Kenali Tanda Hubunganmu Masuk Toxic Relationship Menurut Psikolog

Jangan dibiarkan berlarut-larut kalau ingin bahagia

Sleman, IDN Times - Hubungan beracun (toxic relationship) atau yang juga dikenal dengan relationship abuse bisa menimbulkan dampak yang merugikan. Bukan hanya secara emosional, toxic relationship ini juga bisa menimbulkan dampak kurang menyenangkan bagi sosial, fisik maupun seksual.

Yayi Suryo Prabandari, Psikolog sekaligus Ketua Health Promoting University Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Guru Besar FKKMK mengungkapkan, toxic relationship sering kali tidak disadari. Baik dalam hubungan pertemanan, hubungan kerja, berpacaran atau bahkan suami istri.

“Hubungan ini hanya menguntungkan satu pihak, merugikan diri sendiri dan bisa merugikan orang lain (kalau kita sebagai pelaku),” ungkapnya dikutip dari ugm.ac.id.

Baca Juga: 9 Tanda Kamu Orang yang Toxic, Lekas Sadari Sebelum Menjadi-jadi!

1. Beberapa klasifikasi pola toxic relationship

Kenali Tanda Hubunganmu Masuk Toxic Relationship Menurut PsikologPexels.com/MART PRODUCTION

Yayi mengungkapkan, ada beberapa klasifikasi pola dalam hubungan beracun. Pertama yakni secure attachment, di mana seseorang menjadi merasa tidak nyaman jika tidak ada dia. Kedua, cemas ambivalen yakni toxic relationship yang berada di antara perasaan senang dan takut.

“Seharusnya tidak ada perasaan itu kalau berada di dekat orang yang dicintai, namun hanya ada perasaan nyaman. Ketiga, cemas menghindar. Ini adalah hubungan yang sebenarnya kita ingin menghindar tetapi merasa tidak enak karena mungkin terus dicari,” jelasnya.

2. Tanda-tanda hubunganmu beracun

Kenali Tanda Hubunganmu Masuk Toxic Relationship Menurut PsikologPexels/Juan Pablo

Adapun perilaku toxic dapat dikenali dengan beberapa ciri. Yaitu terlalu sibuk dengan dunia maya, terus mengkritik, mengekspresikan ketidaksukaan secara tak langsung, menghindari hubungan emosional dengan orang lain, dan menyembunyikan masalah.

Sedangkan menurut Yayi, tanda-tanda toxic relationship adalah memanipulasi orang lain, tidak konsisten, tidak mau meminta maaf, tidak punya sifat empati dan simpati, dan hanya mau senangnya saja.

"Hubungan beracun dapat mengakibatkan cemas dan stres, mempunyai masalah kepercayaan, kesehatan mental yang terganggu, gangguan dalam kehidupan sehari-hari, serta trauma, tidak nyaman dan tidak aman (insecure)," paparnya.

3. Cara mengatasi toxic relationship

Kenali Tanda Hubunganmu Masuk Toxic Relationship Menurut PsikologPexels.com/freestocks.org

Lebih lanjut, Yayi menjelaskan cara untuk bisa mengatasi dan mencegah agar kita tidak terjebak dalam hubungan beracun adalah dengan berbicara. Pertama, yakni berbicara secara efektif. Artinya, pembicara dan penerima mengerti pesan yang disampaikan. Kedua, secara asertif, yakni rasional, menyatakan secara langsung yang diinginkan, menghargai dan memahami orang lain.

“Asertif artinya tegas, berterus terang dan kalau bisa secara definitif diucapkan. Misalnya mengucapkan kalau kita tidak suka dibatasi untuk bermain dengan orang lain. Kalau kita sudah berbicara, namun masih saja terjadi, sebaiknya berpikir panjang untuk tetap menjalin hubungan dengan orang tersebut terutama jika ingin melanjutkan hubungan ke pernikahan. Dalam psikologi pola perilaku, perulangannya ada sehingga harus dipikirkan kembali,” katanya.

4. Kenali hubungan yang tidak sehat

Kenali Tanda Hubunganmu Masuk Toxic Relationship Menurut PsikologPexels.com/Vera Arsic

Sementara itu, Psikolog dari Universitas Indonesia, Rininda Mutia mengungkapkan jika ada beberapa ciri toxic relationship. Pertama yakni, posesif yang berlebihan dalam berhubungan. Contohnya seorang kekasih yang selalu bertanya di mana dia berada, bersama siapa, apa yang dilakukan dan sebagainya. Jika tidak dijawab atau dibalas, orang tersebut akan mengamuk.

"Bila itu yang terjadi, berarti hubungan tersebut tidak sehat," katanya dikutip dari ANTARA.

Kedua, terlalu banyak mengatur. Contohnya seorang kekasih mengatur siapa saja yang boleh menjadi teman, mengatur baju yang dipakai, hingga pasangan tidak punya hak mengatur kehidupannya sendiri. Rininda menjelaskan, berpasangan bagaikan dua individu yang terpisah tapi berada di satu kapal dan tujuan. Beda pendapat boleh saja dan bisa diselesaikan dengan negosiasi dan diskusi.

"Bukan berarti si A jadi harus sama kaya si B atau si B harus sama kaya si A. Bukan berarti mereka menjadi satu orang yang sama. Nah itu sudah tidak sehat, terlalu nge-blend antara pasangan yang satu dengan pasangan yang lainnya," terangnya.

Ketiga isolasi, yakni seseorang dituntut untuk tidak boleh bertemu dengan siapa pun kecuali pasangannya sehingga dia merasa bergantung. Bergantung secara ekonomi juga bisa terjadi, misalnya memaksa kekasihnya untuk membayari sesuatu bila memang ingin terus berpacaran.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya