TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Tips Atasi Penyesalan setelah Menikah, Sesuaikan Ekspektasi

Dulu cuma membayangkan sisi indah rumah tangga

ilustrasi pasangan (pexels.com/Jonathan Borba)

Intinya Sih...

  • Penyesalan setelah menikah sering disebabkan oleh kekurangan pasangan yang baru terungkap setelah pernikahan.
  • Komunikasi terbuka antara pasangan penting untuk mengatasi ketidakpuasan dalam pernikahan.
  • Rasa tanggung jawab terhadap pilihan menikah membantu mengatasi penyesalan dan memperbaiki persepsi tentang rumah tangga.

Beberapa tahun yang lalu, kamu mungkin tidak sabar untuk segera menikah. Saking inginnya berumah tangga, dirimu bahkan dapat agak melawan orangtua yang memintamu menundanya beberapa tahun lagi. Kamu berkeras buat menikah dengan pria atau perempuan pilihanmu.

Ketika itu rasanya memang gak ada yang lebih baik untukmu selain menikah dengan pujaan hati. Dirimu yakin bahwa penyatuan cinta bakal membuatmu bahagia selamanya. Termasuk saat ujian datang, kamu percaya bahwa bersama dia bakal bisa melaluinya dengan tabah dan tetap bahagia. 

Kenyataannya, perasaan serba optimis di atas memudar di tahun-tahun pertama pernikahan kalian. Kamu menyesal atas pilihan yang sudah diambil dan mulai berandai-andai masih lajang. Apa pun yang menjadi penyebab dari penyesalanmu, jangan biarkan berlarut-larut serta membahayakan pernikahan kalian. Enam tips berikut membantu menyelamatkan rumah tanggamu.

1. Selama kekurangan pasangan gak parah, fokus di kelebihannya saja

Salah satu penyebab paling umum dari munculnya rasa menyesal setelah menikah adalah kekurangan pasangan. Bukannya selama masa berpacaran kamu memandangnya sebagai pribadi yang sempurna. Akan tetapi, ternyata masih ada kekurangannya yang baru diketahui olehmu setelah kalian menjadi pasangan suami istri.

Apakah beberapa kekurangan yang baru tampak ini pantas menjadi alasan untukmu mengakhiri pernikahan? Tergantung seberapa parahnya. Kalau dia melakukan KDRT dan gak menunjukkan perubahan setelah kamu memprotes tindakannya, ini red flag. 

Gak apa-apa perkawinanmu hanya seumur jagung daripada nyawamu menjadi taruhannya baik karena penganiayaan fisik yang dilakukannya atau kamu depresi lalu bunuh diri. Namun, untuk kekurangan-kekurangan yang sifatnya masih biasa ada dalam diri siapa pun jangan dibesar-besarkan. Bukan cuma kamu yang kaget. Ia pun pasti baru mengetahui beberapa kekuranganmu yang selama pacaran tidak tampak.

2. Lebih sering mengobrol dengan pasangan biar tahu sama tahu

Penyesalan akan dirasakan ketika ada kenyataan yang gak sesuai dengan harapan dan dirimu merasa tak bisa melakukan apa-apa untuk mengubahnya. Sebagai orang yang baru pertama kali menikah, tentu kamu tak tahu seperti apa rasanya menjalani rumah tangga yang sesungguhnya. Dirimu membayangkannya dengan kekuatan imajinasi yang amat dipengaruhi oleh film, novel, atau gambaran rumah tangga orang-orang di sekitarmu. 

Pasanganmu pun boleh jadi merasakan hal yang kurang lebih sama. Daripada kalian diam-diam memendam ketidakpuasan, lebih baik mengomunikasikannya dalam percakapan ringan. Misalnya, ketika kalian sama-sama santai. Akui saja betapa ternyata pernikahan tidak semanis madu. 

Ada cukup banyak hal yang membuatmu terkejut. Tanyakan apakah dia juga merasakan hal yang sama? Dengan dirimu terlebih dahulu mengakuinya, pasangan pun lebih mudah untuk bersikap terbuka. Dua orang yang sama-sama kaget dengan realitas kehidupan suami istri bakal mulai berdiskusi tentang cara terbaik mengatasi berbagai tantangan. Bahkan kalian dapat mentertawakan kenaifan masing-masing selama ini.

3. Bicarakan juga dengan pasangan yang mapan dalam pernikahan

Hanya karena kamu telah membangun keluarga sendiri, tidak bermakna semua hal yang terjadi di dalamnya sama sekali tak boleh diketahui oleh orang lain. Tergantung tujuanmu dalam memberitahukannya. Apabila niatmu hanyalah mendapatkan masukan yang membangun, tentu tidak apa-apa.

Pun kamu tak sembarangan memilih lawan bicara. Dirimu cuma membicarakan penyesalan yang dirasakan selepas menikah pada pasangan yang telah mapan dalam perkawinannya. Mapan di sini gak berarti secara finansial. Meski pasangan itu hidup sederhana, setidaknya pernikahan mereka tak goyah oleh apa pun.

Orangtua, mertua, dan keluarga paman atau kakek bisa menjadi pilihan. Tanyakan apakah menurut mereka perasaanmu wajar dan tidak berbahaya? Apakah mereka pernah merasakannya juga? Bagaimana cara mereka mengatasinya hingga rumah tangga langgeng sampai hari ini? Mengobrol dengan mereka akan membuatmu lebih optimis tentang masa depan pernikahan kalian.

Baca Juga: 5 Seni Sederhana Bikin Pasangan Bahagia lewat Kejutan Romantis

4. Menyadari ini masih bagian dari proses adaptasi

Rasa menyesal biasanya muncul di usia pernikahan yang masih muda, antara hitungan bulan sampai 5 tahun pertama. Di masa ini kamu masih dikuasai berbagai harapan tentang keluarga impian. Dirimu merasa seperti dibangunkan dari satu per satu mimpi indah itu untuk menghadapi realitas yang gak sesuai. 

Masa adaptasi dalam kehidupan pernikahan memang cukup lama. Penyebabnya, kalian sama-sama sudah begitu lama hidup melajang dan hanya bersama keluarga masing-masing. Dengan menikah, kalian mengemban peran baru sebagai suami atau istri kemudian menjadi orangtua.

Semua itu memberikan tekanan psikis yang besar bahkan melebihi yang disadari oleh kalian berdua. Campur aduk perasaan dan pikiran yang penuh oleh berbagai hal membawamu pada rasa lelah. Timbul pemikiran tidak menikah mungkin lebih baik. Jangan berhenti di fase ini. Lanjutkan saja proses adaptasi itu tanpa tergesa-gesa ingin segera merasa nyaman dalam pernikahan biar tak menjadi sumber stres yang baru.

5. Tingkatkan rasa tanggung jawab atas pilihanmu

Selama kamu menikah bukan karena paksaan siapa pun, rasa tanggung jawabmu terhadap pilihan tersebut harus amat besar. Tanpa rasa tanggung jawab pada pilihan pribadi, dirimu hanya akan sibuk menyalahkan orang lain. Termasuk menyudutkan pasangan yang dianggap banyak bersalah sampai kamu kurang bahagia hidup dengannya.

Tapi dengan kamu mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, bakal muncul ketangguhan dalam menghadapi segala rintangan. Tidak ada keinginan buat melarikan diri dari pernikahan yang tak semanis harapan. Kamu akan berusaha sekuat mungkin bersama pasangan untuk mencapai tujuan pernikahan kalian.

Selama kamu ialah manusia yang merdeka, membuat pilihan apa pun merupakan hal mudah. Namun, belum tentu dengan mempertanggungjawabkannya. Dirimu wajib menjadi bagian dari orang-orang yang gak hanya berani mengambil pilihan, melainkan juga bertanggung jawab. Termasuk dengan belajar mengatasi penyesalan yang muncul selepas kamu melepas masa lajang.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya