Putus saat Pandemik Justru Membuatmu Susah Move On, Ini Kata Pakar!

Pikirin baik-baik dulu, deh!

Menghilangkan trauma ketika putus, butuh waktu yang gak sebentar, apalagi di masa pandemik seperti sekarang. Tantangan ini muncul ketika individu terpaksa harus menjalani masa pemulihan pada masa karantina diri di rumah.

Bukan hanya adanya pandemik yang membuat situasi makin sulit, namun juga mekanisme coping yang biasa dilakukan setelah putus, jadi terhambat karena physical distancing dan social distancing.

Melansir dari Elite Daily dan pakar hubungan dari Cinta Setara, Sri Juwita Kusumawardhani, M.Psi, Psikolog, berikut beberapa alasan kenapa putus saat pandemik COVID-19 justru membuat seseorang lebih susah move on. 

1. Harus berjuang lebih keras dalam menyesuaikan diri tanpa pasangan

Putus saat Pandemik Justru Membuatmu Susah Move On, Ini Kata Pakar!pexels/Anna Shvets

Setiap orang punya cara berbeda untuk berdamai dengan putus cinta. Baik itu dengan mengalihkan fokus pada pekerjaan atau barangkali justru dengan merancang kencan bersama orang baru.

Dr. Carla Marie Manly, psikolog klinis dan penulis buku Joy from Fear, mengungkapkan bahwa pengalaman trauma setelah putus akan lebih sedikit dirasakan ketika seseorang menyibukkan diri terhadap kehidupan yang dijalani.

Sayangnya, hal ini sulit dilakukan saat karantina. Pandemik COVID-19 membuat seseorang lebih terbatas melakukan sesuatu. Adanya social distancing dan physical distancing yang masih diterapkan, membuat orang sulit mendapat dukungan dari orang terdekat.

2. Kurang mendapatkan dukungan dari orang terdekat karena setiap orang sedang berjuang di tengah pandemik

Putus saat Pandemik Justru Membuatmu Susah Move On, Ini Kata Pakar!pexels/Edward Jenner

Setelah putus, seseorang barangkali lebih sulit mencari pengalihan aktivitas karena terbatasnya kesempatan berinteraksi dengan orang secara normal. Individu yang mengalami, mungkin merasa tidak ada yang peduli.

Padahal di saat yang sama, setiap orang juga tengah berjuang di masa pandemik ini. Begitu pula support system yang selama ini ada di lingkaran pertemanan individu tersebut.

Video call atau FaceTime memang bisa dilakukan. Namun, kekuatan yang didapat tak sama saat dibandingkan dengan tatap muka langsung. 

"Karena tidak ada sentuhan fisik. Untuk bisa langsung memeluk atau mengusap misalnya," jawab Sri Juwita Kusumawardhani, M.Psi, Psikolog ketika ditanya alasan dari sisi psikologis mengapa pertemuan virtual dengan sahabat atau support system setelah putus masih kurang dibandingkan pertemuan langsung.

Bukan hanya itu, Dr. Manly menyebutkan bahwa orang-orang terdekat juga harus berjuang dengan isu-isu yang berelasi dengan pandemik. Seperti misalnya, bagaimana mereka tengah fokus menjaga kesehatan fisik, urusan finansial, dan kesehatan mental. 

dm-player

3. Lingkaran sosial mengalami stres yang sama terkait adanya virus corona

Putus saat Pandemik Justru Membuatmu Susah Move On, Ini Kata Pakar!pexels/Kaique Rocha

Dr. Aimee Dramus, psikolog klinis, menyebutkan bahwa setelah putus, individu biasanya bisa meminta bantuan terhadap satu atau dua sahabat agar perasaannya lebih baik. Sekarang, semua lingkaran sosial sedang mengalami tekanan serupa karena virus corona.

Kondisi kehidupan dengan karantina diri, jauh dari ideal untuk melonggarkan individu agar mampu berinteraksi dengan normal. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Sri Juwita. "Saat ini, semua orang stres akibat pandemik sehingga jadinya sama-sama sulit untuk memberikan dukungan," tutur Juwita. 

Namun pandangan berbeda muncul dari Dr. Daramus yang menekankan pemulihan pasca putus lebih cepat dengan memicu hubungan baru melalui kencan virtual. Namun pada tahap ini, individu harus lebih keras dalam penyesuaian dan penerimaan diri terlebih dulu.

Baca Juga: 5 Tip Membangun Kepercayaan Diri saat Kencan Virtual dengan Facetime

4. Salah satu cara efektif untuk move on saat pandemik adalah self-care

Putus saat Pandemik Justru Membuatmu Susah Move On, Ini Kata Pakar!pexels/Chama

Dr. Manly memaparkan pentingnya memberi perhatian lebih pada diri sendiri setelah putus, khususnya selama karantina. Individu yang mengalami bisa memulainya dengan meditasi rutin, yoga, membaca buku, memasak, atau hobi apa pun yang membuat rileks.

Menghabiskan waktu di luar ruangan adalah salah satu yang dianjurkan agar suasana hati dan kesehatan mental terjaga. Dr. Manly menyarankan meluangkan waktu untuk berbincang atau bertegur sapa dengan tetangga. Menulis jurnal harian juga terbukti efektif untuk menangkal rasa sedih. 

5. Alternatif lainnya adalah konseling bersama tenaga profesional secara virtual dan bergabung di komunitas online yang menguatkan

Putus saat Pandemik Justru Membuatmu Susah Move On, Ini Kata Pakar!pexels/Ekaterina Bolovtsova

Sri Juwita, psikolog juga memaparkan bahwa ada beberapa langkah yang bisa dilakukan setelah putus pada masa pandemik, yaitu dengan konseling secara virtual dan bergabung di komunitas online yang dapat menguatkan. 

Ia menambahkan, "Kalau konseling online, hasil penelitian efektif kok! Menurut pengalaman pribadi juga, tidak ada masalah. Cuma untuk klien, mungkin gak kebayang akan seperti apa. Masalahnya lebih ke sinyal paling, ya. Tentu ada pendekatan terapi tertentu yang tidak bisa dilakukan secara online. Misalnya, sand play therapy."

Meski tetap ada alternatif untuk memulihkan diri pasca putus, namun sebaiknya kamu harus memikirkan matang-matang sebelum mengakhiri hubungan. Alih-alih gegabah mengambil keputusan, bukankah sekarang justru waktunya kamu dan pasangan bisa saling menguatkan di tengah keadaan sulit seperti ini? 

Baca Juga: 5 Kiat Biar Gak Putus selama Pandemik COVID-19, Dijamin Makin Romantis

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya