasi dari hasil ini, didalam workshop dan FGD sudah ada semacam kisi-kisi yang nanti akan muncul menjadi rekomendasi. Salah satunya berpikir tentang skema transisi, kemudian bagaimana kita mendapatkan energi yang sehat. Dalam hal ini adalah zero emision artinya CO2 yang lari ke udara semakin minimal sehingga sehat untuk kita manusia dan alam ini," ujar dia.

Baca Juga: Becak Listrik, Cara Jogja Lestarikan Transportasi Tradisional

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya