Ghosting dari Sisi Psikologis, Kenapa Begitu Menyakitkan?

Kepergian tanpa kata-kata yang meninggalkan luka

Awalnya hanya satu chat yang tak terbalas. Lama-lama, setiap kali kamu menghubunginya, tak ada jawaban sama sekali. Ditelepon tak diangkat, chat apalagi. Bingung, sedih, marah pun menjadi satu. Yang bikin semakin sakit, ternyata ia tampak aktif di media sosialnya. 

Itulah ghosting. Seperti hantu atau ghost, istilah ini digunakan untuk menggambarkan kepergian seseorang dari hidup kita tanpa penjelasan apa pun. Yang ditinggalkan hanya luka dan rasa sakit hati karena ia menghilang seakan kita tak berarti apa-apa di hidupnya. 

Lebih lanjut, istilah ghosting memang sering digunakan dalam hubungan percintaan. Akan tetapi masalah ini juga bisa terjadi di jenis relasi lainnya, lho. Misalnya dalam persahabatan, pekerjaan, hingga bahkan keluarga. Hal ini juga bisa terjadi pada semua orang, tak peduli perempuan maupun laki-laki.

1. Kenapa orang melakukan ghosting?

Ghosting dari Sisi Psikologis, Kenapa Begitu Menyakitkan?pexels.com/Mikotoraw

Ketika mengalami ghosting, kamu tentu bertanya-tanya kenapa ia meninggalkanmu tanpa kata-kata. Ternyata alasannya bermacam-macam dan tidak bisa digeneralisasi. Namun, berbagai penelitian telah menghimpun sejumlah penyebab umum seseorang melakukan ghosting. Berikut ini di antaranya:

  • Orang itu tidak lagi merasa aman dalam hubungan. Umumnya hal ini terjadi ketika mereka mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan, pasangan melanggar privasi, kekerasan, dan lain sebagainya;
  • Rasa takut akan kedekatan. Umumnya, rasa takut ini muncul karena khawatir akan ditinggalkan di masa depan. Maka dari itu, mereka memilih pergi sebelum tersakiti;
  • Ada pula yang melakukan ghosting karena ingin balas dendam. Mereka telah di-ghosting di hubungan sebelumnya, sehingga ingin orang lain merasakan rasa sakit yang sama;
  • Menghindari konflik. Memaparkan alasan ingin putus hubungan adalah hal yang sulit bagi pelaku ghosting. Untuk menghindari pertengkaran dan adu mulut, mereka pun memilih pergi tanpa penjelasan;
  • Kurangnya koneksi dalam hubungan. Karena tidak memahami perasaan satu sama lain, seseorang pun memutuskan hubungan secara sepihak;
  • Minim konsekuensi. Ghosting dianggap sebagai cara termudah untuk lepas dari hubungan.

2. Ghosting semakin mudah dilakukan ketika kita hanya menjalin komunikasi secara online

Ghosting dari Sisi Psikologis, Kenapa Begitu Menyakitkan?freepik.com/freepik

Ghosting sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam hubungan. Ini hanyalah satu dari sekian banyak cara untuk memutuskan hubungan dengan seseorang. Namun, tak bisa dimungkiri bahwa fenomena ini menjadi semakin masif dalam beberapa tahun belakangan.

Ini semua berkat penggunaan internet sebagai media komunikasi. Studi tahun 2018 dari Journal of Social and Personal Relationships menemukan bahwa setidaknya 25 persen partisipan pernah mengalami ghosting. Sementara itu, 20 persen mengaku bahwa mereka adalah pelakunya. 

Sederhananya, ketika kita bertemu dengan seseorang di media sosial atau platform online dating, kesempatan untuk ghosting menjadi jauh lebih besar. Melansir Psychology Today, ini terjadi karena kita tidak merasa ada ikatan yang jelas dalam hubungan tersebut. Apalagi jika hubungan baru seumur jagung. 

Selain itu, ghosting semakin mudah dilakukan saat kita tidak perlu menghadapi orang yang bersangkutan di dunia nyata. Ini juga yang menjadi alasan kenapa seseorang mudah pergi dari hubungan tanpa penjelasan.

3. Ambiguitas yang ditimbulkan oleh ghosting membuat korban lebih tersakiti

Ghosting dari Sisi Psikologis, Kenapa Begitu Menyakitkan?freeimageslive.com

Di sisi lain, korban ghosting umumnya mengalami sakit hati yang lebih besar daripada diputuskan secara langsung. Ini semua karena ambiguitas yang ditimbulkan oleh perlakuan tersebut, menurut laporan di laman Psychology Today.

Bayangkan saja kamu ditinggalkan tanpa kejelasan setelah menjalin hubungan dalam beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. Kamu pasti kebingungan, kan? Dalam dunia psikologi, kondisi ini disebut sebagai stable ambiguity atau ambiguitas stabil. Mengutip laman PESI, kondisi tersebut membuat korban tidak tahu harus berbuat apa.

Sebagian orang akan bertanya-tanya apa yang salah dari hubungan yang dijalinnya. Sebagian justru merasa khawatir dan berpikir bahwa si pelaku ghosting sedang terluka atau berbaring di rumah sakit, sehingga tidak bisa memberikan kabar. Ambiguitas tersebut juga akan membuat korban merasa bahwa ia masih memiliki harapan.

Baca Juga: Ini 7 Fakta Poliamori, Hubungan Cinta Melibatkan Lebih dari Dua Orang

4. Ghosting memberikan harapan palsu kepada korban

Ghosting dari Sisi Psikologis, Kenapa Begitu Menyakitkan?freepik.com/yanalya

Seperti yang disebutkan di atas, ghosting akan membuat korban merasa bahwa ia masih memiliki harapan. Sebab, pihak lain tidak memberikan kejelasan apa pun. Karena kata "putus" belum terlontar, korban akan merasa bahwa dirinya masih menjalin hubungan dengan pelaku ghosting

Harapan palsu ini mencegahnya untuk move on dari hubungan tersebut dan terus merasa sakit hati. Sebab, pasangan tidak menjawab satu pun kontak yang ia lakukan. Lama-kelamaan, korban akan mempertanyakan diri sendiri. Apalagi ketika ia tiba-tiba melihat si pelaku ghosting sudah memiliki orang lain di sisinya.

5. Korban akan menyalahkan diri sendiri karena ghosting

Ghosting dari Sisi Psikologis, Kenapa Begitu Menyakitkan?pexels.com/Masha Raymers

Menyambung poin sebelumnya, korban ghosting akan mulai mempertanyakan diri sendiri, atau lebih tepatnya menyalahkan. Mengutip The Healthy, pikiran tersebut timbul karena penolakan membuat kita merasa dipermalukan, bodoh, tidak diinginkan, tidak dicintai, dan tidak cukup baik. 

Terlebih lagi, ketika pasangan tidak memberi tahu apa alasannya memutuskan hubungan secara sepihak. Korban tidak memiliki kesempatan untuk tahu dan memperbaiki apa kesalahan yang mungkin dibuatnya. Hal ini kemudian berpengaruh besar terhadap tingkat kepercayaan diri korban. 

Lebih fatal lagi, jika penolakan ini dialami orang yang kepercayaan dirinya rendah. Menurut jurnal dari Haverford College tahun 2008, individu dengan kepercayaan diri rendah akan sulit untuk membangun mindset positif pada hubungan selanjutnya. Ini karena rasa trauma, malu, dan self-blame (menyalahkan diri sendiri) yang dialaminya lebih besar.

6. Ghosting adalah perlakuan yang serupa dengan silent treatment

Ghosting dari Sisi Psikologis, Kenapa Begitu Menyakitkan?freepik.com/wayhomestudio

Silent treatment merupakan penolakan untuk berkomunikasi verbal terhadap orang lain sebagai bentuk hukuman atau penghindaran. Contohnya, kamu berbuat salah pada pasangan kemudian ia mendiamkanmu selama seharian atau beberapa hari sebagai gantinya. 

Para ahli sepakat bahwa silent treatment merupakan tindak kekerasan secara emosional. Mengutip Medical News Today, dikatakan demikian karena perlakuan ini membuat korban merasa tidak berdaya dan tidak memiliki pilihan selain mengikuti apa kemauan pelaku. Korban juga tidak diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapat dan emosi. 

Hal yang sama tampaknya juga berlaku pada ghosting. Meskipun belum ada penelitian khusus yang membahas tentang ini, perlakuan yang didapatkan korban ghosting kurang lebih sama dengan silent treatment. Terlebih lagi, ghosting membuat korban merasa tak berdaya dalam jangka waktu yang tidak jelas. 

Sama seperti kekerasan secara fisik, kekerasan emosional juga meninggalkan luka pada korban. Melansir Psychology Today, hal ini juga akan menurunkan tingkat kepercayaan diri serta rasa yakin untuk menjalin hubungan lain di masa depan. 

7. Bagaimana cara bangkit dari pengalaman ghosting?

Ghosting dari Sisi Psikologis, Kenapa Begitu Menyakitkan?dailyorange.com

Apa yang harus dilakukan ketika menjadi korban dari perlakuan tersebut? Berikut ini beberapa hal yang akan berguna untukmu:

  • Sadari bahwa pelaku ghosting tidak cukup berani untuk menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Mereka juga tidak cukup dewasa untuk memperlakukanmu seperti apa yang seharusnya kamu dapatkan;
  • Tidak apa-apa jika kamu ingin memberi batas waktu terhadap orang tersebut, misalnya beberapa minggu. Setelah itu, jika tetap tidak ada kabar, berarti hubungan kalian telah selesai dan kamu berhak untuk move on. Ini adalah cara untuk setting boundaries atau mengatur batasan;
  • Jangan langsung menyalahkan dirimu. Hal ini memang terdengar mudah diucapkan, tetapi kadang sulit untuk dilakukan. Namun, percayalah bahwa perlakuan orang lain tidak menentukan self-worth kamu;
  • Wajar jika kamu sedih dan akuilah setiap perasaan yang menghampirimu. Berilah waktu untuk menyembuhkan diri dengan cara yang sehat;
  • Tak ada salahnya jika kamu ingin curhat dengan orang-orang yang kamu percayai. Dengan begitu, beban di pundakmu bisa terangkat;
  • Tak perlu tanya kepada pelaku kenapa mereka melakukan ghosting kepadamu. Hal ini akan membuatmu semakin terluka. Apalagi ketika mereka tidak menjawabnya;
  • Jangan takut untuk meminta bantuan dari psikolog jika kamu membutuhkannya. 

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa ghosting bukanlah tindakan yang bijak untuk mengakhiri sebuah hubungan. Hal ini akan mengindikasikan bahwa kita bukanlah orang yang dewasa dan menghormati sesama. Maka dari itu, perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan, ya!

Baca Juga: 7 Perubahan Tubuh Mengejutkan saat Kamu Ditolak Sesuatu 

Topik:

  • Izza Namira
  • Nurulia
  • Hidayat Taufik

Berita Terkini Lainnya