More Than Work: Cerita Buram Perempuan di Media

Film ini didedikasikan bagi perempuan pekerja media

IDN Times, Yogyakarta - Dipastikan semua orang saat ini mengonsumsi media. Di kantor, di jalanan, di rumah, setiap hari dan setiap saat. Media menjadi spektrum baru dalam kehidupan kita. Internet misalnya bisa mengumpulkan orang, menjadi alat penghubung di dunia, ia menghubungkan manusia satu dengan manusia lain, mempercepat komunikasi. Informasi menjadi satu hal yang penting dan menentukan.

Pertumbuhan media menjadi sesuatu yang tak terbendung sejak masa reformasi. Data Dewan Pers menunjukkan jumlah media meningkat tajam di Indonesia, yaitu sebanyak 47 ribu media massa di Indonesia.

Belum lagi menggeliatnya media sosial: ada website, blog dan vlog yang jumlahnya hingga jutaan. Indonesia disinyalir menjadi negara yang mempunyai media paling banyak jumlahnya di dunia.

Baca Juga: Women’s March 2019, Perempuan Desak RUU PKS Segera Disahkan

1. Eksploitasi perempuan pekerja media

More Than Work: Cerita Buram Perempuan di MediaDok. Konde Production

Semarak media ini memberikan catatan penting bagi perempuan. Beberapa media tumbuh secara positif, ini terlihat dari komitmen beberapa media dalam menuliskan persoalan kekerasan yang menimpa perempuan

Namun, banyak media yang senang menggambarkan sensasionalisme terhadap tubuh perempuan. Media seperti ini juga tumbuh subur. Sensasi ini tidak hanya ada dalam tulisan, namun juga merambah bagaimana cara pandang media terhadap pekerja perempuannya, juga bagaimana orang-orang dan kebijakan yang kemudian mengatur tubuh perempuan

2. Media tumbuh pesat namun nasib pekerja perempuannya terabaikan

More Than Work: Cerita Buram Perempuan di MediaDok. Konde Production

Pesatnya perkembangan media di Indonesia tidak berbanding lurus dengan nasib pekerja-pekerja media perempuan. Mereka jarang diperbincangkan. Mereka seolah-olah tenggelam oleh hiruk-pikuk media yang banyak mencuat ke permukaan. 

Para perempuan pekerjaan media, misalnya, banyak mendapatkan penilaian atas tubuhnya: yang bertubuh kurus selalu laku dibanding yang bertubuh gemuk. Yang berambut lurus selalu lebih laku dalam penilaian industri dibandingkan yang berambut keriting.

Konstruksi budaya inilah yang kemudian menjadikan orang-orang terbiasa melakukan penilaian terhadap tubuh perempuan. Konstruksi inilah yang menyebabkan tubuh perempuan menjadi korban kekerasan seksual, dilecehkan. Konstruksi ini juga merambah dan ditentukan oleh kebijakan yang mengatur tubuh-tubuh perempuan di media.

3. Berikut ini trailer film "More Than Work"

https://www.youtube.com/embed/o23G752aH-E

“More Than Work” adalah film yang bercerita tentang bagaimana kondisi perempuan di media. Bagaimana media baru – konten media yang banyak diperbincangkan saat ini – membawa banyak perubahan namun jarang membicarakan persoalan yang menimpa pekerja-pekerja perempuan di media.

Film ini banyak menceritakan kisah potret buram perempuan di Indonesia. Seperti Dhiar yang harus menyelesaikan kasusnya hingga ke pengadilan. Ada pula Barbie Kumalasari yang harus mengeluarkan Rp4 miliar untuk membentuk tubuhnya gara-gara sering di-bully sebagai artis yang mempunyai tubuh gemuk. 

4. Bagian dari kampanye untuk tubuh perempuan

More Than Work: Cerita Buram Perempuan di MediaDok. Konde Production

Sutradara "More Than Work", Luviana menyatakan film dokumenter ini merupakan film yang menjadi bagian dari kampanye agar tubuh perempuan dihargai.

"Sebenarnya ada banyak kisah tentang potret buram tubuh perempuan, juga tubuh-tubuh para pekerja perempuan di media yang tidak pernah terungkap di media. Oleh karena itu, film ini berusaha menyuarakan kondisi perempuan yang tidak pernah terungkap," ujar Luviana saat ditemui di acara Festival Cipta Media Ekspresi, Taman Budaya Yogyakarta, Minggu (28/4).

6. Akan rilis pada awal Mei 2019

More Than Work: Cerita Buram Perempuan di MediaDok. Konde Production

Film ini akan dirilis pada bulan Mei 2019 dan diputar secara berkeliling. Sejak trailernya diputar pada Senin (29/4), menurut Luviana, saat ini sudah terdapat 30 permintaan pemutaran di kampus, komunitas dan di jaringan buruh di Indonesia.

Trailer ini memang disebarkan hingga tanggal 1 Mei di mana semua buruh di dunia termasuk buruh perempuan di media memperingati hari buruh sedunia. Hari buruh ini merupakan saat yang tepat sebagai pengingat bagaimana tubuh perempuan harus mendapatkan penghargaan sebagai pekerja.

Baca Juga: Apa Sih Makna Women's March Menurut Mereka?

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya