TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Batik Wahyu Tumurun, Pernah Jadi Busana Khusus Raja Mataram Islam

Menyimpan makna spiritual mendalam

ilustrasi membatik (Pinterest.com/ La Polo)

Batik wahyu tumurun merupakan salah satu batik yang khas dari Yogyakarta. Namun, ada pula yang berasal dari daerah Putra Mangkunegara dengan motif burung foniksnya.

Batik wahyu tumurun menjadi salah satu yang digemari oleh masyarakat, karena coraknya yang unik dan khas. Batik satu ini rupanya sudah ada sejak zaman dahulu, sekitar tahun 1480, lho. Cari tahu lebih lanjut mengenai fakta menarik batik wahyu tumurun di bawah ini, yuk!

1. Ciri khas batik wahyu tumurun

ilustrasi batik wahyu tumurun (linkumkm.id)

Saking beragamnya batik yang dimiliki Indonesia, tidak jarang membuat orang kerap bingung membedakan motif satu dengan yang lainnya. Apakah kamu juga begitu?

Untungnya, mengidentifikasi batik satu ini cukup mudah, terlihat dari beberapa motifnya yang menonjol. Ciri khas dari batik wahyu tumurun adalah adanya motif mahkota yang berbentuk seperti huruf "W" yang lebih melebar.

Baca Juga: 5 Keunikan Batik Ciptoning, Ceritakan Arjuna yang Digoda Bidadari

2. Corak motif yang beragam dan keunikannya

ilustrasi batik wahyu tumurun (instagram.com/yume_batik)

Batik wahyu tumurun Yogyakarta memuat banyak sekali corak motif, baik flora dan fauna. Jika pada batik wahyu tumurun Mangkunegara dicirikan oleh motif burung foniks, pada batik khas Yogyakarta mengusung burung merak.

Selain itu, ada pula motif lain yang menambah estetika dan kedalaman makna. Mulai dari sulur dan dedaunan, mahkota berisikan bunga, motif ukel, sogan, hingga granitan. Pilihan warnanya pun tidak melulu cokelat, melainkan ada hitam dan putih pula.

Mengingat corak motifnya yang khas, dalam melakukan proses penjahitan kain batik wahyu turunan sangat diperhatikan motifnya. Karena jika sampai terbalik, motif akan nampak seperti kuda laut dan maknanya pun jadi berbeda. Fatal banget, kan.

3. Menyiratkan harapan pada petunjuk Tuhan

ilustrasi salat. (pexels.com/RODNAE Productions)

Setiap karya seni rupa terdapat makna yang menyertai dan menambah nilai filosofisnya. Secara etimologi, kata wahyu memiliki arti petunjuk dari Tuhan, sementara tumurun diambil dari bahasa Jawa yang artinya turun. Karena itu batik ini melambangkan permintaan petunjuk dan anugerah kepada Tuhan, dari pemakainya. Kata wahyu yang berarti

Batik satu ini merupakan simbol berbagai penghargapan, tentang rida, keselamatan, nikmat, dan cinta kasih Tuhan. Karenanya, batik wahyu tumurun identik dengan acara-acara bermuatan tasyakuran.

4. Salah satu busana khusus Sultan Hamengku Buwono I

lukisan Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengkubuwono I (wikipedia.org)

Batik wahyu tumurun merupakan salah satu busana Keraton. Konon para pengerajin batik di zaman Mataram Islam harus menempuh perjalanan berat untuk membuat batik ini. Mereka perlu berpuasa selama 40 hari untuk memantapkan dan menyucikan diri, sehingga nilai spiritual yang mendalam dapat tertuang dengan baik pada setiap goresannya.

Melansir islamtoday.id, penyempurnaan corak yang menambah kedalaman makna pada batik ini pun terjadi pada masa Sultan Hamengku Buwono I. Kemudian, Sultan mengukuhkan batik wahyu tumurun sebagai pakaian i'tikafnya di 10 malam terakhir di bulan Ramadhan.

Baca Juga: Inilah 4 Klinik Bersalin Terbaik di Jogja, Bikin Nyaman!

Berita Terkini Lainnya