Puisi 'Aku Ingin' Ditulis Sekali Jadi, Sapardi: Cuma 15 Menit 

"Ditulis tangan."

Jakarta, IDN Times - Penyair Sapardi Djoko Damono mengembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Eka BSD pada Minggu pagi sekitar pukul 09.17 WIB.

Kabar ini antara lain disampaikan Goenawan Mohamad dalam akun Twitter resminya.

"Innalilahi wa inailahi roji’un: Penyair Sapardi Djoko Damono wafat pagi ini setelah beberapa bulan sakit. Maret 1940-Juli 2020," demikian tulis Goenawan.

Kepergian Sapardi tentu menjadi kehilangan besar bagi dunia sastra. Sebab Sapardi adalah penyair senior yang karya-karyanya membuat banyak orang meleleh.

Dua karya yang mungkin paling banyak digemari adalah Hujan Bulan Juni dan Aku Ingin. Dua sajak yang singkat namun terasa begitu kena di hati.

Siapa menyangka jika kedua sajak tersebut dibuat begitu cepat?

1. 'Aku Ingin' dan 'Hujan Bulan Juni' hanya ditulis dalam 15 menit

Puisi 'Aku Ingin' Ditulis Sekali Jadi, Sapardi: Cuma 15 Menit IDN Times/Dwifantya Aquina

Saat wawancara dengan Najwa Shihab di Asean Literary Festival 2016, Sapardi sempat menceritakan kedua puisi tersebut.

Menurut Sapardi, puisi Aku Ingin dan Hujan Bulan Juni  ia tulis sekali jadi. Bahkan hanya beberapa menit.

"Puisi itu (saya tulis) cuma 15 menit atau 20 menit. Ditulis tangan," kata Sapardi dalam acara tersebut.

2. Sempat dimuat di Koran Suara Pembaharuan

Puisi 'Aku Ingin' Ditulis Sekali Jadi, Sapardi: Cuma 15 Menit (Sapardi Djoko Damono) Instagram.com/@damonosapardi

Pada acara yang sama, Sapardi mengatakan puisi tersebut pernah dimuat di Koran Suara Pembaharuan yang terbit di Yogyakarta.

Namun, menurut Sapardi, kedua puisi tersebut mulai dikenal setelah dijadikan lagu dan dinyanyikan oleh Ari Reda.

"Karena lagu itu, Anda sekalian mengenal saya. Jadi bukan karena Anda mengenal diri saya dulu, tapi lagu itu dulu," kata Sapardi.

3. Puisi Hujan Bulan Juni dan Aku Ingin

Puisi 'Aku Ingin' Ditulis Sekali Jadi, Sapardi: Cuma 15 Menit instagram.com/damonosapardi

Berikut kedua puisi yang sangat fenomenal tersebut:

Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
 

Baca Juga: Sapardi: Pada Suatu Hari Nanti, Jasadku Tak akan Ada Lagi 

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya