TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Hal Sederhana Ini Bantu Latih Skill Problem Solving Anak Sejak Dini

Salah satunya problem solving melalui permainan

ilustrasi problem solving (unsplash.com/adrià crehuet cano)

Kamu pasti sepakat bahwa sama halnya dengan orang dewasa, anak-anak dalam masa tumbuh kembangnya juga akan menghadapi beberapa masalah. Misalnya ketika kesulitan mengerjakan PR, atau bertengkar dengan temannya.  Situasi tersebut bisa jadi menyulitkan. Sehingga agar mereka bisa memecahkan masalahnya sendiri nantinya, mengajarkan anak tentang problem  solving sejak dini penting.

Melansir Very Well Family, sebuah studi tahun 2010 yang diterbitkan dalam Behaviour Research and Therapy menemukan bahwa anak-anak yang kurang memiliki keterampilan memecahkan masalah mungkin berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan bunuh diri. Di sisi lain, para peneliti menemukan bahwa mengajarkan keterampilan memecahkan masalah pada anak dapat meningkatkan kesehatan mental.

Berikut tiga hal sederhana yang bantu melatih skill problem solving pada anak sejak dini. Simak ulasannya sampai akhir, ya! 

1. Mengajari mereka tentang cara mengidentifikasi masalah

ilustrasi mendengarkan anak (unsplash.com/tim mossholder)

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, sama halnya dengan orang dewasa masalah yang dihadapi anak juga bervariasi. Saat mereka sedang bertengkar dengan teman sebayanya di sekolah, misalnya. Ketika hal itu terjadi, tidak jarang orangtua akan bereaksi dengan langsung meminta anak untuk meminta maaf atau memberi teguran. Memang ini penting, tetapi langsung menyuruh meminta maaf tanpa melihat masalah lebih jelas, justru membuat anak merasa perasaannya tidak penting. Atau sebaliknya,  justru dijadikan jalan pintas seseorang untuk menyelesaikan masalah lebih cepat.

Maka solusinya, mengajari anak tentang cara mengidentifikasi masalah perlu dilakukan. Misalnya ketika anak bertengkar dengan teman sebaya, orangtua bisa menanyakan masalah apa yang dihadapi, tetapi dengan mengajak anak untuk menceritakan apa yang terjadi dalam permainan. Dari sini kemungkinan akan terlihat lebih  jelas masalah yang terjadi, apakah karena murni kesalahan anak atau karena alasan lain.

Namun perlu diingat, memberikan pertanyaan bukan hanya untuk mencari jawaban, tetapi membantu anak untuk lebih berempati dan berpikir kritis. Orangtua bisa membimbing anak untuk merenungkan bagaimana mengatasi masalah tersebut, mengapa suatu kejadian terjadi, serta apa saja pelajaran yang bisa diambil, dan sebagainya.

2. Menemukan solusi bersama

ilustrasi anak dan orangtua (unsplash.com/unsplash+)

Hal selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu menemukan solusi bersama. Tahapan ini penting dilakukan, utamanya ketika anak-anak sudah mulai mampu menilai hal-hal yang telah dilakukan, misalnya. Dalam hal ini, orangtua bisa memberikan kesempatan anak untuk menentukan ide dan mencari solusi dengan caranya sendiri. Ketika ide sudah terkumpul, kamu bisa membimbing mereka untuk melihat sisi baik dan buruk dari setiap pilihan yang ada.

Di sisi lain  hal yang paling penting dalam mencari solusi  yaitu jelaskan konsekuensi dan tunjukkan komitmen untuk membantu anak. Melansir Very Well Family, ketika menghadapi masalah perilaku gunakan pendekatan pemecahan masalah. Duduklah bersama dan katakan, "Akhir-akhir ini kamu kesulitan menyelesaikan PR, mari kita selesaikan masalah ini bersama-sama." Kamu juga perlu menunjukkan konsekuensi atas perilaku buruk, namun jelaskan pula tentang komitmen untuk mencari solusi sehingga mereka dapat melakukan yang lebih baik di lain waktu.

Baca Juga: 5 Kesiapan Mental Orangtua Menghadapi Anak Tumbuh Remaja

Verified Writer

Aprilia Nurul Aini

Have a blast!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya