[UPDATE] Lampaui Tiongkok, Ini Sebaran Kasus COVID-19 di Indonesia

Tiongkok hari ini melaporkan 85.314 kasus

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Pemerintah untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Achmad Yuri mengatakan, per Minggu  (19/7/2020) ada penambahan 2.133 kasus sembuh di Indonesia. Sehingga, secara akumulasi ada sebanyak 45.401 pasien virus corona yang dinyatakan sembuh, dari 86.521 orang yang terkonfirmasi positif virus corona.

Kasus COVID-19 di Indonesia hari ini masih melampaui kasus terinfeksi virus corona di Tiongkok. Di lansir dari website gisanddata.maps pukul 18.30, Tiongkok melaporkan 85.314 kasus.

1. Akumulasi keseluruhan menjadi 86.521 kasus

[UPDATE] Lampaui Tiongkok, Ini Sebaran Kasus COVID-19 di IndonesiaPetugas medis melakukan tes cepat (Rapid Test) COVID-19 di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Minggu (28/6/2020) (IDN Times/Herka Yanis)

Yuri mengatakan secara kumulatif, pemeriksaan melalui usapan rongga mulut dengan berbagai jenis spesimen sudah mencapai 1.221.518 spesimen, baik itu menggunakan metode Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), ataupun Tes Cepat Molekuler (TCM).

“Dari pemeriksaan spesimen diperoleh jumlah kasus positif 1.639 orang, sehingga akumulasi keseluruhan kasus menjadi 86.521 orang,” ujar dia melalui streaming YouTube BNPB Indonesia, Minggu.

Sedangkan, jumlah pasien yang meninggal dunia tercatat sebanyak 4.143 orang, atau meningkat 127 orang dari hari sebelumnya. Kemudian, pemantauan terhadap kasus suspect (orang dalam pemantauan, pasien dalam pengawasan, dan orang tanpa gejala) sebanyak 37.505 orang.

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan Terbaru Vaksin COVID-19 di Dunia

2. DKI Jakarta dan Jawa tengah sumbang kasus COVID-19 terbanyak

[UPDATE] Lampaui Tiongkok, Ini Sebaran Kasus COVID-19 di IndonesiaKawasan Bundaran HI ramai pesepeda di tengah pandemik (IDN Times/Aryodamar)

Yuri merinci dari kasus positif baru tersebut, DKI Jakarta melaporkan kasus baru terbanyak hari ini, yakni 313 dan sembuh 326, Jawa Tengah kasus baru 300 dan sembuh 420, Jawa Timur kasus baru 275 dan sembuh 474.

Lalu, Sulawesi Selatan melaporkan 158 kasus baru dan 519 sembuh, Kalimantan Selatan 109 kasus baru dan 30 sembuh, Kalimantan Tengah 75 kasus baru dan 74 sembuh, serta Bali 55 kasus baru dan 119 pasien sembuh.

3. Lima provinsi nihil tambahan kasus COVID-19

[UPDATE] Lampaui Tiongkok, Ini Sebaran Kasus COVID-19 di Indonesiailustrasi. Pasien sembuh dari COVID-19 ( ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Yuri juga mengungkapkan 15 provinsi yang melaporkan penambahan kasus di bawah 10 kasus, dan lima provinsi tidak ada penambahan kasus.

"Lima provinsi melaporkan tidak ada penambahan kasus baru sama sekali, di antaranya adalah Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Nusa Tenggara Timur," ucap dia.

4. Sebaran kasus COVID-19 di 34 provinsi

[UPDATE] Lampaui Tiongkok, Ini Sebaran Kasus COVID-19 di IndonesiaPetugas medis melakukan rapid test menggunakan rapid test buatan anak negeri RI-GHA COVID-19 di Gedung Kemenko PMK, Kamis (9/7/2020) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Berikut ini sebaran 86.521 kasus positif COVID-19 di 34 provinsi, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan:

1. Aceh 146 kasus

2. Bali 2.745 kasus

3. Banten 1.674 kasus

4. Bangka Belitung 176 kasus

5. Bengkulu 181 kasus

6. DI Yogyakarta 432 kasus

7. DKI Jakarta 16.538 kasus

8. Jambi 132 kasus

9. Jawa Barat 5.488 kasus

10. Jawa Tengah 6.932 kasus

11. Jawa Timur 18.308 kasus

12. Kalimantan Barat 359 kasus

13. Kalimantan Timur 868 kasus

14. Kalimantan Tengah 1.399 kasus

15. Kalimantan Selatan 4.938 kasus

16. Kalimantan Utara 216 kasus

17. Kepulauan Riau 345 kasus

18. Nusa Tenggara Barat 1.725 kasus

19. Sumatera Selatan 3.012 kasus

20. Sumatera Barat 826 kasus

21. Sulawesi Utara 1.898 kasus

22. Sumatera Utara 2.937 kasus

23. Sulawesi Tenggara 587 kasus

24. Sulawesi Selatan 8.039 kasus

25. Sulawesi Tengah 196 kasus

26. Lampung 231 kasus

27. Riau 272 kasus

28. Maluku Utara 1.273 kasus

29. Maluku 960 kasus

30. Papua Barat 341 kasus

31. Papua 2.601 kasus

32. Sulawesi Barat 159 kasus

33. Nusa Tenggara Timur 131 kasus

34. Gorontalo 432 kasus.

Sementara, terdapat 24 spesimen yang masih dalam proses verifikasi di lapangan.

5. Gejala dan cara pencegahan virus corona

[UPDATE] Lampaui Tiongkok, Ini Sebaran Kasus COVID-19 di IndonesiaWarga berbelanja kebutuhan lebaran saat masa PSBB di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat, Senin (18/5). (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama Virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Tiongkok, pada akhir Desember 2019. Virus ini telah menyebar ke wilayah lain di Tiongkok dan ratusan negara, termasuk Indonesia.

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Hingga saat ini belum ada obat atau vaksin yang mampu membunuh Virus Corona. Kendati, persentase kesembuhan COVID-19 cukup tinggi. Di beberapa negara seperti Vietnam angka kesembuhannya mencapai 100 persen. Bahkan, beberapa pakar kesehatan menyebut COVID-19 bisa sembuh sendiri jika imun penderitanya bagus. Sebaliknya, rata-rata angka kematian akibat corona berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per Selasa (17/3), sebesar 4,07 persen. Sementara di Indonesia, hingga Kamis (19/3) mencapai 8,37 persen.

Bagaimana gejala virus corona? Infeksi COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu, seperti demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala atau gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Tapi dalam beberapa kasus, pasien positif Corona tak menunjukkan gejala khusus.

Hari pertama, penderita virus corona mengalami demam atau suhu tinggi, nyeri otot, dan batuk kering. Sebagian kecil diare atau mual beberapa hari sebelumnya. Ada juga yang hilang penciuman. Hari kelima, penderita kesulitan bernapas, terutama penderita lansia atau mereka yang memiliki penyakit kronis.

Hari ketujuh, menurut penelitian Universitas Wuhan, gejala yang dialami penderita mulai semakin parah. Penderita biasanya perlu dirawat di rumah sakit. Hari kedelapan, penderita dengan kasus yang parah memperlihatkan sindrom gangguan pernapasan akut. Paru-parunya dipenuhi cairan dan kesulitan bernapas hingga menyebabkan gagal napas.

Hari ke-10, penderita dengan kasus ringan mengalami sakit perut dan kehilangan napsu makan. Hanya sebagian penderita yang meninggal dunia. Hari ke-17, rata-rata penderita sembuh dari virus corona dan keluar dari rumah sakit.

Bagaimana mencegah virus corona? Sering mencuci tangan pakai sabun, gunakan masker bila batuk atau pilek, mengonsumsi gizi seimbang, hati-hati kontak dengan hewan, cukup istirahat dan olahraga, jangan konsumsi daging mentah, bila batuk, pilek, dan sesak segera ke fasilitas kesehatan.

Perlu diwaspadai juga bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis 9 Juli 2020 mengonfirmasi, COVID-19 dapat menular melalui udara (airborne). Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa penyakit tersebut cepat menyebar ke seluruh dunia. 

Karena itu, pada hari yang sama, WHO merilis panduan baru mengenai penularan COVID-19 melalui situs resminya. Ada beberapa pembaharuan yang perlu kamu tahu.

Penularan utama COVID-19 tetaplah melalui kontak dengan pasien. Baik kontak langsung, tidak langsung, atau berada di dekat mereka. WHO menyatakan hal ini terjadi karena pasien COVID-19 mengeluarkan droplet dari saluran pernapasan ketika berbicara, batuk, bersin, atau menyanyi. 

Cairan dari pernapasan tersebut bisa dibagi menjadi dua macam, yakni respiratory droplet (berukuran lebih dari lima hingga sepuluh mikrometer) dan droplet nuclei atau aerosol (berukuran kurang dari lima mikrometer). 

Respiratory droplet dapat mengenai orang lain yang berada dalam radius satu meter dengan pasien. Ketika cairan itu mengenai mata, hidung, dan mulut, maka besar kemungkinan mereka tertular. Sementara, droplet nuclei atau aerosol ditularkan melalui udara.

Kita sering mendengar istilah airborne, apa artinya?WHO menyatakan transmisi airborne terjadi ketika virus disebarkan melalui droplet nuclei atau aerosol yang tetap bisa menular ketika dilepaskan ke udara. Selain itu, droplet nuclei bisa menggantung di udara dalam jarak dan waktu lama. 

Sebelumnya, WHO juga menyatakan transmisi ini dimungkinkan ketika kita berada di lingkungan rumah sakit. Sebab ada sejumlah prosedur medis yang menghasilkan aerosol. Namun lingkup tersebut kini membesar. 

Mengutip laporan WHO, ada beberapa studi yang dilakukan di rumah sakit untuk mengamati keberadaan virus di udara. Ternyata walaupun tidak ada prosedur medis yang melibatkan aerosol, RNA SARS-CoV-2 tetap ditemukan di udara. Namun ada pula studi yang menentangnya. 

Terdapat pula bukti bahwa aerosol juga diproduksi ketika kita berbicara dan batuk. Karena itu, walaupun studi mengenai sifat airborne dari COVID-19 masih terbatas, ada baiknya untuk tetap menerapkan pencegahan berbasis airborne. 

Penularan airborne utamanya terjadi di ruangan yang tertutup, ramai, dan tidak ada ventilasi yang memadai. Contohnya ruangan gym, restoran, ruangan dengan pendingin AC, dan lain sebagainya.

Sementara Kepala Lembaga Biologi Molekuler EIjkman Prof Amin Soebandrio menyebutkan penyebaran COVID-19 melalui udara bukan penemuan baru. Dia sudah mencurigai sejak awal kemunculan COVID-19.

"Jika ada droplet (percikan ludah) kemudian ada aliran udara yang cukup kuat (COVID-19) bisa terbawa angin dan terbang karena volumenya jadi lebih kecil, relatif ringan karena kadar airnya berkurang," ujar dia saat dihubungi IDN Times, Selasa 7 Juli 2020.

Amin menerangkan COVID-19 bisa keluar bersama droplet yang dihasilkan ketika bersin atau batuk. Droplet yang menempel pada benda-benda yang tersentuh orang lain, bisa menularkan virus corona.

Namun, sebagian virus corona menyebar lewat udara (airborne) saat droplet berubah menjadi partikel yang lebih kecil dan mudah menyebar di udara.

"Sebagian besar memang menular melalui droplet, tapi dalam situasi tertentu bisa. Seperti di rumah sakit saat dilakukan prosedur pemasangan ventilator, penghisapan lendir, atau terapi nebulizer," jelas Amin.

Jika membutuhkan beberapa nomor telepon terkait virus corona, kamu bisa menghubungi beberapa nomor penting ini, yakni Hotline kemenkes (+62 812 1212 3119, 119 ext 9, (021) 521 0411), atau mengunjungi beberapa situs terkait virus corona antara lain kemkes.go.id, arcgis.org, jakarta.go.id, healthmap.org, jabarprov.go.id, cdc.gov, jhu.edu. Kamu juga bisa mengunjungi web resmi pemerintah daerah untuk mencari informasi terkait perkembangan virus corona di daerah kamu tinggal.

Baca Juga: [LINIMASA-3] Perkembangan Terkini Pandemik COVID-19 di Indonesia

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya