TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

72 Tahun Mbah Prapto Setia Jadi Bajingan Gerobak Sapi

 Satu unit gerobak sapi dijual Rp8 juta hingga Rp15 juta

Usia sudah 86 tak menyurutkan Mbah Prapto untuk berkarya membuat gerobak sapi.(IDN Times/Daruwaskita)

Bantul, IDN Times - Prapto Prayitno warga Padukuhan Karangasem, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul bisa dikatakan sebagai bajingan tertua yang ada di Kabupaten Bantul. Bajingan adalah sebutan dalam Bahasa Jawa untuk pengemudi gerobak sapi

Meski usianya sudah 86 tahun, Mbah Prapto masih lihai untuk mengendalikan sapi dari atas gerobak.‎ Tak cukup sampai di situ, Mbah Prapto ini juga pandai mengajari sapi yang baru pertama kali menarik gerobak dengan dipandu oleh sapi yang sudah jinak. Hebatnya pria yang telah menjadi Bajingan sejak tahun 1950, pintar memperbaiki bahkan membuat gerobak sapi sendiri.

Baca Juga: Pengin Naik Gerobak Sapi, Para Bajingan Siap Antar Wisatawan di Jodog 

1. Membuat gerobak sapi merupakan keahlian turun temurun‎

Menjadi "Bajingan" masih dilakoni Mbah Prapto meski usia sudah 86 tahun.(IDN Times/Daruwaskita)

Mbah Prapto menceritakan keahliannya membuat gerobak sapi merupakan keahlian turun temurun. Orang tuanya Karto Sanjaya sudah membuat atau mengerjakan gerobak pada tahun 1920 silam.

"Ya yang ngajari jadi Bajingan hingga membuat gerobak ya bapak saya almarhum," kata Mbah Prapto saat ditemui di kediamanya pada Rabu (23/2/2022) .

Pada tahun 1950-an Mbah Prapto membawa gerobak sapi untuk mengantarkan barang sesuai tujuan yang diinginkan oleh pemilik barang.

"Tahun 1950 an kan masih jarang angkutan umum, jadi untuk ambil barang seperti kayu atau mengirimkan beras ke pasar ya pakai gerobak sapi," ungkapnya.

"Ayah saya juga sering menjadi Bajingan meski di rumah masih mengerjakan gerobak pesanan," imbuhnya.

2. Mbah Prapto dibantu rekan kerja untuk mengerjakan gerobak sapi‎

Mbah Prapto bersama rekan kerjanya sedang mengerjakan pembuatan gerobak sapi.(IDN Times/Daruwaskita)

Meski sudah uzur, Mbah Prapto masih tetap berkarya dan ingin melestarikan gerobak sapi yang kini semakin tergusur dengan transportasi modern.

"Ya sekarang saya sudah tua, kalau buat gerobak paling jadi mandor saja, ngarahin tenaga saya yang membuat gerobak. Lha wong natah satu lobang saja sudah gak kuat," ungkapnya.

Beruntung Mbah Prapto punya rekan kerja yang setia serta dibantu anaknya setiap kali mengerjakan pesanan gerobak. Namun kata Mbah Prapto tak ada pesanan gerobak pun dirinya membuat gerobak untuk dipakai sendiri.

"Biasanya gerobak yang sudah jadi saya pakai sendiri untuk mengajari sapi yang muda bisa menarik gerobak. Kalau ada orang yang suka ya saya jual asal untung," ujarnya.

3. Satu unit gerobak sapi dijual Rp8 juta hingga Rp15 juta‎

Wisata Jodogkarta, berkeliling numpak gerobak sapi destinasi wisata baru di Bantul.(Daruwaskita/Daruwaskita)

Mbah Prapto menjelaskan harga satu unit gerobak sapi lengkap dengan aksesori dijual Rp8 juta hingga Rp9 juta.

"Ya itu kalau buat pakai kayu yang biasa. Namun jika konsumen meminta pakai kayu jati harganya bisa mencapai Rp15 juta per satu unit gerobak," katanya.

Tak hanya menerima pesanan membuat gerobak, Mbah Prapto juga melayani reparasi gerobak yang rusak.

"Asal gerobaknya dibawa ke rumah ya saya kerjakan. Untuk biaya ya tergantung kerusakannya. Apakah mau disambung atau diganti kayunya. Kalau kayunya diganti ya bisa jutaan rupiah biayanya," jelasnya.

Berita Terkini Lainnya