Lestarikan Mangrove, Sancoko Selamatkan Laguna Pantai Samas

Tak menyangka usahanya berdampak positif bagi lingkungan

Bantul, IDN Times - ‎Tahun 1980-an, kawasan persawahan di Padukuhan Tegalrejo, Kalurahan Srigading, dan Padukuhan Baros, Kalurahan Tirtoharho, Kapanewon Sanden (yang saat ini dikenal dengan kawasan Laguna Pantai Samas) mengalami abrasi. 

Abrasi yang disebabkan pertemuan aliran sungai Opak dan sungai Winongo Kecil itu mengakibatkan lahan persawahan di kawasan tersebut nyaris hilang. Adalah Sancoko, yang mulai bergerak untuk mengantisipasi abrasi tersebut.

Bersama masyarakat sekitar, dirinya kemudian membudidayakan tanaman mangrove atau bakau yang ada di kawasan Laguna Pantai Samas agar semakin banyak dan bisa membantu mencegah abrasi.

Baca Juga: Mbah Tuginem Relakan Tabungan untuk Membeli Ambulans  

1. Mulai tanam bibit mangrove dari budidaya pohon yang sudah tumbuh‎

Lestarikan Mangrove, Sancoko Selamatkan Laguna Pantai SamasPenanaman bibit pohon mangrove di Laguna Pantai Samas. IDN Times/Daruwaskita

Menurut Sancoko, pohon bakau sebenarnya sudah ada di kawasan Laguna Pantai Samas. Namun, jumlahnya sudah menipis. Ia pun mengajak para pemuda di Kalurahan Srigading untuk menanam bibit pohon mangrove dari budidaya pohon mangrove yang telah ada.

"Dari awal saya tidak berpikir untuk menyelamatkan lingkungan namun bagaimana caranya agar abrasi tidak semakin meluas dan lahan pertanian milik warga tidak terdampak abrasi," ungkapnya ketika ditemui IDN Times di Pos Angkatan Laut (Posal) Pantai Samas pada Kamis (16/9/2021) malam.

2. Dapat bantuan bibit dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY‎

Lestarikan Mangrove, Sancoko Selamatkan Laguna Pantai SamasKelompok Tani Hutan Rejosari Padukuhan Tegalrejo melakukan penanaman bibit pohon mangrove di Laguna Pantai Samas, Srigading, Sanden, Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)

Pada awal tahun 2000-an, usaha yang dilakukan Sancoko dan pemuda sekitar mendapatkan perhatian dari Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka mendapatkan bantuan bibit pohon mangrove untuk ditanam di kawasan Laguna Pantai Samas sekitar 15 hektare.

"Ya waktu itu hanya bibit saja yang diberikan, untuk biaya tanam dan perawatan menjadi tanggung jawab kita," ungkap pria yang kini ‎mengetuai Kelompok Tani Hutan (KTH) Rejosari di Srigading, Sanden, Bantul, ini.‎

Bantuan tersebut turut melecutkan semangat pemuda dari Padukuhan Tegalrejo untuk memelihara bibit pohon mangrove yang ditanam di Laguna Pantai Samas. Namun, kata Sancoko, tak mudah untuk memastikan bibit mangrove bisa hidup dan tumbuh menjadi besar. Adanya sampah yang dibawa oleh aliran sungai Opak dan Winongo Kecil membuat bibit mangrove yang ditanam mati. Apalagi jika tempat untuk menanam bibit mangrove sedimen tanah masih tipis.

"Butuh sedimen tanah yang cukup tebal agar bibit mangrove bisa tumbuh menjadi besar," ungkapnya.

3. Memagari bibit mangrove yang ditanam

Lestarikan Mangrove, Sancoko Selamatkan Laguna Pantai SamasBibit pohon mangrove yang ditaman di Laguna Pantai Samas, Srigading, Sanden, Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)

Tekat bulat dari Sancoko dan pemuda dari Padukuhan Tegalrejo ini juga mendapatkan perhatian dari lembaga swadaya masyarakat, kampus-kampus di Yogyakarta, BUMN, hingga pemerintah pusat. Mereka urun rembug hingga dana agar bibit mangrove yang ditanam bisa tumbuh besar.

"Ya akhirnya sebelum menanam bibit mangrove kita membuat pagar agar sampah tidak menerjang bibit mangrove yang baru kita tanam," ungkapnya.

Hasilnya tanaman bibit mangrove yang ditanam saat ini bisa tumbuh dengan baik dan tidak mati akibat terjangan sampah saat sungai Opak dan Winongo Kecil banjir.

"Kita juga melakukan giliran piket setiap harinya untuk memastikan bibit mangrove yang ditanam tidak diterjang sampah. Kan kadang jaring yang kita pasang untuk antisipasi sampah masuk jebol," ungkapnya.

Usaha yang dilakukannya dengan menanam bibit pohon mangrove yang kini sudah tumbuh setinggi dua meter bahkan sudah ada yang hampir tujuh meter sudah dirasakan dampaknya oleh warga. Abrasi yang menyebabkan lahan persawahan hilang saat ini tak lagi terjadi. Demikian pula ekosistem di kawasan Laguna Pantai Samas kembali hidup.

"Petani saat ini tak lagi ketakutan tanaman yang ditanam mati akibat terjangan angin yang membawa kadar garam hingga banyak pemancing yang berburu ikan di Laguna Pantai Samas hingga dijadikan kawasan wisata edukasi," ungkap pria yang sehari-hari berprofesi sebagai petani ini.

4. Tak kepikiran dapat penghargaan

Lestarikan Mangrove, Sancoko Selamatkan Laguna Pantai SamasKetua KTH Rejosari, Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Sancoko. (IDN Times/Daruwaskita)

Sancoko mengaku tak pernah memikirkan akan mendapatkan penghargaan dari pemerintah atas usaha yang dilakukannya bersama pemuda di Padukuhan Tegalrejo turut menyelamatkan lingkungan. Sebab, tujuan awalnya adalah menyelamatkan lahan pertanian di sisi utara Laguna Pantai Samas.

"Niat saya itu hanya menyelamatkan lahan pertanian dan mengembalikan lahan pertanian yang dahulu lenyap akibat terjangan abrasi. Ndak mikir penghargaan dan lain-lainnya," tegasnya.

"Saya juga tidak berpikir jauh kalau keberadaan mangrove juga sebagai barier alami jika terjadi tsunami atau lainnya. Saya itu petani, bagaimana lahan pertanian itu selamat saja," tambahnya lagi.

Lebih jauh, Sancoko mengatakan, berbagai peraturan seperti kelompok harus berbadan hukum untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah, diakui menjadi kendala tersendiri untuk mendapatkan kucuran dana dari pemerintah.

"Tapi dengan niat dan fakta di lapangan saat ini bibit pohon mangrove bisa hidup dan terus dijaga tetap saja ada tawaran ataupun program yang kita terima untuk penanaman bibit pohon mangrove," ucapnya.‎

Baca Juga: Pengalaman Nelayan Gunungkidul Bertemu Fenomena Laut Bercahaya

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya