TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Fenomena Otak Popcorn, Akibat Sering Main Gadget!

Waspadai dampak bahayanya!

ilustrasi perempuan dengan popcorn (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya Sih...

  • Istilah popcorn brain merujuk pada kecenderungan fokus yang sering berpindah dengan cepat, disebabkan oleh penggunaan media sosial secara berlebihan.
  • Dampak jangka panjang dari otak popcorn termasuk menurunkan kemampuan fokus, keterampilan interaksi sosial, kesabaran, dan produktivitas secara keseluruhan.
  • Detoksifikasi digital dan aktivitas lain seperti meditasi, fokus pada satu tugas, hobi fisik, dan waktu online terstruktur dapat membantu mengurangi dampak otak popcorn.

Istilah popcorn brain atau otak popcorn menjadi salah satu yang cukup banyak diperbincangkan saat ini. Kondisi ini dinilai sangat lekat dan terjadi pada anak muda yang akibat dari penggunaan media sosial dalam kesehariannya.

Lantas, sebenarnya apa yang dimaksud dengan otak popcorn dan apa dampak yang ditimbulkannya? Biar gak bingung, yuk simak penjelasan lengkapnya di bawah!

1. Apa itu otak popcorn?

ilustrasi popcorn (pexels.com/Pixabay)

Melansir New York Post, Daniel Glazer, psikolog klinis, menjelaskan fenomena otak popcorn atau dikenal juga dengan sebutan popcorn brain mengacu pada kecenderungan seseorang yang fokusnya sering berpindah atau melompat dari satu hal ke hal lain dengan cepat. Kondisi ini mirip dengan biji jagung yang meletup-letup saat pembuatan berondong jagung.

Kondisi ini bisa terjadi akibat dari penggunaan media sosial terus-menerus. Jadi, saat otak kamu sudah terbiasa dengan rangsangan berlebihan seperti multitasking menggulir postingan di media sosial, bunyi notifikasi baru, dan membuka banyak tab. Hal tersebut bisa memicu otakmu untuk bisa meniru kecepatan tersebut.

Dannielle Haig, psilog, dikutip dari Vogue India, menjelaskan, "Seiring waktu, hal tersebut bisa membuat permintaan perhatian yang terus-menerus dan pergantian tugas yang cepat hingga dapat menyebabkan perasaan gelisah atau otak 'terguncang' karena kesulitan mempertahankan fokus pada satu tugas dalam jangka waktu lama.”

Baca Juga: Suka Gak Enakan, 5 Tips Mengatasinya ala Sosiologi

3. Penyebab dari otak popcorn

ilustrasi memainkan ponsel (pexels.com/Tofros.com)

Haig mengungkapkan bahwa penyebab dari otak popcorn adalah dunia digital. Ini bisa terjadi karena saat online, segala sesuatu bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Selain itu, platform media sosial juga dirancang dengan algoritma yang mampu menyajikan informasi, notifikasi, dan hiburan secara konstan sesuai dengan minat kita. Sehingga, itu bisa menangkap dan mempertahankan perhatian dengan cepat.

"Hal ini dapat menyebabkan stimulasi berlebihan pada sistem penghargaan otak, khususnya jalur dopamin, yang berhubungan dengan kesenangan dan hal-hal baru. Saat kita menerima informasi atau pemberitahuan baru, hal itu memicu pelepasan dopamin dalam jumlah kecil , memberi penghargaan pada otak kita dan mendorong kita untuk melanjutkan siklus mencari dan menerima rangsangan baru,” tutur Haig.

3. Dampak yang ditimbulkan

ilustrasi stres (pexels.com/Engin Akyurt)

Dampak jangka panjang dari otak popcorn akibat aktivitas online yang berlebihan bisa merangsang dan mempengaruhi fungsi kognitif yang menimbulkan perubahan otak. Haig menyebut, salah satu perubahan terbesarnya yaitu, berkurangnya kemampuan seseorang untuk bisa fokus pada satu pemikiran tertentu.

Hal tersebut secara gak langsung bisa turut mempengaruhi beberapa aspek lain. Di antaranya, kesulitan memecahkan masalah yang rumit, menurunnya keterampilan interaksi sosial, kesejahteraan emosional, serta produktivitas secara keseluruhan.

Akibat kebutuhan akan rangsangan kepuasan dari "otak popcorn" bisa membuat seseorang punya tingkat kesabaran dan ketekunan yang rendah. Sehingga, ia akan lebih sulit dalam mencapai tujuan jangka panjang.

Selain itu, ada juga risiko peningkatan kecemasan dan stres karena sulitnya memutuskan kebiasaan ini. Dengan begitu, ini bisa menghambat proses relaksasi juga pemulihan mental yang bisa bisa berkontribusi pada keterlibatan mental serta kelelahan yang terus menerus. 

Verified Writer

Nurkorida Aeni

Hai

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya